Hari kedua di Locafore Jazz Festival 2011
Kembali di hari yang kedua, musisi-musisi jazz Indonesia lintas generasi tampil di acara LOCAFORE, Sabtu, 24 September 2011. Dilihat dari line-up artis, hari itu merupakan yang terpadat, dimana akan ada 10 artis yang akan tampil dari tengah hari hingga jam setengah dua belas malam.
Tidak berbeda dengan hari sebelumnya, pengunjung mulai berdatangan dari siang hari dan mulai padat memenuhi lokasi ketika malam tiba. Sesi siang diisi oleh Hemiola, TRIPP, 4Sixteenth, Julian Abraham Marantika, dan The Jongens. Pengunjung Locafore hari itu kebanyakan kumpulan keluarga yang merupakan masyarakat Bandung dan Kota Baru Parahyangan itu sendiri.
Acara malam setelah istirahat dibuka oleh The Musical Troops (TMT), yang menampilkan bukan hanya sekedar musik, namun sebuah drama teatrikal yang kali ini menceritakan kehidupan penghuni sebuah rumah sakit jiwa. Penampilan mereka mirip seperti serial TV Glee yang telah mengambil hati penonton di dunia, dengan memberikan edukasi melalui lagu. TMT mengusung lagu-lagu mainstream yang diolah secara kreatif sehingga menjadi lagu-lagu pop, salsa, blues, classic, namun tetap berirama dan bernuansa jazz.
Penampilan malam kedua yaitu Margie Segers, yang dibuka oleh tiupan trombone Benny Likumahuwa. Ketika lagu pertama selesai, wanita campuran Indonesia-Belgia ini masuk ke atas panggung dan menyapa penonton, dengan vokalnya yang serak dan powerful, seakan merangkul seluruh penonton. Total enam buah lagu taraf dunia ia nyanyikan, diselingi dengan senda gurau Margie dengan logatnya yang nyablak.
Malam semakin larut, penonton menjadi seperti semut, semangat tidak kunjung surut. Bahkan setengah jam sebelum Andien naik panggung, mereka sudah memenuhi hampir seluruh kursi penonton. Penyanyi jazz yang memulai karirnya sejak berseragam putih abu-abu ini tampil sangat chic. Ditemani oleh musisi jazz lainnya, yaitu Nikita Dompas pada gitar, Bonar Abraham pada bass, dan Ali Akbar pada keyboard, Andien memainkan tembang dari album-albumnya. Penonton tersihir ketika Andien melantunkan lagu puitis ciptaannya, yaitu “Pulang.” Kemudian penonton berdiri bertepuk tangan ketika lagu “Moving On” dilantunkan yang sekaligus mengkahiri penampilan Andien. Seperti biasanya, ketika tampil live, Andien selalu memberikan yang terbaik.
Berpaling ke stage satu, decak kagum terus mengalir selama permainan Benny Likumahuwa, yang dibantu oleh Donny Joesran pada keyboard, Dimas Pradipta pada drum, Indra Aziz pada Alto Saxophone, dan putranya, Barry Likumahuwa pada bass. Lagu pertama yang dimainkan yaitu “Like Father, Like Son.” Kemudian, salah satu momen terindah selama permainan mereka, ketika duet Beny dan Barry memainkan sebuah lagu untuk mengenang kepergian adik Benny, Utha Likumahuwa. Petikan bass dan tiupan flute keduanya sungguh emosional, dan di penghujung lagu, Barry tak kuasa untuk meneteskan air mata. Tepuk tangan juga memenuhi Bale Pare ketika duet scat singing dan beatboxing antara Indra dan Benny.
Tibalah ke akhir acara, yang ditutup oleh LLW (Lesmana Likumahuwa Winarta), sebuah trio jazz dengan Indra Lesmana pada piano, Barry Likumahuwa pada bass, dan Sandy Winarta pada drum. Penonton lagi-lagi memenuhi kursi penonton hingga duduk bersila di rerumputan depan panggung. Trio LLW memainkan lagu-lagu dari album “Love, Life, and Wisdom” dan beberapa lagu lainnya yang akan segera mereka rilis. Menjelang pergantian hari, acara ditutup dengan tepuk tangan meriah dan senyum puas dari seluruh penonton.