Bermain Groove bersama Barry Likumahuwa Experiment


Meski hari mulai gelap, panggung outdoor Ministry of Environment and Forestry justru ramai. Satu per satu pengunjung mendekat ke deretan kursi depan panggung. Ya, siapa lagi kalau bukan menanti kemunculan Barry Likumahuwa dengan kelompok barunya.
Malam itu yaitu Barry Likumahuwa Experiment terdiri atas Barry Likumahuwa(bass), Dimas Pradipta (drums), Jordy Waelauruw (terompet), Bass G (tenor saksofon), George Tanasale (percussion), juga Ivan Alidiyan, Martin Siahaan, Imanuel Junaedy pada keys.
Dibuka dengan musik eksperimennya, yang menonjolkan bass, keys, dan terompet, dua lagu pertama yang up-beat cukup membuat pengunjung ikut bergoyang. Melalui bass, Barry seolah ingin menunjukkan eksistensi bass dalam sebuah band ketika memainkan musik. Fungsinya tidak hanya untuk menjaga rhythm, tetapi juga menjadi melodi yang memimpin lagu.
Seperti pada lagu “Soulectronics”, sketch-singing dengan Bass G pun pada akhirnya menjadi andalan Barry untuk meraih rasa kagum pengunjung. Kemampuannya memang tidak diragukan ketika bicara soal kualitas bermusik, karena ia juga mahir mempraktikkan teknik-teknik bermain bass, seperti teknik tapping, slapping, chopping, dan lain-lain.
Barry Likumahuwa, dengan style performance dalam bermain bass yang enerjik, kasual, dan kualitas permainan yang juga berisi dan menarik, dipadukan dengan gaya musik fusion dan funk yang banyak disukai remaja, dan lirik manis berkisar kisah percintaan yang kerap mewarnai gaya hidup anak muda.
Kemudian, pada lagu “Bongkar”, meski beberapa vokalis turut bergabung—Ray Monte, Albert Fakdawer—Barry tetap mencoba berkomunikasi dengan penonton di atas panggung, misalnya dengan menceritakan kisah dibalik sebuah lagu.
Lagu penutup, yakni “Saratoga Jakarta” dibawakan bersama Barry ingin membawakan karya yang sesuai dengan kata hatinya. Dan, malam itu, seperti diutarakan Barry, mereka memilih berkompromi dengan pasar.