News

I WILL FLY WITH TEN2FIVE, WON’T YOU?

Format band masih menjamur di industri musik popular Indonesia. Ketika label major maupun indie berlomba merilis rekaman grup-grup baru, keseragaman corak warna musik menjadi hal yang tak dapat dielakkan. Fenomena ini dapat Anda amati dari maraknya pasaran album kelompok musisi muda yang mengusung pop berbasiskan rock. Sedikit yang mencoba memasukkan unsur lain, seperti jazz misalnya. Satu dari yang sedikit itu mungkin dapat menunjuk pada sebuah band pop asal Jakarta yang baru-baru ini merilis album perdananya. Ten2Five nama band itu.

***

Ten2Five resmi meluncurkan album mereka pada Jumat (16/4) yang lalu di Hard Rock Café, Jakarta. Grup ini merupakan bentuk kompromi bermusik dari: Arief, bassist yang kerap dijuluki Jazz Extrimist karena kegilaannya pada musik jazz. Poltak, drummer yang gemar mengulik beat-beat acid jazz dan rock. Vokalis Imel yang terispirasi penyanyi-penyanyi R&B. Didit, gitaris rock yang legowo hanya memperdengarkan kegemarannya berdistorsi pada satu lagu (lagu berjudul Kosong), Dan terakhir, Robin, gitaris yang dianggap memiliki kuping yang tanggap pada selera pasar sehingga kerap dipercaya menjaga rel keseimbangan ego dan idealisme personel lainnya.

Ten2Five juga didukung oleh beberapa additional player yang berhasil mempertegas format musik mereka. Teguh, mantan personel band Garis-Garis asal Bandung yang juga ikut menggarap album ketiga Laluna, menyumbangkan nuansa jazzy melalui permainan keyboards-nya hampir di setiap lagu. Lalu ada Adhitia yang selain mengisi gitar di dua track juga membantu Imel dalam proses menulis lagu. Pada seksi vokal, Ten2Five menghadirkan Aditya yang berduet dengan Imel di lagu bernuansa sweet berjudul I Do.

Nama grup ini sendiri diangkat dari jam latihan sebagian personelnya ketika kuliah dulu. Arief, Poltak, Robin dan Lea – vokalis mereka terdahulu yang kemudian mengundurkan diri – kerap latihan setiap hari sabtu dari jam 10 pagi sampai 5 sore. Sesi-sesi latihan sewaktu di Perth, Australia itu yang menjadi cikal bakal Ten2Five kini.

Sekembalinya mereka ke Jakarta, Imel dan Didit bergabung dalam formasi band ini. Keberadaan Ten2Five mulai ditanggap publik musik pop Ibukota ketika single I Will Fly versi unplugged memenangkan lomba di satu radio Jakarta. Karya Arief, Lea dan Imel itu menjadi favorit yang requestnya tetap tinggi meski sudah berbulan-bulan. Jalan ke bilik rekaman terbuka, ketika pihak Explosive Records mendengar lagu itu. Chemistry antara kedua pihak pun terjadi dan membuahkan album perdana mereka tersebut.

Dari 12 lagu di album yang bertajuk I Will Fly dapat dicatat beberapa lagu yang berpotensi menjadi hit di bursa musik pop. I Will Fly versi original demo tetap menjadi pilihan pertama dibanding versi band-nya. Nuansa sendu, rindu atau malah pilu dari vokal Imel yang tipis lebih terasa kena di format akustik. Setidaknya, versi ini juga sudah teruji di tangga lagu radio dan lebih memungkinkan menggiring minat sejumlah pendengar untuk ingin tahu lebih banyak tentang karya-karya selanjutnya dari band favorit mereka. Tinggal bagaimana label memperluas sebaran informasi keberadaan Ten2Five, tidak sebatas kalangan pendengar radio saja.

Lalu jika Anda tetap meminta lagu yang berformat band, dapat diajukan track ke-11 yang berjudul Rum Raisin Chocolate Ice Cream. Tema lagu karya Imel dan Adhitia ini memang masih bercerita seputar cinta; tentang kencan pertama yang ditemani es krim rasa rum raisin coklat. Sederhana. Tapi memiliki poin lebih karena pemberian judul yang memancing minat dan keceriaan lagu itu sendiri yang dapat membuat pendengar merasa terwakili perasaan hatinya ketika sedang jatuh cinta.

Satu karya yang tidak boleh dilewati adalah lagu berjudul Jingga. Lagu yang ditulis Didit dan Imel awalnya diakui berirama rock-alternatif. Tapi kemudian mereka rombak menjadi bossas. Hasilnya menjadi menarik. Dari keseluruhan album, di lagu itu nuansa jazzy paling kental dapat ditemui – meski sekilas seperti mendengar track yang terlepas dari album Salta. Jingga juga dapat mewakili progress Ten2Five dalam hal keterbebasan mereka dari euphoria bahwa rock seattle adalah segalanya, serta menyadari bahwa musik tetaplah musik – yang slow ada yang suka, yang nge-beat juga nggak kalah.

Bagaimana dengan lagu lainnya? Coba Anda buktikan pernyataan Ten2Five berikut: “Pernah merasakan pulang kantor atau sekolah; capek, macet dan rasanya pengin melarikan diri dari dunia? Well, nyalakan tape mobilmu dan mainkan Ten2Five. They will surely set you free!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker