Speakeasy: Alih rupa musik funk jazz dengan format band rock

Lantunan lagu yang dibalut adonan crossover funk, jazz, soul dan sound gitar yang bluesy membuat langkah berhenti di depan panggung Maksima malam itu. Disana tampil satu grup muda bernama Speakeasy yang ternyata telah mengumpulkan crowd cukup banyak dan menghibur mereka dengan musik-musik bermelodi dan tempo yang terdengar begitu asyik dan ear catchy.
Terdiri dari vokalis Randi SC, Gitaris Marshall Daniel Reynaldo dan bassis Inyo Rarumangkay, khusus penampilan trio Speakeasy di Java Jazz Festival 2013 dibantu oleh beberapa additional musicians; Viki Vikranta pada drums (menggantikan drummer tetap mereka sebelumnya, Christo Charles), Nara Prayindra mengisi pad-pad lagu dengan sythesizers, serta dua backing vocals Sapphira Singgih dan Arly Soetopo.
Dibentuk oleh Rey dan SC pada tahun 2006, Speakeasy langsung mencoba membuat karya sendiri dan berusaha memainkan musik sesuka apa adanya mereka. Nama Speakeasy mulai dikenal publik saat mereka menjadi salah satu pemenang e-vote 2010/11 Round 1 Finalist The People Music Award Katagori Soul/funk/Blues (www.thepeoplesmusicawards.com) dengan lagu berjudul “Closer”. Bersama Inyo dan dibantu beberapa orang drummer, Speakeasy menyelesaikan materi album yang berisi 10 lagu dan merilis “Saat Ini” sebagai pre-single pada tahun 2011. Tahun itu juga, Speakeasy merilis EP album berjudul volume ½ yang terdiri dari 4 lagu melibatkan dua drummer Andre Pratama dan Panji Baskoro serta saksophonis Gerinov.
Lagu-lagu yang ditampilkan Speakeasy di Java Jazz 2013, kali kedua mereka tampil di festival ini, mayoritas diangkat dari debut full album mereka, Hidup dan Bernafas, yang dirilis akhir tahun lalu (2012). Sebut saja, “Ride to Mars” yang menjadi opening konser, “Discover”, “Hidup dan Bernafas”, Aku dan Dirimu”, ”Suasana” yang menurut gitaris Rey paling mendapat antusiasme penonton, serta “Clover” di penghujung konser. Selain itu trio Rey-SC-Inyo juga mencover beberapa lagu yang mereka anggap senafas dengan musik Speakeasy, seperti “Lovely Day” dari American soul-R&B singer Bill Withers, dua lagu dari Jamiroquai “Space Cowboy” dan “Traveling Without Moving” yang direspon meriah serta satu karya Ismail Marzuki, “Juwita Malam” yang diolah dengan cara Speakeasy. “…. Supaya ada yang ikut nyanyi. Kan tidak semua orang kenal lagu-lagu Speakeasy.” jawab Rey ketika ditanya kenapa mereka menampilkan lagu-lagu diluar karya mereka itu.
Kualitas dan pilihan lagu yang mumpuni serta aransemen yang mengasyikkan membuat Speakeasy mendapat respon yang positif dari crowd Maksima Stage malam itu. Musik funk jazz dengan format band rock – empat orang personil tanpa menggunakan keyboard dengan porsi isian gitar di depan – adalah ciri yang Speakeasy ingin bangun dan membedakan mereka dari band bergenre serupa (sebut saja, Soulvibe dan Maliq & D’Essentials). Sesuai namanya, Speakeasy bukan hanya sekedar bicara mudah, tetapi lebih kepada penyampaian pesan-pesan mereka dengan cara yang lebih mudah di terima. “…Come closer to me, let me the one, the one and only… Speakeasy”