FestivalJak Jazz Festival

HARI KETIGA DI DJI SAM SOE SUPER PREMIUM JAK JAZZ 2006 “JAZZ IN THE PARK”

Jak Jazz 2006Gazebo di hari ketiga adalah panggung untuk penampilan gitaris solo. Pertama-tama hadir adalah gitaris asal Bali, Balawan, beserta trio-nya. Di sesi kedua tampil Bernard B2N. Pertunjukan di panggung gazebo kemudian ditutup oleh Vodka. Tontonan Bernard B2N menjadi menarik karena selain repertoar gitaris itu adalah lagu orisinal dari album kedua yang baru dirilis secara indie, kita juga dapat menyaksikan porsi yang diberikan pada pukulan drum Inang Nursaid dan betotan funky bassist Franky Sadikin.  Dengan dibantu oleh David OB (keyboards) dan Yehezkiel (sax alto), B2N dkk menampilkan berbagai genre musik seperti “True Light” yang berirama ballad, fusion jazz “It Last Forever”, “Song For Lench” yang dibawakan dengan gitar akustik, progresive tunes di “Chassing”, “2nd Spirit” yang mengambil idiom jazz rock, kembali berfusion ala jazz Jepang di “Higest Place” dan “Helping Hands” yang merupakan judul album Bernard B2N.

Cendi Luntungan adalah drummer yang mendapat kesempatan tampil di Impro stage di hari ketiga. Pertunjukan drummer senior ini dibuka oleh komposisi berketukan 7/8 dan diikuti dengan sebuah lagu berirama salsa. Kemudian Cendi yang project-nya malam itu terdiri dari Surez Ariesta (bass), Yoyo (sax), Kenna (keyboards), Rico (gitar)  dan dibantu sekelompok vokal berturut-turut membawakan “Juwita Malam” – Ismail Marzuki, “If I Ain’t Got You”, “Talkin’ Loud” – Incognito lalu ditutup dengan ritmik medley dari “Chicken” dan “Magalenha”.  Bagi Anda yang sudah lama tidak menonton atraksi Cendi tentu malam itu dapat menjadi pelepas kangen.

Sangat menarik mengikuti perjalanan dari festival ke festival kembali bersatunya kelompok free jazz lokal PIG. Reuni pertama Pra Budi Darma (freetless bass), Indra Lesmana (hammond, moog, pianika) dan Gilang Ramadhan (drums) adalah pemunculan mereka di Bali Jazz Festival 2005 lalu. Dialog bermusik spontan mereka mendapat apresiasi maksimal di puncak acara festival itu. Tidak lama mereka tampil lagi di Jazz Goes To campus dengan konsep musik bebas yang masih dekat pada penampilan perdana. Namun ternyata nama PIG tidak tercantum dalam list pengisi acara festival jazz berikut, Java Jazz. Padahal masing-masing personel tampil dengan grup berbeda, Pra dengan Krakatau – Indra bersama Reborn – dan Gilang naik pentas dengan Nera. Di sela itu satu komposisi mereka, “Ring PIG Tone”, telah dirilis melalui sebuah portal musik online. Baru di malam penghujung Jak Jazz ini PIG kembali tampil di atas panggung. Persiapan mereka kali ini terlihat lebih siap, baik dari sisi musik maupun elemen pendukung. PIG memaksimalkan keberadaaan screen di samping panggung untuk mempertontonkan logo baru dan slide-slide penguat tema lagu yang dimain ketiga personelnya. Maka pengunjung yang duduk di depan stage bus terlihat tekun menikmati perbicangan Pra – Indra – Gilang malam itu. Dimulai dengan “Rhythm A Ning”, diikuti dengan sebuah komposisi yang didekasikan untuk Charlie Haden, “Charlie Blues”, medley tidak diduga antara lagu “Begadang” Rhoma Irama dengan komposisi jazz standard “Misty” serta ditutup dengan komposisi lama Indra di grup Java Jazz, “Joy-Joy-Joy”. Bagi sebagian penonton, tidak terasa hampir satu setengah jam PIG unjuk kebolehan dengan improvisasi-improvisasi free jazz nya (sebagian lagi memilih berdiri mencari tontonan lain) dan jelas itu telah menggenapi keragaman era jazz yang tampil di festival jazz Jakarta kali ini.

Kul Kul menutup tiga hari pagelaran Jak Jazz di teras area Lenong. Grup musisi muda yang menggabungkan jenis jazz fusion ala Jepang dan musik etnik Bali ini tetap tampil enerjik meski waktu telah menunjuk lewat tengah malam. Drummer muda Demas Narawangsa yang juga memainkan kempluk (tetabuhan tradisi Bali), Didiet (biola), Aditya (keyboards), Awan (bass), dan gitaris yang baru Kul Kul, Faisal, berhasil menyatukan rhythm irama lagu-lagu mereka dengan karawitan Bali yang dimainkan oleh I Ketut Budiasa (Kendang, Suling, Gangsa Pemade), Wayan Sudiarta (Gangsa Kantilan, Kulkul, Ceng Ceng Kopyak), Komang Sumada (Suling, Kendang, Kulkul, Gangsa Pemade), Wayan Sudarsana (Gangsa Kantilan, Kulkul, Ceng Ceng, Ceng-CengKopyak), Kadek Stiawan (Gangsa Pemade, Kulkul, Ceng Ceng Kopyak). Sedikitnya enam lagu mereka tampilkan dalam pertunjukan berdurasi satu jam itu. “Uluwatu” adalah tembang pembuka yang kemudian diikuti dengan “Datanglah”, “Welcome” yang menampilkan solo bass, “Janger”, “Super Star” dan ditutup dengan “Vina”.  Fusi yang dimainkan Kul Kul cukup padat, terutama di sisi rhythm tiap komposisi. Namun kadang masih terdengar ketergesaan dalam alur aransemen mereka. Lepas dari itu, tentu kita dapat berharap satu saat Kul Kul menjadi generasi baru grup “jazz” yang serius mengadopsi tradisi Indonesia, mengikuti eksistensi Krakatau kini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker