Nera Siap-siap Terbang Sinari Perhelatan North Sea Jazz Festival
Satu lagi kelompok asal Indonesia berencana meramaikan ajang North Sea Jazz Festival Belanda yang akan datang. Nera, kelompok itu, akan berangkat dengan formasi Gilang Ramadhan, Adi Darmawan, Donny Suhendra, Krisna Prameswara, dan Ivan Nestorman. Musik yang Nera tawarkan mereka sebut World Music Dance yang jika dirinci dapat dideskripsikan dalam tiga kalimat berikut: Flores Language with Sexy Vocals – Indonesian Sound Percussions – Groovie Beat & Dance Rhythm.
Nera, kata dari bahasa Flores yang berarti Sinar, adalah sebuah wadah lima musisi yang berusaha merespon keinginan mereka untuk membuat sesuatu yang baru dan kaya secara musikalitas tapi tetap groovy dengan sound-sound yang popular dan danceable. Maka berinteraksilah mereka: penampilan energik & perkusif drummer Gilang Ramadhan dengan permainan bass Adi Dharmawan pada seksi rhythm yang mengutamakan pentingnya ritme perangsang gerak, Donny Suhendra yang dengan kreatifitas dan skill gitarnya menyumbang bentuk-bentuk melody dan isian rhythm. Krisna Prameswara yang permainan keyboardnya mengisi di sela-sela kosong. Serta dilengkapi dengan pesona & keunikan vokal Ivan Nestorman yang juga kerap menyumbangkan kocokan akustik gitarnya dalam lagu-lagu yang mereka mainkan bersama.
Sampai saat ini beberapa lagu telah Nera siapkan sebagai bekal keberangkatan mereka. Lagu-lagu itu didominasi lirik berbahasa Flores. Temanya bervariasi seputar pesan-pesan kemanusiaan yang didekatkan dengan budaya daerah Indonesia Timur itu.
Sebut saja diantaranya; lagu berjudul Mori Sambe yang bertema puji-pujian pada Tuhan Sang Pencipta. Versi unplugged lagu ini pernah dirilis di Embong, album solo Ivan yang keseluruhan musiknya dikerjakan teman-teman dari Flores. Bedanya, pada Mori Sambe versi Nera, meski gaya Ivan menyanyikannya tetap pop, tapi kompromi banyak dilakukan di sisi musikalitasnya. Versi ini terasa lebih kaya dan padat instrumen.
Begitu pula di lagu lainnya. Wajogea berkisah tentang lingkungan hidup mengingatkan pada bahaya tanah longsor. Tema Come Home hampir sebangun dengan lagu berjudul Kerinduan di album simakDialog – Lukisan yang liriknya ditulis oleh Ivan. Come Home bercerita tentang kenangan pada kampung halaman dan keinginan untuk segera kembali kesana.
Pesan kemanusiaan juga menjadi inti dari tema lagu berjudul Samo Line, Kondo The Bird dan Akofoja. Samo Line, lagu berirama fusion dengan distorsi gitar elektrik, berisi ajakan untuk mencuci “tangan” dalam arti kita harus menjaga hati dan pikiran selalu bersih. Kondo The Bird, bercerita tentang burung Kondor. Burung yang konon sangat indah dan kini sudah punah dari dataran Flores. Kebiasaan burung itu yang setiap hari memulai hidup tanpa dialndasi kecemasan menjadi pesan dari lagu berirama ritmis ini yang dapat ditiru oleh kita. Di lagu ini juga tiap personel banyak diberi kesempatan unjuk permainan secara solo. Bahkan di akhir lagu, Gilang mendapat porsi lebih melakukan atraksi solo menggebuk bedug Inggris. Lebih kurang 10 menit ia mempertontonkan kemahirannya meramu beragam sound tradisonal Indonesia, sehingga layaknya kita yang mendengar ikut bejalan dari Sabang sampai Marauke. Lain lagi dengan Akofoja. Lagu yang berarti ajakan untuk menanam padi ini menitipkan pesan untuk menjaga rasa kebersamaan diantara kita.
Theme song berjudul Nera yang ditulis Gilang dan Ivan merupakan satu-satunya lagu yang bertemakan cinta. Kisah dua hati yang berbeda suku bangsa ini diceritakan dari sudut pandang orang Flores. Kelincahan Adi memainkan dawai-dawai bassnya yang kemudian disambut oleh permainan gitar Donny dipertontonkan pada lagu bertempo cepat ini.
Selain lagu-lagu orisinil diatas Nera kerap menyajikan beberapa lagu cover pada konser rutin mereka di JAMZ, pub & restaurant yang terletak di di area Aston Hotel Sudirman, Jakarta. Lagu dari Sting, Fragile, mereka remake dengan mengedepankan permainan gitar akustik Ivan dan penghayatannya pada lirik portugis lagu itu. Aransemen Nera untuk lagu itu bertambah cantik ketika di akhir lagu Gilang menyusupkan permainan bermacam-macam cymballsnya. Lalu karya Bob Marley juga mendapat sentuhan Nera. Intro lagu itu dimulai dengan gitar akustik yang lambat laun dibackup gitar elektrik sebelum instrumen lain masuk. Lagu ini rasanya cukup kuat untuk mengajak bergoyang. Begitu juga beberapa lagu Djavan – salah satunya Asa – yang dimainkan Nera terlihat dapat mengundang gerak. Sayang kondisi ruang di venue menjadi kendala penonton untuk bergerak lepas. Keberadaan meja-kursi merintangi hal itu. Atmosfir berbeda mungkin akan didapat jika menikmati musik-musik Nera di lapangan terbuka. Moga saat itu segera tiba.
Dari sejumlah lagu yang Nera sajikan dapat dilihat satu benang merah keunikan dan style musik yang tidak umum. Lepas dari masalah selera artistik versus komersial, Nera telah berhasil mencoba sesuatu yang baru. Sudah seharusnya Nera tidak berhenti di titik itu, seperti tekad bulat yang mereka nyatakan di salah satu lagunya: NANANG LELAP CABI NTALA NERA SIOETA! – We want to fly high and touch the sparkling stars in the night sky! – Hopefully.