Dari Konser DICK DE GRAAF:
DELTA MEN: ANTARA NEW ORLEANS DAN ROTTERDAM
Dick de Graaf, Andrea Pozza, Norbert Pfammatter,
dan Stephan Kurmann
Seperti kita ketahui bahwa kedua kota tersebut berada di dua benua yang berlainan. Satu di Amerika dan yang lain di Eropa. Namun keduanya mempunyai kesamaan ketika ada sungai besar di kedua benua tersebut bermuara di kota-kota tersebut. Sungai Missi
ssipi yang bermuara di New Orleans Amerika Serikat dan sungai Rhein yang bermuara di Rotterdam Belanda. Di masing-masing muara tersebut juga terbentuk delta. Selain dari Kansas City, sudah lazim diketahui bahwa New Orleans adalah tempat kelahiran musik jazz. Kira-kira seperti itulah Dick De Graaf menarik sebuah pemikiran bahwa mereka tinggal di suatu lingkungan yang sama dan merasakan semangat yang sama pula ketika mereka memainkan musik jazz. Meskipun sudah barang tentu gaya musik jazz yang mereka mainkan sudah tidak lagi bercokol dalam gaya New Orleans yang khas pada waktu kurang lebih seabad yang lalu, namun dalam bentuk yang jauh lebih modern. Minimal mereka itu yang saya dengar ketika tampil di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM (24/03/02).
Dick De Graaf dalam kesempatan itu membawa tiga rekannya yang berasal dari Itali dan Swiss. Andrea Pozza (piano), Stephan Kurmann (bass), Norbert Pfammatter (drum) dan Dick De Graaf sendiri bermain tenor dan sopran saxophone. Beberapa tahun terakhir dia tertarik untuk memainkan komposisi-komposisi para komposer yang hidup di abad yang ke-20. Bisa saja komposer musik jazz, rock, pop atau pun klasik. Sehingga tidak heran jika dia menampilkan juga komposisi-komposisi dari Sting, The Beatles ataupun yang lain. Tentu saja tidak ketinggalan komposisinya sendiri. Dia berbagi perasaan untuk beberapa komposisi yang populer ditengah masyarakat dewasa ini. Asalkan kalau memang komposisi tersebut dapat dikembangkan dan di aransemen lebih jauh lagi. Menurut pernyataannya sendiri, “Saya hidup dalam era saya sendiri, dimana banyak sekali komposisi-komposisi yang menurut saya bagus dan saya mempunyai pengalaman pribadi dengan komposisi-komposisi tersebut”. Sebagai lagu pembukaan dia memainkan sebuah lagu yang berjudul ‘Pinball Wizards’. Lagu ini adalah sebuah karya kelompok musik rock dari Inggris The Who yang diambil dari karya opera mereka yang terkenal ‘Tommy’. Diteruskan dengan membawakan sebuah komposisi dari Beatles yang berjudul ‘Eleanor Rigby’. Kemudian masuk komposisi Graaf yang berjudul ‘Delta Men’. Sampai di sini corak permainan individu dari Graaf mungkin lebih banyak terpengaruh tokoh saxophonis jazz macam Dexter Gordon ataupun Sonny Rollins. Sepertinya tidak bisa berbicara lebih banyak lagi mengenai gaya permainan Dick De Graaf ini. Dia sudah mencukupi standar bahwa dia seorang saxophonis jazz kelas internasional. Tuning-nya cukup bersih dan tingkat keakuratan improvisasinya dalam memilih nada-nada bisa dikatakan normatif. Dia dapat mengembangkan improvisasinya namun senantiasa tetap masuk ke kalimat-kalimat yang lebih mudah dicerna. Sedangkan pada bagian rythm terasa lebih muncul ke depan. Terutama pemain drumnya yang sangat energik (jikalau tidak mengatakan suaranya lebih menonjol dari yang lain). Barangkali berkat Pfammatter ini pada bagian ritmiknya tidak didominasi oleh beat-beat swing semata, dia sangat responsif dan peka terhadap letupan ekspresi pemain bass dan pianonya. Sayangnya, suara piano kurang jelas terdengar (sebenarnya permainannya cukup garang) apalagi ketika yang lainnya sedang unjuk gigi. ‘Fragile’ dari Sting menutup penampilan mereka pada bagian pertama. Komposisi ini dimainkan mereka dengan mengubah aransemennya tampil menjadi lebih menarik. Jelas, lebih nge-swing dibanding dengan komposisi orisinilnya.
Pada penampilan mereka bagian kedua mereka membawakan komposisi dari komposer yang kurang populer namun Graaf menyukainya ‘Spring Can Really Hang You Up The Most’. Pada bagian encore pertamanya sebuah komposisi milik Ornette Coleman ‘Blues Connotation’ meluncur dengan ketat, tidak sebebas seperti ketika Coleman memainkannya empat puluh tiga tahun yang lalu. Untuk menutup keseluruhan acara malam itu mereka membawakan ‘It Ain’t Necessarily So’ yang mengingatkan saya pada semangatnya kelompok Art Blakey and The Jazz Messengers. Semangat Neo-bop pada dekade 1980an terasa berhembus pada malam itu.
Sementara dalam penampilan di Gedung Erasmus Huis, Rabu (27/03) Graaf sempat berjam-session dengan Benny Likumahua(trombone) dan Ireng Maulana(gitar) pada set kedua penampilannya dan membawakan beberapa nomor standar. Tampak hadir juga sejumlah musisi seperti Tjut Nyak Deviana Daudsjah, Karoline Hoefler, Gilang Ramadhan yang ikut menonton. Dick de Graaf sempat melontarkan pujiannya untuk para penonton, “Saya kagum dengan publik disini. Bahkan di Belanda sekalipun jarang sekali konser saya dipenuhi oleh sebagian besar anak muda. Salut untuk penonton di Jakarta”.