Laporan dari Kampoeng Jazz 2009
“Live like jazz”… begitu bunyi tagline acara Kampoeng Jazz, sebuah pesta yang diadakan oleh senat mahasiswa hukum Universitas Padjadjaran pada hari minggu 31 Mei 2009 lalu. Acara berformat festival ini menghadirkan sederet grup yang dihimpun oleh KlabKazz Bandung dan dua kelompok tamu dari Jakarta. Total jenderal ada 12 penampil yang menghadirkan beragam olahan musik jazz.
Jumlah pengisi acara yang cukup banyak tentunya membutuhkan persiapan ekstra, terutama dari sisi penjadwalan. Acara yang dimulai siang hari, sekitar pukul 13.00 lewat, memberikan waktu sekitar 30 menit untuk band-band yang tampil(grup dari Jakarta mendapat porsi 2×30 menit). Dengan batasan durasi itu, bagaimana tampilan kreasi mereka?
Kampoeng Jazz 2009, dengan logo berbentuk gunungan dan ruang tamu dihias menarik dengan aksesoris wayang, dibuka oleh “Tanpamana”, sebuah grup hasil audisi yang diselenggarkan panitia april lalu. Menu tujuh musisi muda ini adalah olahan nu groove dimana cool syncopation dan elemen funk diresemble dengan hardbop. Lalu ada “Dua Arjuna” yang dimotori oleh bassis Fajar dan gitaris Zendhi. “Javalava” adalah empat musisi pengusung pop jazz bervokal yang dimainkan dalam format akustik. “Oleo” menawarkan konsep fusing bop, rock drive dan funk yang dimainkan trio keybordis (merangkap vokalis)-bass-drums.
Duo Bayu-Tesla tampil terpisah di Kampoeng Jazz. Keyboardis Bayu Kristanto main di “Buy 3 Get 4” bersama Dani Irjayana (drums), Tuwuh Sarwoprasojo (bass), dan Mohammad Athar Nasution (gitar). Kelompok yang mencoba menjelajahi wilayah post bop ini adalah juara kedua kompetisi Jazz Goes To Campus 2008 lalu. Sedang gitaris Tesla Manaf Efendi bergabung dengan Rakhmad Utomo (bass) dan Putra Damai Fitryan (drums) mengibarkan bendera “Tritoones”.
Mendekati puncak acara, masih dari penampil-penampil yang berafiliasi dengan KlabJazz, hadir “Chalk For Cheese”. Grup yang diawaki enam personel ini menampilkan lagu-lagu karya sendiri yang bernafaskan nu-jazz sesuai tagline mereka “the new nu jazz/groove band in the block”. Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Trianzani Sulshi, seperti “Kala Hari”, “Cinta Janji”, Sukmaku” dan karya terbaru “Bercerita Jingga”, terlihat sudah akrab ditengah penonton.
Sebelumnya ada “Sekapur Sirih” yang ambil bagian dengan olahan fusion jazz karya sendiri. Andreas Nandiwardhana (electric guitar), Kandria Kananta (electric guitar), Prasandhya Astagiri Yusuf (electric bass), Agung Dwi Prakarsa (keyboard) dan Lukman Agus (drums) maju dengan 4 lagu, antara lain “Alamanda”, “Nuansa”, “Jakarta Bandung PP”, yang merupakan godokan untuk calon album perdana mereka.
Pianis kelompok 4AM, Sonny Akbar memanaskan panggung Kampoeng Jazz dengan terapi post bob yang disajikan dengan skill mumpuni dan penuh improvisasi. Sonny Akbar bersama Ferry “Gembong” Nurhayat (syntesizer, yang juga keybordis Chalk For Cheese), Edward Manurung (drums), dan Dika (bass) mencover lagu-lagu seperti “Baby Plum” Jacky Terrasson, “Out of The World” Coltrane, “Bubblehouse” Medeski, Martin & Wood, “Epic” dengan aksi enerjik dan atraktif.
Puncak acara adalah penampilan Barry Likumahuwa Project. Ini dilihat dari padatan jumlah penonton dan antusiasme mereka berdiri di depan panggung. Bassis putra Benny Likumahuwa ini membawakan lagu-lagu dari albumnya “Goodspell” bersama line-up tetapnya; Henry Budidharma (gitar), Dennis Junio (alto sax), Jonas Wang (drums) dan vokalis Matthew Sayersz.
Dari sisi jumlah penonton di dalam ruang Graha Sanusi Hardjadinata, penampil setelah BLP adalah sebuah antiklimaks. Padahal yang naik adalah saksofonis senior Bandung, Boyke Prio Utomo. Plus durasi waktu yang hanya dibatasi 30 menit, membuat tontonan Boyke bersama keybordis Imel Rosalin, Rudi dan Ari ARU (bass-drums) serasa tidak tuntas.
Penutup Kampoeng Jazz 2009 adalah tamu kedua dari Jakarta, Soulvibe. Kelompok yang terdiri dari Rizqi Ranadireksa (Vocal), Bayu Adiputra (Vocal), Ramadhan Handy (Bass), M. Caesar Rizal (Drums), Adrianto Seto (Synthesizer, Electric Percussions), Frans Filman (Piano, Rhodes), Adhika Winasis (Guitar) juga membawakan lagu-lagu dari album perdana mereka yang merupakan olahan berbagai jenis musik menjadi fresh, soulful dan penuh dengan hentakan nan groovy. Melihat penampilan seru mereka tentu kita tidak perlu menebar polemik usang “ini jazz-itu bukan jazz.” Nikmati saja!
Ya, betul… saat menikmati rangkaian acara Kampoeng Jazz ada baiknya kita tidak perlu bertanya akan banyak hal. Seperti; durasi per penampil yang terlalu pendek untuk sebuah sajian musik jazz dimana ujungnya adalah pertanyaan mana lebih dipentingkan “kualitas atau kuantitas”, tata lampu panggung yang tidak seberagam penampil acaranya, fotografer bebas hilir mudik di atas panggung ibarat ada penambahan jumlah personel band yang sedang tampil, jumlah penonton yang hadir tidak sesuai dengan kapasitas ruangan, serta sampah berserakan di tangga pintu masuk gedung pertemuan yang terletak di Kampus Iwa Koesoema Soemantri, Jalan Dipatiukur Bandung tersebut. Baiknya, itu semua menjadi pekerjaan rumah untuk panitia Kampoeng Jazz 2010.