Cek-In di Mana 3 Hari Ini? (AXIS Java Jazz Festival 2011)

Anda punya waktu 3 hari (tak sampai 24 jam setiap kalinya) untuk jelajahi festival musik sebesar Axis Java Jazz Festival (JJF). Bagi yang tak pernah lewatkan sejak 2005, perpindahan venue tahun 2010 ke JIExpo Kemayoran haruskan adaptasi, pengenalan medan. Festival skala raksasa pastilah hadirkan aneka selera, dalam waktu yang tak banyak, java-jazz-goers perlu selektif cocokkan jadwal gig dan venue yang butuh perhitungkan pula kapan datang ke arena dan kapan pulang (karena macet hampir tak bisa dihindari, terlebih jika berniat membawa mobil masuk). Jujur saja, menginap dekat arena festival adalah yang paling ideal, memudahkan bepergian tanpa antrian kendaraan pribadi, dan menjaga stamina.
Menariknya (bahkan sejak JJF 2005), ada pola positioning vs segmen, untuk tahu menonton jenis jazz apa dan di panggung mana. Dahulu mitra endorser yang tak pernah absen seperti Grup Femina pun jelas menampilkan jazz akustik (format trio/quartet), suasana intim dan hangat, di panggung yang disponsorinya. Pindah Kemayoran tahun lalu, ada pergeseran suasana, Femina tempati Hall C2 dan hadirkan misalnya The Manhattan Transfer. Mungkin bicara perempuan tahun 2011 di sana ada spirit moving-on Andien dan soul Rhoda Scott. Kementrian Perdagangan yang kini menempati Hall B2 masih konsisten bertema world music (walaupun di 2011 misalnya, tak ada khusus grup-grup India yang pernah diboyong sebelumnya) yang penampilnya cenderung hingar bingar (banyak alat pukul, bahkan dua drum, loop elektronik atau kolaborasi DJ). Di area utama lantai dasar, sebenarnya Hall B2 tadi adalah kembaran simetris B1 dan ada 6 Hall lagi dengan abjad A, C, dan D. Special show berlangsung di luasnya Hall D2, menuju ke sini berarti berjalan dari ujung ke ujung sejak masuk arena. Tahun 2011 ada George Benson dan Santana sebagai tajuk kepala. Namun, di sini dengan pass biasa pun kita bisa tetap menikmati rombongan tribute aransemen glamor Elfa Secioria, R&B Corinne Bailey Rae atau set yang lebih minimal dari Acoustic Alchemy (sebagaimana tahun lalu ruang seluas ini bahkan tampilkan trio Kurt Rosenwinkel). Tahun 2010 merekomendasikan Hall C1 yang sukses dengan tagline “Apreciative Music Hall” (saat itu disponsori LG). Nongkrong di ruang ini dapatkan pengalaman terbaik tata suara live dan tempat duduk nyaman untuk nikmati supergrup Indra Lesmana – Java Jazz, cool moderen Roy Hargrove atau double-basssist sejuta sesi Christian McBride. masing-masing tanpa kehilangan detil hingga desibel terkecilnya. JJF sekarang, bicara tuntutan tata suara, pada ruangan dengan sponsor First Media tersebut hadir kur harmoni New York Voices, pianis Nial Djuliarso, dan penyingkapan proyek rahasia Indra Lesmana – LLW.

Menyusul pengalaman 2010 di atas adalah ruang Semeru yang melebar (ketimbang memanjang seperti Hall C) dengan posisi menonton lebih dekat dengan panggung. Cocok sekali untuk jadwal ballad harmonika Hendrik Meurkeuns jika tahun lalu kita dapati musik smooth Bob James dalam versi trio di sini. Tensi mungkin naik di ruang ini karena ada Iwan Hasan meski berkolaborasi dengan musik chamber. Kita perlu naik lift 6 lantai untuk sampai ke Semeru; tahun lalu bisa menyapa Titi Sjuman sedang naik untuk tampil di panggung Lawu untuk karya ilustrasi dan scoring film-film olehnya dibantu suami, Aksan Sjuman. Lawu di 2010 terkesan unik berkat penampilan tersebut, belum lagi tambahan hadirnya proyek Bandanaira. Tahun ini ruang ini kelihatannya lebih difokuskan pada band akustik yang umumnya bawakan standard. Tetap ada pasutri lagi main di sini, Otti – Yance bareng Endah N Rhesa.
Masih banyak panggung di luas area JIExpo (a.k.a PRJ), beberapa seperti diposisikan sebagai panggung antara, ruang musik mini di antara rute panggung-panggung besar. Berjalan kaki tanpa mencoba memutuskan arah memungkinkan kita mengintip bakat lokal (yang tak melulu jazz klasik) sembari mampir di ruang-ruang tersebut. Kita bisa tiba-tiba menikmati shredding gitaris metal Eet Sjahranie memberikan klinik dengan Gibson SG merah atau permainan tunggal harmoni-melodi Rosenwinkel menyandang semi-hollow-nya jika mampir di Bromo 2. Bagi yang sekedar menemani pasangan atau teman nonton dan belum menemukan kecocokan dengan jazz pun masih bisa mampir rasakan dentum house 118 – 135 bpm di AXIS lounge. Anda pun bisa coba jadi mayor di http://foursquare.com/venue/17969025 yang dibuat akun @javajazzfest. Tak layak pula pulang bertangan kosong tanpa buah tangan khas jazz, booth @wartajazz di B7 adalah tempat berburu atribut fanatik jazz-goers.