NewsProfile

HIROMI UEHARA

Hiromi Uehara
Hiromi, pianis muda asal Jepang yang tampil di ajang Java Jazz Festival 2006. Photo: Ajie Wartono ©Wartajazz.com

Ketika seorang artis muda muncul dengan statement yang menantang, pada kenyataannya hal tersebut hanyalah sesuatu yang klise. Namun, Hiromi Uehara menepati janjinya. Another Mind, album debutnya yang diproduksi Telarc, menimbulkan kesan corak dan dimensi alchemy jazz, pop, klasik, dan avant-garde.

Dilahirkan di Shizuoka, Jepang, pada tahun 1979, Hiromi mulai belajar piano pada umur 6 tahun. Ia belajar mulai dari ketukan hingga bermain dengan intuisif seperti halnya mempelajari aspek teknikal dalam bermain musik.

Hiromi berkomentar tentang guru piano pertamanya,” Energinya selalu tinggi, dan sangat emosional. Kalau dia ingin saya bermain dengan dinamika tertentu, dia tidak akan mengatakannya dengan pola teknikal. Jika bagian tertentu harus dimainkan dengan menggebu-gebu, dia akan berkata,’mainkan merah’. Atau jika harus dimainkan dengan lembut, ia akan berkata,’mainkan biru’. Tapi saya benar-benar dapat bermain dari dalam hati saya dengan cara seperti itu, dan bukan hanya dengan pendengaran.”

Hiromi mencapai intuisif yang selangkah lebih maju lagi ketika ia menjadi murid di Sekolah Musik Yamaha kurang dari setahun setelah kursus pianonya yang pertama. Ia tampil di depan publik; kadangkala dengan orkestra besar, pada umur 12 tahun. “Ketika saya berumur 14 tahun, saya pergi ke Cekoslowakia dan bermain dengan Czech Philharmonic. Itu adalah pengalaman yang luar biasa, bermain dengan orkestra yang profesional,” kata Hiromi.

Saat ia berumur belasan tahun, selera musiknya mulai berkembang ke arah jazz, seperti halnya klasik. Pertemuannya dengan Chick Corea ketika ia berumur 17 tahun, membawa Hiromi tampil sepanggung dengan pianis terkenal itu keesokkan harinya.

“Saat itu saya berada di Tokyo. Ia sedang mengerjakan sesuatu di Tokyo dan saya sendiri mengunjungi Tokyo untuk belajar musik. Saya berbicara dengan beberapa guru kalau saya ingin bertemu dengan dia. Kemudian kami duduk bersama dan ia berkata,’Mainkan sesuatu’. Lantas saya memainkan sesuatu dan kemudian ia berkata lagi,’Bisakah kau bermain dengan improvisasi?’ Saya jawab bahwa saya bisa. Kemudian kami bermain piano bersama-sama dengan improvisasi. Lalu ia bertanya apakah besoknya saya ada waktu luang. Saya katakan ya dan ia bilang, ‘Baiklah, saya ada konser besok. Bagaimana kalau kamu datang?’ Lalu besoknya saya datang dan pada akhir konser ia memanggil nama saya kemudian kami bermain bersama dengan improvisasi.” kenang Hiromi.

Beberapa tahun lamanya Hiromi menulis jingle untuk perusahaan Nissan dan beberapa perusahaan besar lainnya di Jepang. Setelah itu Hiromi pergi ke AS pada tahun 1999 untuk belajar di Berklee College of Music di Boston. Ia lulus pada Mei 2003. Karena sensibilitas musiknya telah ada jauh sebelum ia datang ke AS, pengalamannya selama belajar di Berklee semakin mendorongnya untuk lebih maju lagi.

“Saya melihat musik itu sangat luas,” kata Hiromi. “Beberapa orang menggali musik jazz, beberapa lagi mendalami klasik dan rock. Setiap orang nampaknya sangat mencurahkan perhatian pada apa yang mereka sukai. Mereka selalu berkata satu sama lain,’Orang ini hebat’, ‘Tidak, orang ini yang terbaik.’ Namun menurut saya setiap orang itu hebat. Saya tidak membatasi jenis musik. Saya bisa mendengar musik apa saja dari metal hingga klasik bahkan jenis musik lainnya.”

Di antara guru musiknya di Berklee, adalah Richard Evans, bassist veteran jazz, yang mengajarnya membuat lagu dan orkestrasi. Evans menjadi co-producer dalam album Another Mind dengan teman lamanya Ahmad Jamal yang juga turut berkolaborasi. Ahmad Jamal sangat menaruh minat pada perkembangan artistik Hiromi. “Dia benar-benar mengagumkan,” kata Jamal. “Musik yang ia mainkan dipadu dengan pesona dan semangatnya yang sangat besar, membuatnya berkibar hingga mencapai puncak musikal yang tak terbayangkan.”

Pada usianya yang ke-23, Hiromi berada di ambang kemampuannya yang tanpa batas. Tiada hentinya ia mendapat inspirasi virtual dari orang-orang dan apapun yang ada di sekitarnya. Pengaruh dalam musiknya benar-benar tanpa batas. “Saya suka Bach, saya suka Oscar Peterson, saya suka Franz Liszt, dan saya juga suka Ahmad Jamal,” katanya,”Saya juga suka orang-orang seperti Sly and Family Stone, Dream Theatre dan King Crimson. Saya sungguh terinspirasi oleh olahragawan seperti Carl Lewis dan Michael Jordan. Pada dasarnya saya terinspirasi oleh orang-orang yang berenergi besar. Mereka seperti nyata dalam hati saya.”

Namun, secara prinsip Hiromi tidak memberi embel-embel apapun pada musiknya. Ia akan mengikuti apapun yang mengusik hatinya tanpa menghiraukan yang lain. “Saya tidak mau memberi nama pada musik saya. Orang lain bisa saja memberi sebutan tertentu pada apapun yang saya kerjakan padahal itu hanyalah perpaduan dari apa yang saya dengar dan saya pelajari. Ada unsur klasik, rock, jazz, namun tetap saja saya tidak ingin memberi sebutan pada musik saya.” kata Hiromi. Mendengar sama halnya dengan memahami. Dengarkanlah apa yang terjadi dalam ‘Another Mind’. (*/Winda Anggraeni/WartaJazz.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker