Laporan hari kedua: Franco D’Andrea
Penampilan beberapa musisi jazz dalam negeri atau internasional yang menarik sudah digelar sejak sore hari di hari kedua JJF 2008 ini. Ada musisi jazz terkenal dari Itali Franco D’Andrea, Benny Likumahua bersama Salamander Big Band, Nial Djuliarso, Ron King Big Band maupun Dwiki Darmawan yang tampil bersama World Peace Orchestra.
Untuk menyaksikan semua pertunjukan di sore hari itu pun terasa tidak mungkin. Penulis terlebih dahulu melihat penampilan seorang pianis senior dari Itali yang sudah membangun kariernya sebagai musisi sejak dekade 1960an, yaitu Franco D’Andrea. Pianis yang pernah bekerja di sebuah radio di Roma ini tampil dengan menggandeng formasi yang sepuluh tahun terakhir ini sering tampil bersama: Aldo Mella (bass), Zeno de Rossi (drum) dan Andrea “Ayace” Ayassot (alto & curved soprano saxophone).
Melihat perkembangan awal style dari Franco D’Andrea memang tidak begitu mengherankan kalau mereka tampil di JJF 2008 cenderung membawakan komposisi-komposisi yang mempunyai harmoni terbuka dan bebas. Sehingga terdengar seperti free jazz, namun dengan struktur komposisi lebih tertata serta pengaruh dari era musik modern cukup kental dan masih terasa unsur swingnya.
Hal tersebut terlihat dari penampilan Andrea sendiri yang membuka lebar-lebar harmoni chord dan tidak banyak memilih chord yang sifatnya mengikat musisi lainnya. Sementara Ayassot menampilkan melodi yang mengambang, abstrak dan improvisasinya sekilas terasa dingin namun sensitif seperti gaya khas dari Lee Konitz. Peran bas dan drum di sini adalah penting, terutama untuk memberikan jaminan ruang gerak bagi piano dan bass.
Mereka menampilkan beberapa komposisi panjang. Unsur pengembangan komposisi terlihat dalam saat yang bersamaan dan spontanitas ketika mereka berada di atas panggung. Jelas dari sisi ini, komunikasi dan sensibilitas masing-masing musisi harus tetap dalam kondisi fit.
Dari kursi penikmat, kalau belum terbiasa mendengarkan style musik yang mereka tampilkan, barangkali penampilan mereka terasa kurang menggigit, cenderung dingin dan membosankan. Meskipun kalau dari segi musikal, masing-masing musisi tentu sudah mempunyai bekal yang banyak untuk mampu melakukannya.