Untuk beberapa penikmat musik jazz di Indonesia, Djarum Super Mild Jakarta International Java Jazz Festival 2012 yang digelar mulai dari tanggal 2 sampai 4 Maret lalu menjadi sebuah suguhan yang tak terlupakan. Pihak Java Production seolah-olah memahami betapa besar kerinduan para fans musik jazz di Indonesia akan lagu-lagu Manhattan Transfer, nuansa smooth jazz dari Jeff Lorber, keramahan Dave Koz, dan kharisma Al Jarreau. Benar saja, sejak November 2011, nama keempat musisi dan grup vokal yang turut mengawali popularitas Java Jazz Festival di mata dunia itu kembali muncul pada jajaran confirmed artists.
Tema tahun ini, “Where Jazz Finds a Home”, memang bukan main-main. Rupanya pihak Java Production memang mengusung tema itu dengan didukung oleh nama-nama musisi yang sudah dikenal dunia sejak puluhan tahun yang lalu, seperti George Duke, Bobby Caldwell, Ron Carter, Stevie Wonder, Herbie Hancock, Bobby McFerrin, Barry White, dan Pat Metheny. Beberapa dari mereka masuk ke dalam jajaran artis dengan performa khusus (Special Show) yang mengharuskan pengunjung untuk membayar lebih, sedangkan beberapa yang lain dapat disaksikan hanya dengan berbekal tiket Daily Pass. Sementara itu, seperti Java Jazz Festival pada tahun-tahun sebelumnya, hal paling menarik dari pesta jazz tahunan ini adalah munculnya wajah-wajah generasi baru pencinta jazz. Salah satu pengunjung bahkan berkata pada penulis bahwa saat Pat Metheny tampil di hari Sabtu (3/3), hampir seluruh pengisi Hall D1 adalah anak muda. Tidak diragukan lagi bahwa gitaris yang terkenal gemar ‘bercerita’ melalui permainan gitarnya itu memang banyak menjadi inspirasi lantaran ia mampu mencampuradukkan emosi para penontonnya dengan teknik-teknik permainan gitarnya yang mendekati sempurna.
Adalah Sheila Escovedo atau yang lebih akrab disapa ‘Sheila E’ yang membuat Hall D2 bergetar dengan nuansa fusion jazz berbalut irama latin yang begitu menarik perhatian para pengunjung Jakarta International Expo, Kemayoran, di hari pertama (2/3) Java Jazz Festival 2012. Dengan memboyong serta keluarganya, The E Family, Sheila E tampil begitu segar dengan talenta yang tidak diragukan lagi dalam teknik drum dan perkusi. Selain membawakan lagunya yang pernah menjadi hits, ‘The Glamorous Life’, hari itu wanita yang lahir di keluarga perkusionis legendaries Pete Escuvedo ini juga mempersilahkan masing-masing anggota keluarganya tampil solo. Tidak lupa Sheila E membawakan beberapa lagunya dari album terbarunya, Now and Forever, seperti ‘I Like It’ dan ‘Do What You Do’, dengan beberapa improvisasi dibalut beberapa candaan, seperti permainan perkusi secara bergantian dalam sebuah barisan dan dihajarnya stand symbal sebagai simbol permainannya yang begitu maksimal. Sheila E yang terkenal dengan proyek-proyeknya bersama Prince, Ringo Starr, dan George Duke ini memang belum begitu dikenal oleh kalangan newcomer fans di Indonesia, tapi ia mampu membuktikan eksistensinya di industri jazz yang sudah begitu lama dalam sebuah performa yang begitu menarik malam itu.
Masih di Hall D2, berselang 1 jam setelah Sheila E dan The E Family tampil Erykah Badu. Musisi yang terkenal dengan duetnya bersama Common di ‘Love of My Life’ ini menyanyikan banyak lagu malam itu, beberapa di antaranya adalah ‘On and On’, ‘Happy to See You Again’, dan ‘Window Seat’. Dengan dibalut pakaian dan aksesoris serba hitam, serta beberapa kalung emas yang seolah dikenal fans sebagai trademark-nya dalam berpakaian itu Erykah Badu menutup hari pertama Java Jazz Festival dengan lagu-lagunya yang bernuansa neo-soul yang mendapat pengaruh dari Afrika, Mesir kuno, dan yang diyakininya sebagai the Nation of Islam. Erykah Badu memang tidak dikenal sebagai musisi jazz, tapi wanita yang mengklaim bahwa dirinya menyanyi dari dan untuk jiwa ini membuktikan kekuatannya dalam menulis lirik lagu, stamina performa tanpa henti, dan teknik improvisasi yang ditunjukkannya melalui suara-suara unik yang dibunyikannya dengan mulut dan dengan synthesizer yang berupa sebuah drum pad elektrik. Kehadiran Erykah Badu memang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh baik para fans lokal maupun fans asing dari negara-negara lain. Wanita yang dijuluki ‘The First Lady of Neo-Soul’ ini mampu membuat seisi Hall D2 tidak segan untuk bergoyang dan bersenang-senang layaknya sedang berada di sebuah kelab.
Para musisi di hari pertama Java Jazz Festival 2012 ini seolah-olah mengatakan bahwa jazz tidak selalu hanya tentang gitar nilon, piano, dan saksofon, tapi juga tentang alat musik lain, seperti perkusi, drum, dan synthesizer, yang juga dapat dimainkan dengan caranya tersendiri. Penampilan Sheila E yang terkesan rockin’ dengan nuansa jazz fusion dan Erykah Badu yang sangat soulful malam itu adalah bukti-bukti bahwa jazz memang adalah musik untuk semua kalangan. Seperti layaknya rumah yang menjadi tempat paling baik bagi setiap orang dengan jati dirinya masing-masing untuk dapat diterima dan dihargai, Java Production membuktikan bahwa Java Jazz Festival adalah tempat dimana jazz mendapatkan dan memanjakan penggemarnya yang datang dari seluruh kalangan dengan berbagai minat yang beragam. It’s not only about bringing the world to Indonesia, but it is also about being a home to jazz. (Sheyka Nugrahani/WartaJazz)