RIO & SALLY WITH SAHARDJA – ONE WORLD
(Independen Label, 8/2003)
Komposisi:
1. Bali Smile
2. Celtic Jungle
3. Saharadja
4. Nina
5. Hunggarian Dance
6. Tabla Man
7. Didge Desire
8. Magic Fiddle
9. Nightrider
10. Springtime In Perth
Masih ingat peniup trumpet di klip Indra Lesmana, Rumah Ketujuh? The boldguy yang punya nama Rio Sidik itu ternyata telah merilis sebuah album tahun yang lalu.
Ia tidak sendiri. Album yang diberinya title One World ini dikerjakan bersama istrinya, Sally Jo yang asal Australia. Rio dan Sally melibatkan Ajat Lesmana (darbuka, rebana, didgeridoo, jembe,percussion effect), Barok Khan (banjo, acc.guitar,tabla) dan pemain fretless bass, Badut Widyanarko. Mereka tergabung dalam kelompok bernama Saharadja.
Selain itu, beberapa nama musisi Bali juga turut mendukung. Sebut saja Igor Tamerlan yang mengaransir beberapa lagu, Jimmy Silaa, Onypa, Ketut Riwin, Ketut Rico, Donny Dewandaru, serta rekan-rekan Rio ex-Jiwa Band dan Svara Band – Koko Harsoe dan Eric Sondhy.
Konsep bermusik dalam album ini adalah fusion jazz yang menggabungkan sound-sound dari tradisi celtic dengan improvisasi trumpet serta diberi sentuhan bermacam-macam etnik instrumental musik tradisional pada konstruksi rhythm-nya. Keragaman yang ber-fusi menjadi satu sajian itu yang menjadi makna One World sebagai judul album mereka.
Bagaimana sih hasil fusi yang Saharadja buat? Menarik…
Coba saja simak lagu pembuka berjudul Bali Smile. Paduan violin elektrik dan mute trumpet di lagu yang dikarang untuk mengenang tragedi Bali Oktober 2002 itu akan terdengar kental dengan nuansa Bali.
Lalu pada berjudul Nina, dimana mereka berhasil membangun misteri nuansa gamelan jawa yang dipadu dengan masuknya vokal afrika oleh William Balde.
Pada Tabla Man, line music yang dibangun Rio dan Sally memberi porsi besar untuk Barok berimprovisasi dengan tablanya yang sesekali dicampuri permainan bass Badut. Ramuaan ini juga dapat didengar pada lagu berjudul Saharadja yang beraroma padang pasir.
Secara keseluruhan peran Sally Jo-lah yang banyak memberi nuansa celtic di album ini. Seperti pada tiga lagu cover; Celtic Jungle (NN), Hunggarian Dance (komposisi klasik dari Johannes Brahms yang di-mix mereka dengan keriangan sound salsa) dan Magic Fiddle (Peter Anick) dan pada lagu ciptaan mereka sendiri – Nightrider. Pada dua lagu terakhir,sekilas mengingatkan penulis pada komposisi-komposisi Vannesa Mae, tapi dengan bobot lebih pada muatan tradisional.
Musik asli aborigin pun menjadi sumber inspirasi mereka. Permainan trumpet diduetkan dengan didgeridoos pada lagu berjudul Didge Desire. Perkawinan keduanya dihantarkan dengan backup sound trance dari program drum yang dibuat Rio. Hasilnya, lagu ini memungkinkan untuk masuk ke ruang clubbing.
Album One World ditutup dengan satu komposisi romantis berjudul Spingtime In Perth. lagu ini menghadirkan permainan manis Sally dengan didukung flugelhorn Rio dan Eric Sondhy pada grand piano.
Keragaman style musik tradisi yang dapat Anda temui di album ini merupakan penjelajahan musikal yang patut diberi acungan jempol. Dua rasanya tidak cukup. Moga album ini bukan menjadi awal sekaligus akhir karya mereka.
Sukses terus untuk Global Fusion Saharadja!