NewsProfile

CANIZZARO

Didirikan pada pertengahan tahun 1984 untuk mengikuti Light Music Contest ’84 di Teater Terbuka Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan personil : Totong Wicaksono (Lead Guitar), Deri Iskandar (Keyboard), Ilyas Muhadji (Bass Guitar), Tubagus Endi (Drum) dan Kemala Ayu (Vocal). Jenis musik yang dimainkan pada saat itu adalah jazz standar, jazz rock dan fusion. Awal kegiatan latihan mereka dilakukan di ruang tamu milik Derry Iskandar.

Nama Canizzaro sendiri didapat dari sebuah kamus kedokteran. Namun nama tersebut tidak memiliki arti khusus atau berhubungan dengan musik. Menurut pengakuan sang gitaris Totong Wisaksono, nama tersebut dipertahankan karena terdengar unik dan khas.

Jerih payah mereka membuahkan hasil yang cukup mencengangkan. Hampir setiap kontes band mereka kerap menjadi jawara. Bahkan kerap kali menyapu bersih semua kategori ‘The Best Player’. Sampai satu ketika mereka mengikuti ajang yang bergengsi diera 80-an yaitu Light Music Contest. Canizzaro berhasil menjadi finalis di tahun 1985 dan 1986.

Awalnya kelompok ini kerap memainkan komposisi milik Lee Ritenour, Casiopea, Koinonia, Mezzoforte, Spyro Gyra hingga tokoh-tokoh legendaris macam Dave Bruebck, Oscar Peterson, Chick Corea hingga Kenny Burrel dan lainnya. Uniknya, sekaligus mungkin nekadnya, mereka justru tidak bertumpu pada warna fusion, namun banyak memainkan nomor-nomor swing hingga bebop.

Selama perjalanannya Canizzaro telah berganti personil dan sampai pada awal tahun 1999 telah terbentuk formasi terakhir dengan personil : Totong Wisaksono(gitar), Derry Iskandar(keyboard), Adhen Bahri(saksofon, vokal), Dadhi Sufiyadi(drum) dan Aditya Pratama(bass).

Pada formasi terakhir Canizzaro lebih mengutamakan komposisi orisinil dan jenis musiknya lebih berkonsentrasi kepada pada gaya fusion, pop jazz, jazz rock, latin music dan r&b namun tetap mempertahankan ciri musik Jazz era tahun 80’an dan 90’an dengan memadukan dengan aliran musik terkini seperti Acid Jazz, Hip Hop, Techno, dan lain-lain.

Canizzaro formasi terakhir telah melakukan pertunjukan musik secara live selama tahun 1999 s/d sekarang seperti di Jazz Merah Putih (Karawaci), Taman Kafe (Bintaro), Pasar Festival (Kuningan – Jakarta), Sunday Jazz (Hilton – Jakarta), Friday Jazz Night (Pasar Seni Ancol selama tahun 1999 hingga sekarang), JAMZ Pub (Lippo Sudirman), Jazz Club (TVRI – live performances dari tahun 2001 hingga sekarang), Dies Natalis UGM – Yogjakarta (dengan 6.000 penonton pada Nov’ 2001) dan kolaborasi dengan penyanyi dan pemain musik terkenal di Indonesia seperti Mus Mujiono, Ruth Sahanaya, Bill Saragih, Yance Manusama, Devian, Lunggo, Jackie, Trie Utami, Aska Daulika, Lydia Noorsaid, Rien Djamain, Johan Untung, Emil S. Praja, Kemala Ayu, Deddy Dhukun dan lainnya.

Waktu yang kian berjalan, tiba-tiba semangat yang mereka miliki menyurut. Rupanya kejenuhan
menghinggapi satu persatu personil band ini. Mendekati era 90-an, kelompok ini bisa dibilang ‘mati suri’, raib tanpa kabar berita. Namun rupanya semangat yang sempat luntur tak sempat hilang. Tiba-tiba seperti datang virus gatal ditangan dan hati mereka masing-masing untuk kembali kumpul dan main main bareng lagi. Dan tetap nge-jazz!.

Tanggal 28 Juli 2002 lalu, Canizzaro merilis album perdana bertitel ‘Untuk Selamanya’ yang diproduksi Artha Records dan tersedia dalam format kaset dan CD. Dialbum perdana ini, mereka tetap berusaha memainkan identitas mereka. Namun dengan sedikit kompromi dengan pasar jadilah album yang bisa dibilang ‘campur-campur’. Ada nuansa jazz, pop, sedikit R&B dan latin jazz. Idenya album ini tak cuma ditujukan untuk mereka yang suka ngejazz tapi ke pasar yang lebih luas.

Konsep dari album ini sendiri sebenarnya ingin menyajikan kembali musik-musik di era 80-an. Dimana kala itu banyak kelompok-kelompok baru berdiri dan kerap membawakan fusion. Beberapa lagu menarik seperti ‘Night in Samarinda’ misalnya, terinspirasi saat sang gitaris sedang ditugaskan di Kota Tepian, Samarinda. Kegemarannya menonton tingkah laku binatang lewat Animal Planet atau Discovery Channel membuahkan karya ‘Cheetah’. Sementara tentu tak ketinggalan nuansa musik Indonesia dalam nomor ‘Bromo’.

Sembilan lagu terangkum apik dalam album yang dirilis dalam dua format, kaset dan CD ini. Empat diantaranya merupakan lagu dengan vokal dan sisanya instrumental. Seluruh komposisi diciptakan Totong Wisaksono kecuali lagu ‘Untuk Selamanya’ diciptakan oleh Deddy Dhukun.

Warna pop yang disebar terutama pada empat lagu berlirik, tentu bukan sebuah ketidaksengajaan. Hal ini dilakukan untuk memperluas cakupan pasar yang dilakukan dengan kesadaran penuh. Dalam sudut pandang yang lebih luas, Canizzaro menerapkan strategi ini tentu saja untuk menjaga kontinuitas perjalanan bermusik mereka. Tentu hal ini akan dikembalikan lagi ke pecinta musik di tanah air.

Rencana kedepan, Canizzaro sedang mempersiapkan album kedua dengan melibatkan sejumlah tokoh musik ternama ditanah air. Album ini rencananya akan hadir tahun 2003 mendatang!.

***

SEKELUMIT MENGENAI PERSONIL CANIZZARO FORMASI TERAKHIR

ADEN BACHRI JR.(Saxophones & Vocal), memainkan instrumen baby, sopran, tenor dan alto saksofon. Selama perjalanan musiknya ia telah melanglanbuana kebeberapa negara seperti Inggris, Singapore, Malaysia dan Brunei Darussalam. Ia juga mendukung beberapa artis seperti Ruth Sahanaya, Mus Mudjiono, Lydia Noorsaid, Bill Saragih, Jopie Latul, dan lain-lain, abik untuk rekaman ataupun pertunjukan. Pernah pula bergabung dengan The Bankers, Chandra Kirana, Telerama, Dari Masa ke Masa – acara yang diputar di TVRI. Saat ini ia juga menjadi part-timer instruktur di Chic’s Music School, Rawamangun – Jakarta Timur.

DADI SUFIYADI (Drums, Percussions & Vocal), memiliki latar belakangan pendidikan musik drum di YMI selain juga belajar pada Elfa Musik Studio (EMS) Jakarta antara tahun 1982–1983 bersama Black Fantasy Band.. Ia pernah menggondol gelar Best Drummer III – Jakarta 1978, Best Drummer I – Jakarta 1980, Best Drummer SLTA 1981 – 1984, dan Best Drummer LMC’83. Ia pun pernah bergabung dengan Black Fantasy, Abadi Soesman Band, Bahana Band, Spirit Band, BOM Bandung (bersama Bambang Noegroho, Yuke Sumeru, dan Donny Suhendra), Krakatau, DKSB Harry Roesli, Bill Saragih Trio, Big City Blues dan terakhir Canizzaro Band. Saat ini ia juga menjadi part-timer instruktur di Farabi.

***

Saat ini, ketiga personil dibawah ini sudah tidak bersama di Cannizaro lagi (red).

ADITYA PRATAMA(Bass Guitar), sempat belajar piano dan gitar klasik sebelumnya. Bersama Deva Permana, ia sempat menjajal Light music contest ditahun 1989. Ia mendirikan SIXTIEs, sebelum hijrah ke Bandung. Lalu disusul Fortissimo dan bermain dibeberapa kelompok seperti Spaghetti, Funqadelic, Millenium sebelum akhirnya bergabung dengan simakDialog dan tampil di Malaysia awal tahun 2002 lalu. Ia sendiri baru bergabung dengan Canizzaro tahun 1998 dengan debut penampilan bersama grup ini di Sriwedari – Hilton Jakarta.

DERI ISKANDAR(Keyboard & Program), merupakan salah satu founder Canizzaro. Ia banyak disibukan dengan kegiatan distudio misalnya membantu rekaman Chintami Atmanegara, Chantika dan lain-lain. Ia juga memiliki intuisi yang tinggi dalam membuat aransemen yang ditunjang kemampuannya menggunakan komputer untuk membuat musik dan lagu.

TOTONG WICAKSONO(Semi Accoustic & Electric Guitar), merupakan salah satu founder Canizzaro. Memiliki kemampuan dalam membuat lagu dan aransemen musik serta merupakan mesin produksi lagu dengan notasi dan harmonisasi yang sangat manis. (WJ)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker