Keyboardis ini rupanya tidak mau berhenti berkarya. Di samping kesibukannya sehari membuat jingle iklan di mana Ija, panggilan akrabnya, menjadi salah satu musisi yang paling sibuk di bidang tersebut. Dia juga menjadi salah satu motor dari kelompok musik jazz kreatif simakDialog. Di sela-sela waktu tersebut dia masih sempat untuk menelurkan album terbarunya yang berjudul “Trioscapes” (Music Riza Publishing) dengan bantuan dari Yance Manusama (bass), Arie Ayunir & Sri Aksana Syuman (drum). Berkaitan dengan promosi album baru ini, pada hari Minggu 21 September 2003 di Gedung Kesenian Jakarta mereka tampil bersama, minus Arie Ayunir, membawakan semua komposisi yang ada dalam “Trioscapes” yang terdiri dari 9 karya original dari Ija ditambah dengan sebuah komposisi standard ‘Stella By Starlight’ sebagai penutup.
Sekilas ketika mereka menampilkan lagu ‘The Three’ sebagai pembuka langsung terasa sangat kental nuansa 1970an. Barangkali kesan kuat tersebut muncul karena dalam pertunjukan tersebut Ija hanya menggunakan elektrik piano legendaris Rhodes Mark II Stage Piano di mana alat ini mempunyai pamor yang tinggi dalam blantika musik pada dekade tersebut bahkan sampai sekarang. Selain itu, corak ritmik yang mereka lakukan sebagian besar dengan gaya fusion, soul dan funky. Hal tersebut mengingatkan kita dengan apa yang dilakukan Miles Davis dalam era akhir 1960an sampai pertengahan 1970an, atau para murid-muridnya seperti Herbie Hancock, Chick Corea dan Joe Zawinul misalnya. Beberapa tembang seperti ‘Playtime’ dan ‘A New Beginning’ mengesankan kuatnya pengaruh album Miles Davis seperti ‘Bitches Brew’ atau pun yang semasa dengannya terhadap kelompok ini. Termasuk dengan semakin kompleknya harmoni yang mereka kembangkan.
Setelah menampilkan ‘A New Beginning’, Ija mengaku bahwa mereka melakukan suatu kesalahan, karena mereka latihan baru tiga hari terakhir sebelum pertunjukan. Namun itulah jazz, yang kadangkala tidak bisa straight seperti melakukan studi ilmiah saja yang harus berpijak dengan urutan metodelogi yang absah. Tembang ballad mengalun dari mereka dengan judul ‘Young and Brave’ dengan padat improvisasi dari Ija dan Aksan. ‘Dream Of A Lifetime’ tampil lebih nge-groove dengan menampilkan permainan Yance yang tenang namun mengena dan to the point.
Sampai akhir dari bagian pertama pertunjukan ada beberapa penonton yang sudah keluar gedung. Ada beberapa kemungkinan mengenai hal ini. Mereka mendengarkan berbagai kefasihan trioscapes dalam bermusik barangkali masing asing. Lazimnya, format trio dalam musik jazz terdiri dari piano, bass dan drum. Kali ini dengan sengaja Ija hanya menggunakan Rhodes sebagai pengganti piano. Tidak banyak memang kelompok trio dengan format instrumentasi seperti itu. Apalagi Ija dalam menyajikan suara khas Rhodes-nya secara polos-polosan, tanpa dibumbui dengan suara dari sampling, loop atau peralatan elektronis yang lain. Kemungkinan lain adalah tema melodi yang mereka mainkan terasa begitu abstrak, sehingga tidak dengan mudah dicerna telinga. Serta tekanan permainan mereka begitu padat dan rumit, sekalipun dalam lagu ballad. Sehingga rasa-rasanya tidak meluangkan waktu penonton untuk bernafas dengan lega. Dari kapasitas gedung yang ada, terisi sekitar 30% saja.
Bagian kedua dimulai dengan ‘See Things Going’, ‘Playtime’ dan tembang ballad ‘Forever Will Be’ yang dipersembahkan untuk Arie Ayunir dengan warna yang hampir sama pada lagu-lagu yang mereka tampilkan sebelum itu. Menurut penulis komposisi yang paling menarik adalah ‘Burb Herb’. Sebuah komposisi persembahan untuk jagonya musik funky yang dikolaberasikan dengan musik jazz, pianis, keyboardis, komponis Herbie Hancock. Komposisi tersebut tampil lebih ritmis, dialogis, empatis dan dinamis. Secara tersamar ada unsur-unsur Afrika / musik etnis lain, groove, soul yang secara seimbang mereka tonjolkan. Wong Aksan, nama popular drummer ini dan Yance banyak memainkan peran di sini. Aksan tampil seperti jiwanya sedang terasuki oleh Jack DeJohnette. Barangkali dengan komposisi ini juga menjadi penolong mood penonton yang sudah mulai lelah mendengarkan penampilan mereka, terbukti sambutan penonton menjadi bergairah kembali. ‘Knowing Me’ tampil nge-swing dengan wajahnya yang modis dan modern. Satu-satunya kesempatan dalam lagu ‘Stella By Starlight’ di mana Yance menyuguhkan solo bassnya dengan manis. It’s wooden sound electric bass, dia menggunakan bass Yamaha buatan London tanpa nomer seri yang baru dibelinya sekitar dua bulan lalu. Jadi dalam kesempatan malam itu untuk pertama kalinya dia merasa sudah berhasil menaklukkan bass ini karena sebelumnya, termasuk ketika proses rekaman studio Trioscapes, dia merasa belum berhasil untuk menguasainya.
Musik yang mereka sajikan malam kemarin bukanlah sesuatu yang baru, karena Ija terinspirasi dari para musisi kreatif pada era 1970an. Proyek ini pun juga berbeda dengan proyeknya dengan simakDialog di mana kelompok tersebut lebih mengacu kepada eksplorasi, penjelajahan dan pencarian warna-warna baru dalam bermusik. Ija lebih berani menyebut simakDialog dengan istilah new music. Trioscapes memang proyek pribadi Ija dalam berkarya dengan dibantu rekan-rekannya. Kelompok ini bisa dikatakan menjadi potret close up Riza Arshad dalam berkarya secara pribadi.