Pameran Jerman Jazz di Goethe Institut Jakarta

Musik jazz tiba di Jerman pada tahun 20-an, dilarang semasa Reich Ketiga, menjadi lambang demokrasi dan kebebasan seusai Perang Dunia II, melepaskan diri dari acuan-acuan Amerika pada tahun 60-an, dan kini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan musik Jerman.
Begitulah kiranya intisari pameran “Deutscher Jazz / German Jazz”, yang dirancang oleh Jazzinstitut Darmstadt atas penugasan Goethe-Institut dan yang “demi Goethe” berkeliling dunia selama lima tahun mulai musim semi 2007.
Pameran ini akan dibuka pada 18 Mei 2010, 19:30 WIB dan akan berlangsung mulai 19 – 27 Mei & 7 – 11 Juni 2010 pada jam 11:00 – 19:00 WIB (Minggu tutup) dan tidak dipungut biaya alias Gratis, bertempat di GoetheHaus Jl. Sam Ratulangi 9-15, Menteng Jakarta Pusat +62 21 23550208.
Jazz telah meraih tempat tetap dan penting dalam kehidupan budaya Jerman. Musisi seperti Albert Mangelsdorff, Peter Brötzmann atau Till Brönner mempunyai reputasi internasional. Big band radio milik badan siaran NDR, WDR atau HR telah memberikan berbagai impuls penting kepada seluruh genre big band jazz modern. Label rekaman seperti Enja, ECM, maupun ACT telah meraih reputasi dunia melalui program musik masing-masing – yaitu dengan memperkenalkan proyek-proyek menarik dari Jerman, di samping seniman-seniman Amerika, kepada publik mancanegara. “Deutscher Jazz / German Jazz” menjelaskan bagaimana sampai kehidupan jazz di Jerman kini tergolong paling meriah di Eropa. Pameran ini bercerita mengenai capaian perorangan dan suasana lokal, mengenai struktur-struktur di Barat dan Timur, mengenai perubahan pada suatu jenis musik yang selama bertahun-tahun membangun kepercayaan diri yang kemudian tercermin melalui para pemain, musik mereka, dan para penonton.
Dalam rangka itulah “Deutscher Jazz / German Jazz” menelusuri perkembangan dan suasana dunia jazz Jerman pada 15 panel berukuran besar. Judul masing-masing panel tersebut adalah: “Jazz Menaklukkan Jerman”, “Jazz di Bawah Swastika”, “Jazz Bersemi…”, “Jazz Membebaskan Diri”, “Jerman Timur: Bentuk Bebas Atau Kebebasan Yang Dibentuk”, “Kehidupan Klub dan Ruang Bawah Tanah”, “Festival – di Luar dan di Dalam Ruangan”, “Belajar Jazz…”, “Piringan Hitam dan Cakram Perak”, “Sang Paus Jazz”, “Jazz di Radio”, “Albert Mangelsdorff”, “Jazz Ibukota Saat Ini”, “Eropa”, dan “Jazz di Abad ke-21”. Sebagai pelengkap telah dipersiapkan contoh-contoh musik yang dapat didengarkan melalui MP3-Player.
Pameran ini menyoroti baik sejarah jenis musik ini maupun situasi masa kini, bercerita mengenai klub dan festival, tentang label rekaman dan peran radio, serta memperkenalkan berbagai tokoh dan gaya musik. Pengantar singkat dan penjelasan lebih mendetail dalam bahasa Jerman dan bahasa Inggris mengenai masing-masing tema diharapkan akan melahirkan minat terhadap jazz dari Jerman, khususnya di luar negeri. Foto-foto dari arsip publik maupun koleksi pribadi melengkapi pameran ini, yang dengan demikian dapat dinikmati baik oleh orang yang sekadar ingin tahu, mereka yang berminat, maupun para penikmat.
“Deutscher Jazz / German Jazz” pertama kali ditampilkan dalam rangka pekan raya “jazzahead!”, yang berlangsung pada bulan Maret 2006 di Congress Centrum Bremen. Keterangan lebih lanjut mengenai “jazzahead!” dapat diperoleh pada halaman web pekan raya jazzahead.