News

JAZZ ON THE LAKE: KEMERIAHAN BRAZILLIAN JAZZ YANG DISAMBUT DINGIN OLEH PENONTON

Jazz on The Lake. Mendengar untaian kata itu tentu akan timbul pertanyaan, apa sih Jazz on The Lake itu? lalu apa hubungannya jazz dengan danau? Ternyata kalimat itu adalah titel acara pengisi agenda pengurus International Sport Club of Indonesia (ISCI), yang baru diselenggarakan pertama kali pada hari sabtu (28/2) lalu dengan menampilkan Riza Arshad Quintet dan Galaxy Jazz Combo. Jazz memang menjadi menu musik utama di acara yang dimulai sejak pukul 19.00 WIB itu. Genre yang ditampilkan pun bervariasi, dari standards, fusion sampai brazillian jazz.

Lalu kenapa On The Lake? Memang di lokasi klub para ekspatriat Eropa itu terhampar sebuah danau. Tapi ternyata bukan berarti panggung didirikan di atas danau itu. Malah situasi danau gelap tak terlihat karena tidak dilengkapi penerang. Sebagai gantinya, arena pertunjukan dipusatkan di area kolam renang di samping danau. Panggung berdiri di sisi depan kolam, dan meja-meja pengunjung berada di bawah tenda yang mengelilingi sisi-sisi lainnya, termasuk buffet hidangan makan malam dan kulinernya. Pantulan cahaya lampu lilin ikut membangun romantisme suasana di malam jazz dan aneka santapan itu.

Sajian musik dibuka oleh sebuah band bentukan para pekerja asal Jepang di Jakarta untuk menyalurkan hobi bermusik mereka. Meski menyatakan band mereka berstatus amatir, Galaxy Jazz Combo, nama kelompok itu bermain sangat profesional. Tepat waktu saat menyiapkan alat mereka tunjukan sebelum pertunjukan. Lalu kedisplinan membaca dan memainkan partitur terus mereka terapkan selama dua sesi penampilan Galaxy malam itu.

Di set pertama, Galaxy Jazz Combo yang terdiri dari Tsujigaki – penabuh drum sekaligus band master, Hamane (saxophone merangkap concert master), Kensuke (bass), Kobari (perkusi), Chie (vokal) serta tiga personil Non-Jepang; Ian Inggram (trumpet), Paula (vokalis tamu asal Kanada) dan pemain keyboards bernama Chick (yang ini seorang wartawan asli asal Indonesia), menyuguhkan lagu-lagu jazz standards. Suasana yang dibangun Galaxy Jazz Combo ketika memainkan Solar Flair, Little Sunflower, The Girl From Ipanema, Georgia on My Mind, My Funny Valentine, dan Just The Way You Are tepat untuk mengantarkan pengunjung yang baru berdatangan memilih meja dan menikmati hidangan malam. Kerapihan aransemen yang mereka sajikan di set pertama belum berhasil memanaskan perhatian crowd. Penyebabnya antara lain datarnya tempo dari lagu ke lagu serta dibatasinya improvisasi tiap personel. Padahal di lagu penutup, Galaxy memainkan satu karya Miles DavisVierd Blues – yang cukup rumit.

Baru pada penampilan berikutnya, di set ketiga – setelah diselingi penampilan Quintet Riza Arhad – Galaxy Combo main lebih energik. Hal ini tidak lepas dari pemilihan lagu yang berbeda corak disesuaikan dengan permintaan konsep acara. Di sesi itu mereka menyajikan lagu-lagu dengan irama yang lebih up-beat. Maka diolahlah komposisi-komposisi fusion dari Marcus Miller (Tutu dan Run for Cover), David Sanborn (Slam dan Hideaway) serta Spain-nya Chick Corea. Galaxy lebih lepas bermain di set ini. Improvisasi tiap pemain lebih terlihat, terutama pemain bass yang berkali-kali mendapat jatah solo dengan electric bass-nya dan sempat juga menampilkan kemampuan ber-scat. Sayang mereka masih kurang menyapa penonton. Komunikasi yang tercipta hanya ada di antara pemain, tanpa melibatkan calon penonton yang semakin sibuk di meja masing-masing. Mudah-mudahan hal ini dapat mereka perbaiki pada penampilan selanjutnya. JFI, dalam waktu dekat ini, Galaxy akan tampil di Jamz tanggal 10/4 yang akan datang dengan formasi bigband. Mereka akan melibatkan lebih kurang 20 instrumen. Tidak ada salahnya Anda meluangkan waktu untuk menonton penampilan satu dari sedikit bigband yang aktif di Jakarta.

Kembali pada Jazz on The Lake, rasanmya tidak salah jika faktor komunikasi menjadi titik lebih dari band penampil utama. Riza Arshad Quintet yang tediri dari Riza (keyboard), Oele Pattiselano (gitar), Ananda Matez (bass), Iwan Wiradz (perkusi), terbukti tidak salah pilih menghadirkan Jilly Likumahuwa pada vokal malam itu.. Komunikasi-komunikasi yang Jilly lakukan berhasil; mencuri sedikit percakapan dari meja-meja pengunjung ke atas pentas permainan bandnya. Berbagai cara dia lakukan; dari turun pentas menari salsa, menyapa penonton dari meja ke meja sembari mengitari arena kolam renang. Satu dua applaus menyemangati tontonan Jilly, terutama ketika ia berhasil menarik beberapa penonton ikut bergerak bersamanya mengikuti irama Brazillian yang dimainkan oleh Riza Arshad dkk. Berturut-turut terdengar Corcovado (= Quiet Night Quiet Stars), Chega De Saudade (= No More Blues), Desafinado, Insensatez (= How Insensitive) dan Masquenada dimainkan untuk mengiringi tarikan vokal dan gerak Jilly pada sesi kedua pertunjukan.

Stamina Jilly memang diuji malam itu. Namun ujian sesungguhnya adalah pada sikap profesional tiap musisi pendukung acara menghadapi keinginan crowd. Jeda setelah set ketiga yang diisi oleh Galaxy, Quintet Riza Arshad kembali naik pentas untuk memungkasi acara. Trik Jilly kembali diulang sewaktu beberapa komposisi seperti Triste dan Aqua de Beber dimainkan Iwan Wiradz ikut sumbang suara duet di dua lagu; Voce Abosou dan Felicidade. Peran Iwan kembali mengingatkan pada eksistensinya di kelompok vokal Elfas Singer dan sebagai perkusionist yang juga bernyanyi pada rekaman grup Indonesia 6 (ingat lagu Asa?). Denny Ardiono, The man behind the sound malam itu pun tak tahan untuk meramaikan pentas. Ia memainkan perangkat drum yang kosong dan ikut membangun kemeriahan rhythm latin yang dimainkan. Pukulan drummer ex-grup Singiku ini berhasil menjadi darah segar bagi grup quintet itu.

Jazz on The Lake ditutup dengan dimainkannya komposisi berjudul Brazil saat waktu telah melewati tengah malam. Durasi yang panjang untuk sebuah pertunjukan musik. Namun waktu itu menjadi hitungan yang pendek untuk obrolan hangat di meja-meja pengunjung. Panggung yang ditata berjarak lebar dan dibatasi sebuah kolam kecil sepertinya mengurangi interaksi musisi dengan penonton. Kecuali memang jika bermaksud musik ditampilkan hanya sebagai pelengkap acara. Sampai jumpa di Jazz on The Lake berikut yang rencananya akan diadakan reguler setiap bulannya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker