North Sea Jazz Festival 2002 – Den Haag
Gerimis di kota Den Haag, hari Jumat sore minggu lalu, sama sekali tidak menyurutkan antusiasme ribuan orang yang mengalir menuju kompleks gedung NCC (Netherlands Congress Center). Mereka adalah para penggemar jazz yang datang dari manca negara untuk menikmati North Sea Jazz Festival 2002. Tahun ini, festival jazz ‘indoor’ terbesar di dunia itu kembali digelar selama tiga hari berturut-turut, sejak Jumat 12 Juli sore, hingga Minggu 14 Juli lewat tengah malam.
Sesuai tradisi, festival ini dibuka secara resmi pada Kamis malam –sehari sebelum festival mulai digelar– melalui acara Midsummer Jazzgala yang dimeriahkan oleh Yuri Honing dan Dee Dee Bridgewater. Pada malam gala ini juga dilakukan penyerahan Edison ‘Jazz Oeuvre’ Award 2002 kepada Wayne Shorter, sebagai penghargaan atas seluruh kinerja mengagumkan yang dihasilkan saksofonis berusia 69 tahun itu. Edison Award adalah penghargaan musik tertinggi di Belanda, setingkat dengan Brit Award dan Grammy Award, dan penilaiannya tidak tergantung pada angka penjualan komersial.
Selain ‘Jazz Oeuvre’ bagi Wayne Shorter, Edison Award untuk kategori jazz tahun ini juga dianugerahkan kepada Susanne Abuehl (vokal, nasional), Jimmy Scott (vokal, internasional), Yuri Honing (instrumental, nasional), Pat Metheny Group (instrumental, internasional), dan Billie Holiday (‘Extraordinary Historical Release’). Satu kategori jazz lain, yaitu ‘Public Price’, baru akan diumumkan kemudian di situs resmi festival (https://www.northseajazz.nl) setelah penghitungan jajak pendapat dari publik.
Sementara itu, pada pertunjukan hari Sabtu, untuk pertama kalinya “Dutch Jazz Competition” mendapat tempat khusus di dalam rangkaian festival ini. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana final kompetisi ini selalu diadakan menjelang festival dimulai, kali ini final kompetisi diadakan di dalam rangkaian acara festival. Tahun ini kelompok Trio Agog menjadi pemenang, menyisihkan lima finalis lainnya. Sedangkan Joost Lijbaart dikukuhkan sebagai ‘Best Solo Player’, Slobodan Trkulja mendapat penghargaan ‘Best New Talent’, serta Egbert Derix didaulat sebagai pemenang kategori ‘Best Own Composition’.
Secara keseluruhan, festival tahun ini benar-benar memanjakan pengunjung dengan menyediakan spektrum genre jazz yang begitu luas. Penikmat jazz dapat memilih di antara sajian musik jazz dengan ritme soul atau funk, jazz bergaya mainstream yang klasik, jazz kontemporer beraliran fusion, hingga jazz acid dan elektrik yang berenergi, serta tak ketinggalan pula jazz big-band yang begitu impresif. Semuanya digelar secara simultan di 17 lokasi di seluruh pelosok kompleks gedung NCC.
Salah satu lokasi yang terpenting adalah ‘Entreezaal’. Panggung kecil di dekat pintu masuk ini sengaja dirancang untuk membangun atmosfer di antara para pengunjung yang baru tiba. Boogie Boy, Swingmatism, dan Nicotine adalah sekian dari sejumlah musisi yang tampil di tempat itu.
Sementara itu, ‘PWA Zaal’ menjadi lokasi yang paling eksklusif, di mana pengunjung masih harus membayar tiket tambahan untuk dapat memasukinya. Walau demikian, pengunjung tetap memadatinya, terlebih karena tampilnya para musisi yang sudah punya reputasi besar di lokasi tersebut. Tidak kurang dari Wayne Shorter, Cassandra Wilson, Jean ‘Toots’ Thielemans, Oleta Adams, Herbie Hancock, Dee Dee Bridgewater, dan Pat Metheny bergantian tampil di sana.
Sedangkan lokasi ‘Van Gogh Zaal’ yang dilengkapi sistem pendingin udara serta tempat duduk yang cukup nyaman, memiliki tata ruang yang memungkinkan penyajian jazz dengan
kualitas akustik yang memukau. Permainan vokal Roberta Gambarini, alunan piano/vokal dari Diane Schuur serta Andy Bey, juga paduan gitar/vokal dari Tuck and Patti, menjadi terasa begitu jernih dan memuaskan para pengunjung lokasi ini.
Peran ‘Artist on The Move’ tahun ini dimainkan oleh kelompok ‘Saint Gabriel’s Celestial Brass Band’. Sesuai perannya itu, mereka tidak tampil di lokasi panggung tertentu, melainkan justru di tengah lorong-lorong gedung NCC dan berbaur dengan para pengunjung. Kekompakan permainan alat tiup dan alat tabuh yang mereka tampilkan, ditambah dengan kemampuan komunikasi yang atraktif, membuat suasana terasa semakin hidup.
Festival tahun ini juga menyajikan sejumlah rangkaian pertunjukan dengan tajuk yang sangat khas. Tajuk “Jazzland Night” berusaha menggambarkan masa depan arah perkembangan jazz, dengan tampilan para artis seperti Bugge Wesseltoft atau Wibutee yang menawarkan konsep ber-jazz yang tergolong baru. “XXL” adalah tajuk lain yang menonjolkan kelompok jazz bertipe big-band yang bernuansa kolosal, seperti Dutch Jazz Orchestra atau Mingus Big Band.
Tajuk yang tak kalah menarik adalah “GP Worldwide”, yang diambil dari nama suatu pertunjukkan radio di BBC yang berjudul sama. Di sini ditampilkan kolaborasi berbagai artis seperti Koop atau Cinematic Orchestra yang telah dibesarkan oleh tokoh aliran techno-jazz Gilles Peterson melalui pertunjukkan radio tersebut.
Aliran musik jazz bertipe folk diwakili oleh beberapa tajuk tertentu. Pada “Brasil Electrico”, nada instrumen elektrik yang berenergi dibumbui ritme ala Brasil dibawakan sejumlah musisi seperti kelompok Bossacucanova dan artis Vinicius Cantuaria. Sedangkan permainan akordion Sandro Satta dan alunan saksofon Antonio Salis adalah sebagian dari sajian jazz bertajuk “La Vita E Bella” yang menggambarkan jazz khas Italia. Para musisi jazz dari timur tengah seperti Dhafer Youssef dan Aziza Mustafa Zadeh bahkan sempat membuat lokasi pertunjukkan yang bertajuk “East Meets Jazz” penuh sesak, sehingga sejumlah penonton terpaksa hanya menikmati alunan musik dari luar lokasi.
Panitia festival juga tidak segan memberi wadah khusus bagi sejumlah musisi pendatang baru, seperti kelompok The Terri Lyne Carrington Group atau Stefano Di Battista Quartet, pada lokasi yang bertajuk “Introducing…”. Namun demikian, tentu saja festival ini tidak meninggalkan kekuatan utamanya, dengan menampilkan sejumlah artis jazz yang telah memiliki banyak pengalaman dalam panggung festival, seperti Yellowjackets, Al Jarreau, Chaka Khan, David Sanborn, Marcus Miller, Angie Stone, dan Candy Dulfer. Lebih lanjut lagi, ajang festival ini bahkan semakin terasa lengkap dengan adanya sejumlah workshop dan klinik musik yang menunjang minat para pengunjung, serta eksibisi foto dan lukisan yang bernuansa jazz.
Selain penghargaan Edison Award, festival ini juga memiliki ciri khas lain berupa penghargaan Bird Award, yang diambil dari nama musisi kawakan Charles ‘Bird’ Parker. Tahun ini, penghargaan Bird Award diberikan kepada komposer legendaris Joe Zawinul dari Austria (untuk kategori ‘Special Appreciation’) dan Eric Vloeimans dari Belanda (dalam kategori ‘Artist Deserving Wider Recognition’).
Festival yang diadakan untuk ke-27 kalinya ini, tampaknya memang menjadi semakin matang. Citra jazz yang universal dan selalu dinamis berhasil ditampilkan dengan baik. Tidak heran, jika survey yang dilakukan tahun ini oleh “Jazztimes”, sebuah majalah jazz unggulan di Amerika, menempatkan festival yang diprakarsai Paul Acket pada tahun 1976 ini sebagai “Festival Jazz Terbaik di Eropa”.