Begitulah ‘pesan’ yang disampaikan oleh legenda jazz sekaligus salah satu pemain bass akustik terbaik di dunia, Charlie Haden, ketika mengawali konsernya di Gedung Esplanade Singapura (12/3) dalam rangka Mosaic Music Festival. Didukung oleh Alan Broadbent (piano), Ernie Watts (tenor saxophone), dan Rodney Green (drums), Charlie Haden Quartet West berhasil membius seluruh penonton yang hadir dalam konser ulang tahun Quartet West yang ke-25.
Charlie Haden yang batal hadir ke Jakarta minggu lalu, hampir saja melakukan hal yang sama di Singapura akibat masalah ginjalnya. Pada hari sebelum konser, Charlie Haden dijadwalkan memimpin orkestra Summernight di Esplanade, namun terpaksa digantikan oleh Alan Broadbent. Namun, keraguan itu usai sudah ketika Charlie Haden mengatakan pada panitia bahwa dia siap untuk main dalam konser perdananya di Singapura.
Konser yang dipadati oleh banyak penonton Eropa itu dimulai pukul 7.45 waktu setempat. Tepuk tangan pun bergemuruh ketika Charlie Haden Quartet West memasuki panggung. Charlie, yang berusia 74 tahun itu, memang tampak kurang fit, namun dengan hangat menyapa penonton sebelum memulai lagu pertamanya. “Singapura tempat yang baik. Semuanya cinta musik,” demikian Charlie memulai sambutannya.
Dia pun menceritakan sedikit bagaimana dia bisa diundang ke Mosaic Music Festival. Ketika berlibur di Bali tahun lalu (beliau turut memuji betapa indahnya Bali!), beliau dihubungi oleh Singapura mengenai masalah batu ginjal yang dideritanya. Ketika memutuskan check-up di Singapura, panitia Mosaic Music Festival buru-buru mengejarnya untuk tampil sebagai artist in residence di Mosaic Music Festival 2011. Beliau pun setuju atas tawaran panitia dan memutuskan bergabung.
Charlie Haden pun mulai memperkenalkan personil Quartet West dan segera memulai pertunjukannya dengan lagu di album barunya yang berjudul Sophisticated Women. Meskipun mulai senja, namun permainan bass Charlie Haden masih memikat dan pantas disebut sebagai legenda double bass sepanjang sejarah jazz. Kolaborasinya mulai dari Ornette Coleman hingga Pat Metheny adalah bukti sahih atas eksistensinya di dunia jazz.
Charlie Haden Quartet West pun melanjutkan lewat lagu-lagu familiar seperti ‘Hello My Lovely’, ‘Child’s Play’, dan tentu saja ‘First Song’ yang didedikasikan untuk istri tercintanya Ruth Cameron.
Tentu saja aktraksi utama dalam konser ini adalah untuk menikmati Charlie Haden. Beliau masih yang terbaik dalam double bass. Lintasan chordsnya amat memikat dan solonya seperti membawa seluruh penonton dalam titik keheningan yang teramat dalam. Menurut saya, Charlie Haden dalam pertunjukkan kali ini menunjukkan bahwa musik yang baik juga bisa membawa pendengarnya dalam keheningan yang terdalam untuk renungan yang sangat indah. Benar-benar indah! Tujuh lagu yang dibawakan Quartet West pun terasa amat cepat berakhir.
Charlie Haden beruntung didukung oleh musisi yang amat mengerti beliau, seperti Alan Broadbent (yang notabene adalah music director Liberation Orchestra), Ernie Watts, serta drummer muda Rodney Green. Faktor sound system di Esplanade Concert Hall juga sangat mendukung pertunjukan akustik seperti ini.
Di tengah – tengah konser Charlie pun sempat membuat seluruh penonton heran. Di tengah – tengah solo Alan Broadbent, beliau keluar dari panggung untuk istirahat sebentar. Mungkin faktor fisik yang menua benar-benar mempengaruhi beliau. Tetapi, permainan musiknya masih memikat.
Tidaklah heran apabila Charlie Haden sangat dihormati oleh banyak musisi top jazz. Beliau adalah seorang pemain bass dengan konsep yang jelas, permainan yang indah, serta mampu menginspirasi banyak sekali pemain lainnya. Konser Charlie Haden Quartet West benar-benar indah. Beliau pun sempat bertutur di tengah – tengah konser : “Semua penonton disini telah ‘dikutuk’. Karena telinga kalian sangat bagus, bisa mendengarkan music bagus. Planet ini butuh musik yang lebih baik sekarang juga.”
Vincentius Aji Jatikusumo +65 82631120
Pelajar, Pemerhati dan penggemar musik jazz
Tinggal di Singapura