Mian Tiara & D’ Organics Yang Santai dan Menyejukkan
AXIS Java Jazz Festival 2011
Sinar mentari terik menyengat sore itu. Ia menyuar lengan dan wajah para javajazzer yang berada di depan OSO Stage 2, panggung outdoor terletak di posisi belakang areal Jakarta International Expo, Kemayoran. Karena diguyur hujan malam sebelumnya dan sistem pembuangan air yang kurang baik, tampak genangan air di atas pelataran terbuat dari conblock tersebut. Sebab itu pula jadinya sebagian penonton memilih untuk menyaksikan dari jauh, kecuali para fotografer yang lebih rela berbecek-becek demi mendapatkan sudut pemotretan ideal.

Meskipun hawa panas dan silau cahaya matahari, hati menjadi sejuk terhibur penampilan Mian Tiara & D’ Organics dengan buaian musik juga narasi yang menghanyutkan. Dimulai lepas pukul empat sore, Mian membawa serta Aditya Bayu (guitar), Chaka Priambudi (kontrabas), Reza Achman (drum), berempat mereka sajikan tembang – tembang dari album debut The Comfort of My Own Company (Demajors, 2010). Kekuatan grup ini terdapat pada garapan musik deskriptif – personal, lewat lirik yang ditulis dan dinyanyikan oleh Mian secara naratif. Kentara sekali acuan pada figur Joni Mitchell, terutama dari cara Mian untuk menyampaikan pesan sehingga musiknya sungguh bercerita. Kalau di Brazil, ialah Luciana Souza yang punya preferensi serupa. Selebihnya, Mian Tiara adalah musisi eklektis, tidak terpaku pada suatu genre tertentu.
Nomor – nomor yang terdengar antara lain “Memories of You,” “Not Even Love,” “Disapih,” dan “Little Space in Between.” Mian Tiara tidak bernyanyi sendiri. Pada salah satu lagu ia mengundang saudari kembarnya naik ke panggung, Mian yang lain yaitu Mian Meuthia yang menyambut audiens dengan candaan, “… tenang, kalian nggak lagi mabuk kok, ini bukan double vision, hehehe … ,” berbalas tawa penonton. Dalam repertoar Mian hari itu, patut dipuji tafsiran atas tembang berjudul “Ini Rindu” milik komposer/penulis lagu Ismail Marzuki, yang kerap terlupakan. Ia punya sentuhan tersendiri dalam artikulasi dan frase, bernuansa vintage namun jauh dari kesan usang. Dengan epilog berbunyi:
…Tak akan mengerti
Tak pula pun tahu
Biar cuma aku
Ini rindu
Kamu orang yang punya.