LAPORAN HARI KEDUA: TERUMASA HINO & KAZUMI WATANABE
Kalau kita mengingat peredaran kaset di Indonesia semasa dekade 1980an, terutama dalam wilayah musik jazz, ada beberapa musisi dari Jepang yang melengkapi koleksi-koleksi kaset jazz toko kaset. Beberapa di antaranya malah menjadi favorit para pecinta musik jazz di Indonesia kala itu, bahkan sampai sekarang. Katakanlah ada Casiopea atau Sadao Watanabe. Di samping itu, masih ada beberapa nama lain yang tidak sepopuler Casiopea atau pun Sadao Watanabe seperti Toshiko Akiyoshi, Kazumi Watanabe, Himiko Kikuchi, Makoto Ozone, Terumasa Hino dan lain-lain.
Dua di antaranya tampil di JJF 2008, yaitu Kazumi Watanabe dan Terumasa Hino. Kalau bisa ditambahkan juga adalah salah satu mantan personil, pemain bass dari Casiopea Tetsuo Sakurai. Sebagian besar kita ingat mereka adalah pemain fusion / jazz rock unggulan dari Jepang.
Namun ada kejutan yang cukup mengagetkan. Mengingat sebelum pertunjukan dimulai persepsi penulis masih terbawa kembali kepada beberapa koleksi kaset yang ada di rumah bahwa Terumasa Hino adalah trumpeter fusion. Setelah mendapatkan tempat duduk yang cukup dekat dengan panggung, yang mengherankan penulis melihat setting alatnya adalah format akustik dengan dibantu Akira Ishi (piano), Hideaki Kanazawa (bass), Kazumaru Kawai (drum) dan Seiji Tada (saxophone). Mungkin ada perubahan orientasi dari Terumasa Hino selama ini. Karena sudah cukup lama tidak mendengar kabarnya.
Ternyata tidak hanya itu, setelah Terumasa Hino tampil di panggung, nada pertama yang keluar terlihat garang dari pemain piano dan bassnya kemudian diikuti oleh instrument lainnya. Persepsi awal tadi menjadi bubar. Ternyata mereka justru bermain free jazz dengan cukup liar. Dikatakan liar di sini bukan dalam konotasi negatif, namun semangat free jazz memang lebih panas dengan adanya improvisasi secara kolektif, overblowing pada instrument trumpet atau saxophone, bentuk komposisi yang seolah tidak simetris dan sebagainya. Meskipun demikian, mereka juga tidak terjebak ke dalam gaya free jazz seperti trend dekade 1960an semata-mata. Namun nilai-nilai tersebut dirajut dalam bentuk yang lebih baru dan kontemporer.
Hampir semacam para musisi dari kalangan organisasi AACM (Association for Advance Creative Musicians) dari Chicago yang cenderung menjadi neo-klasik namun dengan sentuhan kultur Asia. Sekilas terdengar nada-nada pentatonis, nuansa meditatif dan juga penekanan kepada eksplorasi komposisi serta bunyi. Contohnya seperti meniup trumpet di mana moncongnya berada di dalam badan piano dan dipadukan dengan bunyi senar piano yang dipetik sehingga menghasilkan efek suara tertentu.
Peran para musisi pendukung juga cukup menarik disimak. Terutama dengan pemain piano dan saxophonenya. Improvisasi pianonya cenderung ekspresif dan perkusif. Antara tangan kiri dan kanan mempunyai peran seimbang. Demikian juga dengan pemain saxophonenya yang mengingatkan kita seperti gaya Roscoe Mitchell dari Art ensemble Of Chicago.
Kalau kita lihat style dari Terumasa Hino sendiri terdengar sedikit banyak ada pengaruh dari Freddie Hubbard atau Miles Davis. Hino ternyata memang serba bisa. Dia mampu beradaptasi dengan baik dalam beberapa style dari swing, bebop, free jazz atau fusion. Musisi kelahiran Tokyo 25 Oktober 1942 ini pernah menetap di Amerika Serikat dan sempat bermain bersama Gil Evans, Jackie McLean, Dave Liebman dan Elvin Jones.