News

PERKENALKAN: SIXTH ELEMENT DAN SAJIAN DIARY-DIARYNYA

EMPTINESS AS A START FOR THE GENESIS
THAT BROUGHT THE CIRCLE TO SHINE…IN BRIGHTNESS
SO THE WORLD’S BE ENLIGHTED
SILVER & GOLDEN SOURCESS REVEALED
BRING ALL SENSES TO THE SAME GIFT
AS THE JOYFULL STRENGTH FOR ONE ANOTHER
SWINGING, CHEERFUL
SWINGING & BREATH
FOR HOLYSTIC ROOTS OF SUPREME CREATION
BILA TANAH TAK DAPAT KUPIJAK
BILA API PANAS MEMBARA
DAN SEMUA MENGHILANG
DAN TIADA KEHIDUPAN…
AIRPUN MENGERING, UDARA MENCEKIK
DON’T MAKE IT A KARMA
BUT LIVE…& LIVE
FOR IS FOR THE EARTH,
HEAVEN,
WORLD THAT WE LIVE IN.

(Puisi yang kerap dibacakan vokalis kelompok Sixth Element sebagai pembuka lagu berjudul Sixth Element)

* * *

Tema cinta mempunyai makna yang luas. Tidak hanya berkisah perasaan dua hati yang sedang memadu atau patah asmara. Tapi dapat juga melibatkan arti cinta untuk orang tua, sahabat, profesi kita sehari-hari dan rasa peduli pada lingkungan seperti yang dapat Anda baca dari bait-bait puisi diatas. Hal ini ditunjukkan oleh Sixth Element, nama baru di panggung musik Indonesia, pada pentas kali kedua mereka di hadapan publik di edisi genap 1 tahun Zoom with Star, Sabtu (27/3) yang lalu.

Meski menyandang nama baru, Sixth Element tidak terdiri dari muka-muka baru. Nama-nama yang sudah kenyang asam garam industri musik memperkuat formasi kelompok ini. Sebut saja, Rieka Roeslan, Ali Akbar, dan Arie Firman yang juga berkreasi untuk The Groove, grup asal Bandung yang sudah menelurkan tiga album dibawah naungan satu label internasional. Lalu ada Phillipe Cimanato dan Arifandi (aka Ari Aru) menggenapi elemen formasi Sixth Element. Bagi mereka, grup baru ini tidak akan mengkanibal eksistensi grup sebelumnya. Sixth Element malahan dapat menjadi wadah penampung limpahan energi mereka yang tak dapat disalurkan di grup-grup mereka itu karena dibatasi oleh banyak kemauan industri. Hasilnya, kebebasan berkreasi mereka sajikan dalam lagu-lagu yang ditampilkan dalam bentuk diary.

Diary lembar pertama, Sixth Element menampilkan lagu dari Mongo Santamaria berjudul Afroblue. Dipilihnya lagu ini bak menjadi pembuka yang mengantarkan penonton pada jenis musik yang akan Sixth Element mainkan. Musik Sixth Element mereka artikan sebagai paduan dari lima elemen yang diwakili oleh tiap personelnya; vokal Rieka, improvisasi jazz keyboards Ali dan struktur rhythm yang dibangun oleh trio bass – drum – conga & perkusi dari dua Ari dan Phillipe. Sedang elemen keenam adalah energi yang dihasilkan ketika mereka bermusik.

Lembar selanjutnya, Sixth Element mulai menampilkan karya orisinil mereka. Matahari menjadi diary bab kedua. Lagu yang ditulis Rieka terinspirasi matahari pagi di Lombok yang membuat ia merasa lepas dari kebuntuannya berkarya ini dimulai dengan duet ciamik drum – perkusi. Permainan Kudo, alat musik tetabuhan asal Afrika Selatan yang diakui Phillipe dibuatnya di Lombok, kembali menjadi intro di diary ketiga. Ibunda judul lagu itu menjadi persembahan seorang anak pada orang tuanya. Cinta kasih pada Ibu memang menjadi tema utama lagu yang juga ditulis Rieka itu.

Kemahiran Rieka untuk menulis lagu – selain dari tema cinta – kembali dibuktikan pada diary-diary berikutnya. Suara Langit bercerita tentang keyakinan akan profesi yang mereka jalani sekarang. Mata Ketiga, yang kembali diakuinya terinspirasi saat di Lombok, bercerita tentang arti seorang teman. Atraksi Rieka di diary keenam itu sangat komunikatif, berkeliling turun pentas – mengajak penonton ikut bernyanyi. Arie Firman pun dipaksa berimprovisasi solo di lagu ini. Beruntung Sixth Element memiliki Rieka sebagai frontliner yang mampu mengajak dan mengendalikan crowd ikut larut dalam musik mereka.

Sixth Element sendiri menjadi salah satu judul lagu yang disajikan. Dengan mengartikan musisi sebagai elemen keenam, lagu ini mengantarkan kepedulian mereka pada lingkungan dengan mengajak pendengarnya ikut mencegah kerusakan lima elemen kehidupan di dunia; Tanah, Air, Api, Udara, Logam. Terlebih pada intronya, Rieka membacakan sebuah puisi yang bait-baitnya sarat dengan pesan tersebut. Tema menarik dan dibalut dengan musik yang mengajak penonton bergoyang. Kehangatan itu terus berlanjut sampai tak terasa diary ketujuh yang sekaligus bab penutup selesai dilantunkan. Lagu berjudul Love Keep High kembali menitipkan sebuah pesan, bahwa cinta harus menjadi landasan setiap pekerjaan yang kita lakukan. Lagi-lagi tema yang menarik bukan ?

Sebagai kelompok yang baru dibentuk, Sixth Element menjanjikan sebuah potensi. Kemampuan aksi tiap personel pada masing-masing instrumen telah diuji. Energi mereka berinteraksi – meski malam itu belum terlihat lepas, dan baru Rieka yang mendominasi kontak dengan penonton – telah menghasilkan terjemahan nada & improvisasi yang segar. Kami menunggu kesinambungan perkembangan musik kalian selanjutnya dan untuk Anda yang ingin berkenalan dengan Sixth Element dapat menyaksikan pentas ketiga mereka di Acara Mahasiswa Unpar, Bandung (11/4) yang akan datang. So, perkenalkan… diary-diary Sixth Element and enjoy their music !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker