News

SAJIAN DARI JAGOAN KEYBOARD SMOOTH JAZZ: DAVID BENOIT

Dari A Mild Live David Benoit Concert:

Rasa-rasanya belum lama ada berita bahwa dia menjadi pemenang dari National Smooth Jazz Awards dalam kategori Best Keybordist. Tidak lama setelah itu terdengar berita kalau pianis yang karya-karyanya sering dipakai sebagai backsound acara-acara adventorial di TV swasta, akan tampil kembali di Jakarta dan Bandung. Kunjungan di Indonesia yang ke-empat kalinya ini manjadi bagian dari Konser bertajuk “A Mild Live David Benoit Concert” dalam rangka promo album barunya yang berjudul “Right Here, Right Now” (GRP). Tampil di Gran Melia Hotel Jakarta pada tanggal 24 September 2003 dan menghibur publik Bandung di Ballroom Hotel Grand Hyatt pada tanggal 25 September 2003. Penampilan di Jakarta kemarin malam terbilang cukup sukses. Dihadiri oleh kurang lebih 1200 penonton – dan Bandung sekitar 600an penonton – meski dengan tiket yang tidak tergolong murah untuk ukuran harga dunia panggung hiburan di Indonesia ini. Hal tersebut sekilas masih menunjukan antusiasme yang besar untuk sebagian para penggemar David Benoit di negara kita. David Benoit (piano & Keyboard) dalam penampilannya di Jakarta kali ini dibantu oleh Andy Suzuki (saxophones), Dean Taba (bass) dan John Ferraro(drum). Bintang tamu pertunjukan yang dekorasinya didominasi oleh warna merah ini adalah penyanyi dari negeri kita sendiri, Glenn Fredly dan Nina dari kelompok Warna. Dengan setelan jas putih, David Benoit menggebrak penonton dengan lagunya yang diambil dari album “Fuzzy Logic” yang berjudul ‘Snap’. Sampai lagu berikutnya ‘Every Step of the Way’, ada sesuatu yang masih mengganjal terutama yang berkaitan dengan sound pianonya. Entah piano yang dipakai Benoit pada malam kemarin sesuai permintaan riders dari Benoit atau bukan. Atau dia belum menangkap sound piano itu sendiri dengan para pemain yang lain. Hal tersebut dapat diatasi dengan segera. Tapi yang jelas hal ini terlindungi oleh sikapnya yang ramah dan komunikatif dengan para penonton. Karena konser ini salah satunya adalah untuk memperkenalkan album barunya, dia menampilkan ‘Right Here, Right Now’ dengan hentakan smooth jazz namun pada bagian tengahnya untuk beberapa bar dia mengisinya dengan irama swing. Kesempatan ini digunakan oleh Suzuki dengan mantap untuk berimprovisasi. Hal semacam itu juga diulangi ketika melantunkan ‘Freda’ dan sedikit sisipan tema melodi dari ‘Straight No Chaser’-nya Thelonious Monk. Masih diambil dari album baru tersebut, ‘Swinging Waikiki’ tampil segar bergaya bossas. Beberapa hits-nya terus mengalir dari tangannya. Lagu-lagu seperti ‘Freedom of Midnight’dan ‘Cast Your Fate To The Wind’ dibawakan dengan riang. Salah satu penampilan yang membuat penonton senang adalah ketika tampilnya penyanyi yang sudah akrab dengan telinga kita Glenn Fredly. Nomor yang ditulis oleh David Foster dan dipopulerkan oleh Earth Wind and Fire yang berjudul ‘After The Love Has Gone’ ditampilkan bersama dengan nada yang cukup tinggi. Tidak ketinggalan pula ketika Nina dari Warna diajak tampil dengan membawakan sebuah lagu jazzy yang berkat dinyanyikan ulang oleh Norah Jones, ‘Don’t Know Why’. Lagu ini sekarang memang sendang ngetop di seluruh dunia. Nina kembali naik pentas tampil duet dengan Benoit pada waktu encore pertama dengan membawakan lagu dari Errol Garner yang sangat terkenal ‘Misty’. Komposisi Herbie Hancock ‘Watermelon Man’ dibawakan dengan gaya yang funky. Dalam kesempatan ini Dean Taba mendemonstrasikan kecanggihan bermain bassnya dengan teknis slapping serta senar bassnya di-sampling dengan suara distorsi gitar. Penonton banyak yang menyambut hal ini dengan terkagum-kagum. Dalam encore kedua mereka melantunkan ‘Linus and Lucy’ yang diambilnya dari album tahun 2000 dalam rangka memperingati ulang tahun tokoh kartun terkenal Charlie Brown. Sepertinya David Benoit lebih senang bermain piano dengan pendekatan yang perkusif dari pada dengan berbagai variasi harmoni seperti apa yang dilakukan oleh Bob James. Dalam berbagai kesempatan dia seolah-olah menghindari bersolo piano yang panjang dan seperti membatasi dirinya untuk berekspresi lebih luas lagi. Tema-tema melodi yang ringan berfungi seperti bel tinju. Selain itu, dari beberapa kali dia tampil di Indonesia tidak ada perubahan yang signifikan mengenai apa yang disuguhkan kepada para penggemarnya kecuali hanya sekadar menghibur biar malam tidak bertambah muram saja.

Ceto Mundiarso

Pencinta buku yang banyak menelisik filosofi. Pernah menghadiri Konferensi Ekonomi Kreatif di Inggris. Merupakan bagian penting pada riset di WartaJazz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker