News

OLEH-OLEH DARI HARRISBURG: JAZZ VIOLINIST DAN JOHN BLAKE Jr.

jeanwithblakeBerikut ini merupakan tulisan seorang rekan Jean Hartawan Reksodiputro yang bermukim di Harrisburg, Pennsylvania. Ia menulis dengan gaya bahasa bertutur dan banyak menggunakan saya. Jika anda memiliki cerita menarik dan ingin dimuat di WartaJazz.com, silakan dikirimkan ke redaksi

Masih ingat alunan melodi “Betawi” dari violinnya Luluk Purwanto of Bhaskara, the original one? Buat saya sendiri, kala itu, gesekannya Si Luluk itu begitu mengesankan. Tidak pernah sebelumnya saya mendengar violin dimainkain dengan begitu atraktifnya, lebih lagi oleh musisi lokal. Saking sukanya saya sama itu track, saya hapal itu intro and bridge-nya. Jangan coba tanya saya lebih detil lagi, karena saya bukanlah seorang musisi, tapi saya cuma pendengar amatir yang sangat responsif dan mungkin terlalu pro-aktif.

Anyway, sebelum “perkenalan” yang manis itu, saya tidak tahu bahwa Violin atau Biola itu dipakai juga sebagai Jazz instrument. Sejauh pengetahuan saya — yang sangat terbatas waktu itu — violin itu adalah instrumen untuk musik klasik. Kalau ditilik lebih jauh lagi bahkan “Jazz Melayu” (istilah saya sendiri), a.k.a Keroncong, juga kerap memakai biola di barisan instrumennya. Seandainya Keroncong itu hidup dan berkembang di New Orleans, mungkin ia akan menjadi salah satu elemen yang berasimilasi dengan Jazz. Improvisasi para keroncongist mungkin akan lebih berani dan mendobrak pakem-pakem yang sekarang diaplikasi. Dan corak petikan gitarnya Django Reinhardt juga mungkin akan mewarnai rhythm-sectionnya Orkes Keroncong. Oh, well!

Dan, semenjak saat itu, saya lebih banyak meluangkan waktu ke Jazz, walaupun tidak mendedikasikan diri sepenuhnya ke sana. Dalam masa itu pula saya berkenalan dengan Mahavishnu Orchestra-nya John McLaughlin – “Apocalypse” dan”Visions of the Emerald Beyond” – yang menampilkan virtuoso Jean-Luc Ponty, yang mengawali karir dari straight jazz dan kemudian menjadi pionir electric violin buat jazz-rock.

Lebih jauh lagi, kembara saya ke Jazz semakin membara ketika saya hijrah ke “tanah-air-jazz”, berteman dengan Pete Daley (yang ini bukan Musisi, hanya pemerhati dan biang jazz) dan melahap jazz CD di public library. Sampai kemudian di tahun 2002, kota tempat saya tinggal — Harrisburg, Pennsylvania — mengadakan hajatan musik tahunan menyambut anniversary-nya Amerika, yang untuk tahun ini mengundang jawara jazz dari Philadelphia/Delaware Valley (yang kira-kira berjarak 2 jam perjalanan), John Blake Jr., untuk menebar jazz di Susquehanna River.

John Blake, Jr. adalah seorang jazz violinist yang handal, Philadelphian-native yang kerap disebut sebagai salah satu jazz’s unsung-heroes, paling tidak untuk kawasan di luar Philadelphia dan Delaware Valley. Ia banyak dikenal karena asosiasinya dengan almarhum Grover Washington, Jr. Salah satu album Washington, “Paradise”, yang keluar sebelum best-selling album-nya, “Winelight”, bahkan memuat satu komposisi Blake — “Paradise” — disamping ia sendiri menyumbangkan permainan violinnya yang apik.

Banyak berkutat di perkembangan jazz di seputar Philadelphia, Blake banyak bekerja sama dengan sesama musisi jazz dari Philadelphia, the city of brotherly love. Disamping dengan Grover Washington Jr., ia juga bekerja sama dengan McCoy Tyner dan Sumi Tonooka. Dan di tahun 1986, ia berkolaborasi dengan sesama violinist handal Michael Urbaniak dan Didier Lockwood, dan menelurkan album cantik, “Rhythm and Blu”.

Di “American-Music-Fest” Harrisburg 2002 ini, John Blake Jr. tampil didampingi oleh pianis Sumi Tonooka, yang di tahun 2000 melahirkan album bareng, duet piano-violin (yang di jazz sendiri bukanlah suatu kombinasi yang biasa), “Kindred Spirits”.

Mereka tampil di hari kedua festival, di tengah Summer yang terik tapi bersilirkan angin dari tepi Susquehanna River. Pilihan gelar musik di festival ini amat beragam, dan saya sudah menskedulkan diri buat menyimak John Blake Jr. and friends. Pada gilirannya tampil, tetap saja saya telat, karena terlalu asyik dengan penampilan Alternatif Rock dari local band.

John Blake Jr. tampil dengan formasi Quartet: John Blake Jr. pada violin, Sumi Tonooka pada piano dan didukung bassist and drummer, yang maaf saya tidak sempat tangkap namanya. Blake, menurut opini saya, bermain dengan hangat dan penuh perasaan, dan nampaknya ia cukup populer buat khalayak musik Harrisburg. Salah satu nomor yang ia bawakan adalah “Paradise”, dimana Ia sedikit bernarasi mengenai bagaimana ia menikmati saat-saat bekerja sama dengan The Late Grover Washington, Jr.

Ia banyak membawakan komposisi standard, di samping komposisinya sendiri yang muncul di “Kindred Spirits”. Pada saat mentari sore sedang terik-teriknya, tak lupa juga ia membawakan ballad standard-nya The Duke, “In a sentimental mood”, yang — sumpah! — improvisasinya orisinil dan mengiris. Kalau saja ia lebih banyak bertualang ke luar Philadelphia, mungkin ia akan lebih dikenal lagi.

Setelah sekitar 1 jam beraksi di panggung, John Blake Jr. and friends mengambil jeda, dan karena situasi panggungnya yang “menyatu” (seperti seharusnya buat Jazz) saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bercakap-cakap dengan John Blake Jr., bukan percakapan yang serius, tapi sekadar menyampaikan aspirasi. Ia sendiri adalah pribadi yang hangat, beberapa penonton juga menyampaikan apresiasinya, “You’re great. You should appear more often!” (yang mana sangat saya dukung). Ketika saya katakan saya migran dari Indonesia, Blake langsung berucap, “Who’s that Indonesian girl?”. Dan dengan sigapnya langsung saya tangkap, “Luluk?”. Dan ia mengiyakan, seraya menjelaskan bahwa ia sempat bertemu dengan Luluk di Den-Haag (Northsea Jazz Festival). Dengan kocaknya ia meneruskan percakapan, “She’s great. She’s with her boyfriend I think. Rene?”. Dan dengan sok-tahunya saya mengkoreksi, “That’s her husband. They form a band together.” Saya juga sempat mengatakan kepadanya, bila sempat supaya datang ke Indonesia, pasti akan dapat sambutan hangat dari pecinta Jazz di Indonesia, yang cukup lumayan banyaknya (dengan sok yakinnya).

Blake yang berpostur tidak begitu besar untuk African-American (sekitar 5’6″), banyak tertawa dan nampak menikmati angin sejuk Susquehanna River, “I like to play here. The audience is great.” Tidak lupa pula saya memperkenalkan anak gadis saya (3 tahun) dan mengambil foto bersama.

Dan, tanpa sadar, waktunya untuk tampil kembali buat John Blake Jr. and friends. Mereka menyudahi penampilan mereka dengan solo, dari masing-masing personel dengan improvisasinya yang “soulful”.

So, jadi mengapa memakai violin untuk mengekspresikan jazz? Pertanyaan itulah yang muncul di benak saya. Apakah karena violin itu fretless, sehingga aliran antar nadanya lebih lancar dan lebih bisa ekspresif. Who knows? Yang saya tahu, Stephane Grappelli, Stuff Smith, Joe Venuti, Regina Carter, dan lain-lain, telah mencuatkan violin sebagai salah satu instrumen buat berimprovisasi dan berekspresi lewat Jazz.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker