INTERVIEW WITH PAUL VAN KEMENADE QUINTET

Paul Van Kemenade : Alto Saxophone
Hans Sparla : Trombone
Jeroen Van Vliet : Piano
Erik Van Der Westen : Bass
Pieter Bast : Drum
Berikut ini adalah wawancara ekslusif kami dengan musisi asal Belanda, The Paul Van Kemenade Jazz Quintet ketika mereka manggung di Yogyakarta beberapa waktu yg lalu.
WartaJazz (WJ) : OK, Mari kita mulai dari awal, apa yang memberikan anda keputusan sehingga sehingga anda terjun ke dalam blantika musik jazz lebih serius?
Paul Van Kemenade (PVK): Saya mulai bermain saxophone ketika masih berumur 13 tahun dan bermain musik jazz ketika berumur 18 tahun ketika masih belajar di sebuah konservatorium. Quintet ini sendiri ada sejak 1982. Formasi sekarang ini adalah formasinya yang kedua terutama di dalam rhythm section-nya. Kecuali Hans Sparla (pemain trombone) yang sudah bergabung sejak quintet ini berdiri. Untuk formasi yang sekarang inipun sudah berusia 13 tahun.
Hans Sparla (HS): Karena pertama kali saya memainkan dance music, dan ketika saya masih belajar di konservatorium bertemu dengan Paul. Waktu itu sudah banyak orang memainkan musik jazz. Sebelum saya mulai mendengarkan banyak gaya dalam musik jazz, saya lebih sering tampil dalam memainkan gaya-gaya musik jazz tradisional. Baru setelah saya bergabung dengan quintet ini, saya lebih terdorong untuk memainkan gaya permainan quintet ini.
Pieter Bast (PB) : Awalnya saya bermain dalam sebuah band sekolah, setelah itu kami sering memainkan gaya-gaya dixieland maupun gaya-gaya musik jazz yang lebih komplek. Mulai dari hal tersebut, saya sadar bahwa saya sangat menyukai musik jazz. Kemudian saya lebih sering lagi untuk mendatangi berbagai workshop musik jazz dan di situ juga saya bertemu dengan Paul. Dari sejak awal saya memang pemain drum. Saya pikir menjadi suatu hal yang sangat menyenangkan untuk bergabung dengan Paul. Quintet ini adalah salah satu kelompok dimana saya merasa senang bergabung dengannya.
Erik Van der Westen (EVDW) : Saya mulai bermain bass ketika berumur 19 tahun dalam band pop dan rock. Saya juga selalu menuliskan lagu saya sendiri untuk band tersebut. Sedangkan memainkan akustik bass sudah sejak 18 tahun yang lalu.
WJ : Apa visi Quintet anda?
PVK : Apa yang kami mainkan dalam quintet ini ada bermacam-macam gaya dan jenis musik. Jadi tidak hanya memainkan musik jazz saja, namun dengan berbagai musik yang banyak mempengaruhi kami, termasuk musik klasik, musik Spanyol, Afrika maupun dari Asia. Apa yang menarik untuk dilakukan adalah ketika kami mencoba untuk mengkombinasikan semua gaya tersebut dan kami dapat memainkan improvisasi di dalam masing-masing gaya tersebut. Hal ini diperlihatkan di dalam komposisi-komposisi yang kami mainkan. Saya kira semua anggota quintet ini telah sepakat dengan apa yang kami mainkan. Ini penting, mengingat kami sudah cukup lama bergabung bersama. Yaitu dengan visi untuk mengkombinasikan berbagai macam gaya yang berbeda.
HS : Visi? Ya, suatu hal yang sulit dijelaskan dengan mudah dipahami. Komunikasi antara alto sax dan trombone tentunya akan menghasilkan dan menambah kaya warna quintet ini. Dengan warna suara dan aksentuasi trombone yang lebih tajam dari pada alto sax. Bagaimanapun juga posisi trombone sebagai posisi tengah.
WJ : Bagaimana soal keterlibatan anda di dalam Berlin Contemporary Jazz Orchestra?
PVK : ya, itu sudah lama. Saya pernah bergabung dengan Berlin Contemporary Jazz Orchestra selama 3 tahun. Mengasyikan sekali. Itu sebuah big band yang terdiri dari musisi-musisi Eropa dan Amerika Serikat. Ketika itu saya disuruh untuk bergabung dengan sebuah kelompok big band, yang biasanya di dalam big band lain saya tidak bisa main dengan gaya dan ide sendiri, namun dengan Berlin Contemporary Jazz Orchestra yang terjadi justru sebaliknya. Saya sangat senang ketika bergabung dengannya, karena masing-masing dari kami mempunyai konsepsi tentang musik masih sama, termasuk dalam menggarap dan memainkan komposisi-komposisi yang banyak mengagetkan orang itu. That’s great.
WJ : Kami baru saja mendapat kiriman sebuah katalog dari Challenge Records, kami lihat ada nama anda di dalamnya. Sejauh mana anda bekerja sama dengan mereka?
PVK : Album kami yang mereka keluarkan hanya satu saja. Kami pernah berkerja sama dengan banyak perusahaan rekaman, salah satunya dengan Challenge Records. Saya sendiri tidak ada hubungan secara khusus dengan mereka.
WJ : Apakah anda mempunyai suatu pendekatan musikal tertentu terhadap masing-masing perusahaan rekaman?
PVK : Tidak. Kami mengeluarkan karya-karya kami tidak terbagi-bagi dengan perusahaan rekaman. Semua gaya karya kami yang telah dikeluarkan oleh banyak perusahaan rekaman adalah sama.
WJ : Bagaimana kesan anda ketika tampil di Yogyakarta?
PVK : Sangat bagus. Sama halnya dengan Jakarta maupun di Bandung. Saya sangat senang, penonton di sini sangat memperhatikan dengan apa yang kami mainkan. Jumlah penonton di Jakarta maupun di Bandung sama banyaknya dengan di Yogyakarta. Saya harap kami dapat tampil kembali di waktu yang mendatang, sangat menyenagkan.
PB : Saya pikir mereka semua suka dengan pertunjukan kami. Mereka benar-benar tahu dengan apa yang mereka sukai. Penonton di sini saya lihat cukup apresiatif, sopan dan bersahabat. Saya lihat tadi sebagian penonton ada yang duduk lebih dekat dengan pemain, hal inilah yang membuat kita mendapatkan yang lebih hangat dari penonton.
WJ : Album anda yang terakhir?
PVK : Album kami yang terakhir dibantu oleh 3 musisi dari Afrika Selatan. Mulai minggu dengan kami akan tampil di 12 tempat di Belanda dengan ketiga musisi Afrika Selatan tersebut. Dalam beberapa bulan ke depan, kami akan mengeluarkan sebuah album kompilasi. Selain itu, ada rencana juga untuk mengerjakan sebuah album dengan formasi pemain yang lebih kecil berupa solo, duo maupun trio dan quartet. Quintet ini sendiri sudah menghasilkan 7 album.
WJ : Proyek di masa mendatang?
PVK : Saya senang bermain dengan berbagai macam musisi, entah itu dari Eropa sendiri maupun dari Afrika dan Asia. Suatu hal yang sangat menarik misalnya dapat berkolaborasi dengan kelompok gamelan dari Indonesia. Tahun Depan, kami akan menyiapkan kerja sama dengan sebuah orkes musik klasik.
WJ : Musisi favorit anda?
PVK : Banyak pemain favorit saya. Tidak hanya satu atau dua musisi saja. Banyak musisi besar. Barangkali mereka antara lain adalah Carla Bley, Charles Mingus, Charlie Haden, Charlie Parker, Ornette Coleman dan masih banyak lagi serta tidak hanya pemain saxophone saja.
WJ : Termasuk para musisi free jazz dan musik improvisasi?
PVK : Ya, Seperti Ornette Coleman, Albert Ayler, Eric Dolphy, Pharoah Sanders dan John Coltrane. John Coltrane adalah segalanya. Namun yang lebih saya tekankan adalah saya tumbuh kembang di antara banyak gaya dan jenis musik sehingga banyak hal yang mempengaruhi saya. Saya terus berusaha untuk mengkombinasikannya di dalam komposisi-komposisi dan permainan saya. Alasan inilah yang membuat saya tertarik dengan musik improvisasi.
PB : Ada beberapa pemain drum yang saya suka mendengarkannya, mereka antara lain Art Blakey, Philly Jo Jones, Jack De Johnette, Elvin Jones, Peter Erskine dan Marvin Smith. Mereka semua mempunyai peran yang spesifik terhadap musik jazz. Hal tersebutlah yang mempengaruhi saya sehingga mempunyai sikap yang lebih luas dalam bermain drum.
EVDW : Saya banyak mendengarkan karya-karya Charles Mingus dan sampai sekarang dia tetap menjadi salah satu pengaruh utama saya. Charles Mingus tidak hanya seorang pemain bass saja. Namun dia lebih menonjol sebagai seorang komposer yang handal. Selain itu juga Charlie Haden. Dia merupakan salah satu pemain bass yang masih dapat bersaing sampai sekarang ini. Itulah pemain favorit saya.
HS : Saya banyak dipengaruhi oleh banyak musisi. Namun tentu saja J J Johnson sebagai pengaruh utama saya. Juga Ray Anderson maupun George Lewis. Mereka sangat menarik, mungkin sangat berbeda dibandingkan dengan pemain trombon di Amerika Serikat pada umumnya. Satu lagi salah seorang pemain trombon dari Jerman, yang mempunyai kekuatan yang besar dalam teknik permainnya, yaitu Albert Mangelsdorff.
WJ : Bagaimana dengan rekan senegara dengan anda, Walter Wierbos?
HS : Saya bermain dengan dia dalam sebuah big band. Saya sering bertemu dengan dia dalam berbagai kesempatan, entah itu dalam kegiatan tour keliling Belanda, Jerman, Belgia maupun dalam studio rekaman. Dalam big band tersebut Walter Wierbos bersama saya bermain trombone.
WJ : Hans, bagaimana posisi anda dalam quintet ini?
HS : Peran dan posisi saya dalam quintet ini saya kira sangat spesial. Sebagai pemain trombone dalam quintet ini, posisi saya di luar rhythm section, namun selalu bermain atau berhadapan dengan mereka sehingga seolah-olah sedang bermain dalam formasi -duo ataupun trio.
WJ : Apakah ruang gerak permainan trombon dalam kelompok ini dapat dikembangkan lagi?
HS : Ya, sebelum itu saya pernah saya lakukan dengan kelompok lain.
WJ : Apakah anda juga terlibat di kelompok yang lain?
HS : Ya, Quintet ini bukanlah satu-satunya kelompok saya. Kadang-kadang saya bermain dengan kelompok yang tanpa pemain piano atau tanpa pemain bass. Dalam band regular saya, saya memainkan peran sebagai solois yang kedua setelah pemain alat tiup yang lain. Peran saya sering sebagai countermovement (harmoni pengiring / penyeimbang selain alur melodi utama -red) pemain yang lain. Tidak jarang juga saya tampil tanpa musisi alat tiup lain, hal ini sangat menarik bagi saya.
PB : Saya juga terlibat di dalam beberapa kelompok band yang berbeda, yang waktu ini pun masih dalam rangka pertunjukan kelilingnya. Salah satunya adalah bergabung dengan sebuah kelompok quintet musik blues. Lainnya saya juga terlibat sebuah kelompok yang diberi nama Demolotion Trio yang pernah bekerja sama dengan Charlie Mariano. Trio ini pada saat ini sedang mempunyai jadwal tur keliling dunia yang cukup padat.
EVDW : Saya banyak melakukan proyek solo dengan nama saya sendiri sebagai nama band tersebut. Kadang-kadang saya banyak melibatkan musisi untuk menyelesaikan proyek-proyek tersebut. Selain itu, saya pikir saya harus melakukannya untuk tetap bertahan hidup.
WJ : Apakah mempunyai rencana untuk mengerjakan proyek solo karier?
HS : Sejauh ini belum. Meskipun kadang-kadang saya berpikir tentang itu. Saya tidak terlalu tertarik untuk melakukannya. Namun bisa jadi hal itu akan tewujud di kemudian hari. Untuk proyeksi ke depan, saya lebih mengkonsentrasikan ke dalam gaya-gaya big band dengan mater-materi lama namun dimainkan dengan cara yang lebih modern. Jadi tidak sepenuhnya dalam bentuk-bentuk lama. Selain itu, untuk melanjutkan proyek bersama Bee Dee Graff (?) yang tahun lalu sempat tour keliling dengan menggarap komposisi-komposisinya Jimmy Hendrick. Dalam kelompok tesebut formasinya unik, yaitu trombone, sax dan steel drum.
PB : Saya pernah mempunyai sebuah kelompok dari tahun 1985 – 1988. Di masa itu, kami cukup sibuk dengan banyaknya agenda pertunjukan di berbagai klub jazz maupun di beberapa festival jazz. Meskipun sudah lama bubar, beberapa waktu yang lalu kami sempat tampil kembali di beberapa kesempatan.
WJ : Apa yang membuat anda berpenampilan tenang namun ketika di belakang perangkat drum, anda tidak setenang penampilan anda?
PB : Saya pikir dengan memperbanyak mendengarkan musik sehingga saya dapat membedakan berbagai macam setuhan permainan drum di dalam berbagai macam musik. Barangkali banyak mendengarkan corak-corak permainan drum dalam berbagai jenis musik maupun berbagai area. Dan yang paling penting adalah menemukan karakternya sendiri. Terus belajar, jangan berhenti dan pertahankan untuk selalu bergerak. Cobalah untuk mengkombinasikan corak-corak pukulan drum yang sudah didapat. Buatlah gaya yang spesifik dan tepat di antara banyak pilihan.
WJ : Apa saran anda untuk para drumer jazz pemula?
PB : Saya kira pertama-tama harus mencintai musik jazz itu sendiri. Selain latihan dengan inten, cobalah untuk bergabung dengan berbagai kelompok yang mungkin dapat mengembangkan skill bermain drum yang baik. Di sini harus mampu melihat peluang sampai sejauh manakah dalam menggali dan mengeksplor berbagai kemungkinan antara power, feeling, beat dapat dikembangkan lebih jauh lagi. saya kira hal ini dapat membantu dalam menemukan cara anda sendiri dalam bermain musik.
WJ : Apakah ada rencana untuk berkolaborasi dengan Gamelan?
PB : Saya belum tahu. Namun hal tersebut sangat menarik untuk dicoba. Saya sangat senang jika ada peluang untuk mengkombinasikan beberapa aspek musikal yang berbeda dengan gaya permainan saya. Jelas ini akan menambah dan memberikan kemungkinan dengan memasukan seperangkat alat gamelan ke dalam quintet ini. Itu merupakan salah satu keluwesan musik jazz untuk dapat digabungkan dengan jenis musik lain.
WJ : Erik, apakah anda merasakan sesuatu yang berbeda ketika memainkan bass elektrik dan bass akustik?
EVDW : Saya tidak memainkan bass gitar elektrik, saya hanya memainkan electric uprightbass. Meskipun saya hanya menggunakan electric uprightbass ketika melakukan tour saja. Hal ini karena akustik bass yang sering saya gunakan adalah buatan Perancis tahun 1830, sehingga harus diperlakukan sedemikian rupa. Faktor perbedaan kelembaban udara sangat berpengaruh terhadapnya. Saya akan mempunyai masalah jika saya membawanya ketika melakukan perjalanan pertunjukan keliling. Alasan itulah saya di sini hanya menggunakan electric uprightbass. Selain itu, sepertinya sesuai dengan penampilan kali ini dan mudah mengatur keseimbangan suaranya.
WJ : Di Indonesia jauh lebih banyak pemain electric bass dari pada pemain acoustic bass. Apakah memang lebih sulit untuk memainkan akustik bass dari pada elektrik bass?
EVDW : Untuk dapat menguasai bass akustik harus dilalui dengan belajar yang keras. Pertama, bass akustik lebih berat daripada bass elektrik, jauh lebih sulit untuk menemukan intonasi serta nada yang bagus dan matang. Banyak musisi muda tidak mempersiapkan diri untuk belajar lebih keras lagi. Kebanyakan dari mereka ingin segera dapat memainkannya tanpa harus belajar keras, namun kenyataanya lain. Hal ini benar-benar membutuhkan belajar yang keras untuk mendapatkan sound yang bagus dan pengendalian / kontrol yang matang. Namun jika anda sudah terkait dengan akustik bass, anda tidak akan pernah lagi suka dengan elektrik bass. Kecuali memang diperlukan suara yang spesifik untuk musik tertentu. Di luar itu, banyak juga pemain bass elektrik yang bagus seperti Darryl Jones maupun Marcus Miller. Namun ketika Dave Holland bermain bass elektrik, dia memainkannya dengan tingkat kedalaman nadanya yang sama dengan permainan bass akustiknya.
WJ : Ketika anda tampil tadi terlihat sangat santai dengan mimik wajah yang cerah, bagaimana anda bisa tampil seperti itu ketika dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan anggota lain quintet ini?
EVDW : Sebenarnya, sebelum pertunjukan saya sangat memperhatikan musik yang akan dimainkannya. Terutama untuk menjaga komunikasi saya dengan rhythm section yang lain untuk membuat suara bass dan suara musiknya menjadi utuh. Pada saat itu, rhythm section harus mengimbangi dan menjaga arah pemain alat tiup sedang tampil solo agar dapat tampil lebih mengalir bebas. Terutama untuk quintet ini, posisi pemain alat tiup sangat penting dari bagian sajian musiknya di mana ada phrasing yang lebih spesifik. Seperti dalam lukisan mengenai pola-pola pewarnaannya.
WJ : Bagaimana anda menemukan karakter permainan bass yang khas dari diri anda?
EVDW : Ini sulit. Pertama-tama ketika harus mendapatkan bass akustik yang dapat menghasilkan suara yang bagus. Namun yang jauh lebih sulit adalah menemukan karakter suara anda sendiri yang didukung dengan bass tadi. Sehingga akan dapat memainkan apa yang anda ingin mainkan. Saya kira karakter ini yang menyebabkan banyak orang datang untuk mendengarkan musik anda. Seperti halnya banyak orang menyaksikan pertunjukan Paul Van Kemenade, karena ingin mendengarkan musiknya Paul. Demikian juga dengan John Coltrane, orang datang untuk mendengarkan musiknya John Coltrane. Hal itu merupakan perkembangan tertentu karakter khas anda. Saya kira hal ini memang akan memakan waktu bertahun-tahun.