Sebuah Catatan album Nyore…#1 dari CJ Percussion
CJ percussion merupakan singkatan dari nama kami masing-masing yaitu : Caesarking dan Jonathan Dangawa dibentuk sekitar pertengahan Juli 2015. Berawal dari kegelisahan saya, yang memunculkan sebuah pertanyaan seperti ini; Mengapa banyak drummer tidak memiliki inisiatif untuk melestarikan Ritmis kepunyaan Indonesia yang sangat kaya ini. Dan saya buat sebagai status di BBM saya
Dalam waktu yang sangat cepat sang perkusionis handal yang bernama Caesarking ini merespon dengan begitu cepat nya. Dengan menjawab seperti ini: “Ayo kita buat proyek dengan mengaplikasikan beberapa ritmik yang dimiliki Indonesia”. Dan langsung saya menjawab: ayo mas kita buat dan belajar bersama.
Akhirnya kami bertemu dan langsung berinisitaif untuk mencari tempat untuk berlatih, dan seketika itu saya langsung berpikir untuk latian di bebek plengkung resto dan art space, kebetulan om Onie selaku pemilik Café tersebut sangat mensupport musisi-musisi Yogyakarta yang ingin berkembang. Om onie juga seorang pelukis yang handal.
Selanjutnya kami langsung berlatih bersama secara rutin dari pertengahan Juli sampe akhir september, sebelum saya berangkat Timor Leste dikarenakan saya ada tawaran bekerja disana selama 2 bulan. Lahirlah 4 karya CJ percussion ini antara lain: “Pak Tani” , “Dolanan”,”Serba-Serbi”,” dan yang terakhir “Angon” feat Serunai alat tiup dari Padang dimainkan oleh mahasiswa etnomusikologi ISI (hamzah Bilal).
Semua karya yang kami buat semua nya inspirasi dari kehidupan sehari-hari yang kami lihat di pematang sawah ketika menjelang sore yang membuat judul album kamu bertemakan “NYORE”
Contoh karya kami seperi Dolanan : Anak-anak yang selalu bermain pada sore hari di pematang sawah
Angon : Seorang gembala yang menggembalakan dan memberi makan kawanan kambing domba.
Pak Tani : Yang kami gambarkan seorang petani bersama petani lain nya bersama-sama bercocok tanam dari ketika bangun pagi sampai menjelang sore hari
Bangkong: salah satu karya solo drum bernama “Bangkong” berasal dari suku kata bahasa sunda yang berarti Katak, dimana katak selalu menjulketika menjelang sore dan selalu berkelompok dan menimbulkan suara bergantian di pematang sawah.
Secara garis besar semua karya kami bisa dibilang hasil dari alam itu sendiri, dimana kami selalu merespon yang ada di sekitar kehidupan kami lalu dituangkan melalui beberapa ritmik yang Indonesia miliki. Dengan album ini kami berharap agar budaya indonesia dan ritmik indonesia selalu kita jaga dan kita lestarikan bahkan kita kembangkan seperti yang saya lakukan dalam album ini.Jangan tergiur,terpana dan terpengaruh dengan budaya asing, indonesia sangat kaya dan karya anak bangsa pasti bisa bersaing ke ranah internasional. (Jonathan Dangawa/WartaJazz)