Festival

Bekasi Jazz Festival 2010 – Laporan Hari Pertama

Setelah penantian yang cukup lama, akhirnya Bekasi Jazz Festival 2010 (BJF 2010) resmi terlaksana. Dua hari terhitung tanggal 25 dan 26 September lalu, kota Bekasi berhasil mengukir sejarah dengan menggelar festival jazz untuk kali pertama. Acara tersebut tentunya merupakan buah kerja keras panitia dari Y2K Jazz Community yang bersinergi dengan Pemkot Bekasi dan tercatat pra-acara bulanan sejak bulan Mei telah dilakukan guna membuka mata publik Bekasi bahwa jazz dapat menjadi alternatif hiburan sehat dan cerdas. Setidaknya itulah misi yang diemban oleh pihak penyelenggara.

Hari Pertama: Sabtu, 25 September 2010

Ketika tiba di situs utama, ada hal menarik dari segi tempat berlangsungnya acara. Nampak tiga buah panggung dimana sebuah panggung utama diapit oleh dua panggung berukuran lebih kecil di sisi kiri dan kanan. Ketiga panggung itu berpijak pada lahan parkir atap Bekasi Square, salah satu pusat belanja terbesar di kota tersebut. Bangunan itu “disulap” menjadi arena festival dengan mendirikan enam buah venue, tiga dibawah (gratis) dan tiga diatas (tiket harian dibandrol Rp. 150.000-,) untuk menjangkau semua kalangan.

Denyut pertunjukan dimulai tepat pukul 15.15 WIB, dibuka lewat aksi band anak muda, Soulvibe. Mereka langsung menggetarkan panggung utama dengan musik soul organik, tetap semangat walaupun (masih) sepi penonton. Lagu-lagu hit seperti “Antartika”, “Lil’ Bit”, dan “Masih” pun dibawakan. Sedikit demi sedikit tampak jumlah audiens bertambah serta larut dalam goyangan “Please Don’t Stop the Music”. Selepas penampil pertama, kini perhatian beralih menuju panggung sebelah kiri (Stage A) untuk nonton Brother and Sister yang mengusung irama samba dan bossa nova. Beranggotakan tujuh orang termasuk dua vokalis wanita, mereka melagukan tembang “Goodbye Sadness” (Tristeza) milik Astrud Gilberto. Sore itupun makin meriah.

Cuaca yang belakangan ini kerap tidak menentu cukup membuat khawatir penyelenggara, mengingat acara diadakan di luar ruangan. Ancaman berupa hujan deras pastilah akan mengganggu jalannya BJF 2010. Gumpalan besar awan hitam nampak di kejauhan dan siap untuk mengguyur bumi, namun untunglah tak sempat hinggap dan pertunjukan berlanjut ke panggung sebelah kanan (Stage B) menampilkan band lokal Soulmezation lewat garapan musik soul, funk, dan pop-jazz.

Iwan Wiradz, Cendy Luntungan, dan Rudi Ojenk beratraksi cajón
Iwan Wiradz, Cendy Luntungan, dan Rudi Ojenk beratraksi cajón

Bagi penonton yang awalnya merasa BJF 2010 kurang nge-jazz, terpuaskan waktu menyimak suguhan straight-ahead oleh Oele Patiselano dan Cendy Luntungan. Ayunan swing, bebop, dan latin membaur dengan angin yang berhembus cukup kencang petang itu. Oele dan Cendy tampil penuh greget bersama Benny Likumahuwa (trombone), Iwan Wiradz, Rudi Ojenk (perkusi), serta Jeffrey Tahalele (bas). Tambah panas waktu Cendy, Iwan, dan Rudi menyajikan atraksi solo lewat instrumen perkusi asal Peru bernama cajón. Ketiganya beraksi dalam irama rampak yang ditimpali sorak sorai pengunjung.

Monita Tahalea
Monita Tahalea

Dari panggung utama kemudian massa bergerak ke arah Stage A guna menikmati musik jazzy romantis yang dinyanyikan Monita Tahalea, biduan jebolan Indonesian Idol 2 (2005). Ia tampil diiringi gitar akustik, saksofon alto, dan perkusi sekaligus promosi album perdana Dream, Hope and Faith (Inline Music, 2010) yang diaransir Indra Lesmana selaku produser. Setelah Monita, tiba giliran untuk band berskala besar dengan sebagian personil adalah panitia BJF 2010, mereka tergabung dalam Y2K Orchestra dan Y2K Sweet Voices serta Y2K Children Choir. Detak irama funk tersaji dalam format big band lewat komposisi “Pick Up the Pieces” dari Average White Band serta “Night in Tunisia”, “Sir Duke”, “No More Blues” dan “Take Four” (versi 4/4 “Take Five” gubahan Dave Brubeck).

Y2K Orchestra
Y2K Orchestra

Idiom “less is more” rasanya cocok dialamatkan kepada Endah N Rhesa. Duet yang terbagi atas Endah Widiastuti (gitar folk, vokal) dan Rhesa Aditya (bas), meskipun jumlahnya “sedikit” (dua orang), namun mereka tampil “lebih” melalui kreativitas baik dalam penulisan lagu maupun ketika unjuk performa di atas pentas. Tembang andalan seperti “When You Love Someone”, “KooKoo the Fisherman”, serta “I Don’t Remember” disajikan naratif dan terasa menyegarkan. Makin asyik tatkala keduanya beraksi interaktif dengan audiens sambil memainkan blues 12 birama dalam ayunan swing.

Endah N Rhesa
Endah N Rhesa
Galaxy Big Band
Galaxy Big Band
Galaxy Big Band
Galaxy Big Band

Malam telah datang, semarak BJF 2010 kian menjadi lewat raungan seksi tiup Galaxy Big Band asal negeri sakura. Mereka tampil energik waktu membawakan “Manteca”, komposisi bergaya Afro-Cuban kepunyaan Dizzy Gillespie. Lagu lain yang ditampilkan adalah “New York State of Mind”, dan “Can’t Take My Eyes off You”. Penyanyi era 1990-an yang dikenal lewat vokal bergaya R&B, Imaniar Noorsaid, menghibur pengunjung bersama grup sang adik bertajuk Inang Noorsaid and Friends. Kalau Inang adalah seorang pemain drum, tentu sudah banyak yang tahu. Tapi bagaimana dengan Imaniar? Ternyata, selain menyanyi dirinya pula mampu meniup saksofon. Usut punya usut, diketahui bahwa Imaniar telah berlatih saksofon juga trumpet sejak usia empat tahun. Malam itu ia memberi aksen pada Stage A dengan meniup saksofon sopranino berwarna merah.

Barry Likumahuwa
Barry Likumahuwa

Penonton yang mayoritas remaja tampak histeris memenuhi barisan depan panggung utama. Mereka antusias menanti band favorit yang kini digandrungi kalangan ABG, Barry Likumahuwa Project (BLP). Audiens (terutama wanita) kompak menyanyikan “Mati Saja” dan “Saat Kau Milikku”, berbarengan dengan vokal khas R&B Matthew Sayersz. Seperti penampilan BLP di acara lain, pemain saksofon Dennis Junio harus panjang sabar karena dirinya kerap dijadikan obyek lelucon buah keusilan Barry dan kawan-kawan. Bagaimanapun, BLP sukses menghibur penonton secara atraktif.

Chandra Chasmala
Chandra Chasmala
Idang Rasjidi
Idang Rasjidi
Kemala Ayu
Kemala Ayu

Deru musik fusion menggelegar dari Stage B, sebuah “band keluarga” cetusan kibordis senior dinamakan Chandra Chasmala and His Sons. Yang membedakan dengan grup lain adalah gesekan biola elektrik oleh Dika Chasmala. Sebuah tembang trade mark Krisdayanti, “Pilihlah Aku” diaransemen berbeda dengan versi aslinya, disertai selipan scat singing. Lagu kepunyaan the Beatles, “And I Love Her” mengawali penampilan Kemala Ayu bersama Idang Rasjidi. Dinyanyikan oleh Kemala dengan ekspresif, vokalnya yang berat namun halus membaur bersama iringan smooth jazz hingga ballad bersama Idang cs., mendaur-ulang “You Don’t Know What Love Is” karangan Gene de Paul/Don Raye juga “Fever” yang pernah dipopulerkan kembali oleh Michael Bublé.

Tompi
Tompi

Pergelaran berlanjut dengan penampilan Tompi, ratusan pasang mata berkerumun memadati panggung utama untuk menyaksikan. Selain melagukan tembang-tembang hit miliknya, aksi “adu bacot” dilakukan Tompi dengan mengundang Idang Rasjidi, yang disebutnya “playboy jaman dulu”. Keduanya menampilkan atraksi scat singing serta gerak-gerik teatrikal yang membuat audiens tergelak. Seperti biasa, Tompi unjuk kebolehan dengan mengolah vokalnya menjadi lengkingan mirip tokoh kartun Alvin and the Chipmunks.

Dengan berakhirnya sajian dari Tompi, berarti usai sudah rangkaian Bekasi Jazz Festival 2010 di hari pertama. Waktu menunjukkan pukul dua belas malam, cahaya lampu berangsur padam dan penonton kembali pulang – melepas lelah untuk meramaikan putaran kedua BJF 2010 esok hari.

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker