Seorang kawan musisi yang tinggal di Toronto, sebuah kota dipropinsi Ontario Kanada, bercerita bahwa kota ini menjadi semacam melting pot, tempat berkumpulnya berbagai bangsa dengan bermacam kebudayaannya.
Kekayaan ‘budaya’ yang membaur itu juga tercermin dalam penyelenggaraan sebuah festival yang tahun ini memasuki penyelenggaraan yang ke 18 yaitu Toroto Downtown Jazz Festival 2004, yang berlangsung selama kurang lebih 10 hari mulai dari 25 Juni hingga 4 Juli 2004.
Festival yang dipusatkan di halaman balaikota Toronto, Nathan Philips Square ini menyajikan beberapa panggung baik yang terbuka ataupun yang tertutup. Sejumlah musisi papan atas baik dari Kanada, USA dan sejumlah negara lain ambil bagian sebagai salah satu festival terbaik didunia ini.
***
Saya berkesempatan menonton konser preview yang menampilkan Oscar Peterson Trio dengan artis pembuka dengan memukau dalam pertunjukan di Hummingbird Centre yang berkapasitas sekitar 4000an penonton itu. Ribuan penonton yang hadir memberikan applaus tak henti-henti disetiap penampilan pianis yang lahir di Montreal 15 Agustus 1925 dan menjadi legenda Kanada tersebut. Walaupun harus diakui akibat stroke yang dideritanya berpengaruh pada permainan jemari tangannya, tetap saja, kesempatan menonton merupakan salah satu peluang berharga.
Dalam kesempatan lain saya berkesempatan menonton konser Bud Shank dan Phil Woods. Keduanya juga sudah barang tentu bukan nama yang asing di dunia jazz internasional. Penonton memenuhi area Toronto Jazz Stage yang diselimuti tenda, tentu saja masih dikawasan Nathan Philips Square.
Dalam sebuah kesempatan saya sempat ngobrol dengan Joe La Barbera, drummer yang mengiringi kedua musisi senior tersebut. Joe sempat tampil dalam sebuah rekaman rekan saya di New York, David Sills. Tidak disangka, kalau kami bisa bertemu di festival bergengsi ini.
***
Seperti sudah disebut, Toronto Jazz Festival tak hanya menyajikan musisi dari kandang sendiri yang jumlahnya seabrek-abrek. Mungkin kalau boleh kita membandingkan, maka Toronto layak dihadapkan dengan New York, terutama melihat perkembangan musik jazz-nya.
Sebuah kelompok dari Indonesia, Krakatau juga berpartisipasi di festival ini. Penampilan mereka di 98.1 CHFI After Work Series Youth Stage – ditempat terbuka, juga menarik para pengunjung. Lagu-lagu seperti Bubuka-Bancak Pakewuh, Egrank Funk atau Genjring Party, serta Rhytm of Reformation mampu memancing penonton untuk bertepuk tangan. Yang menarik pianis lokal Ron Davis, menjadi MC dan memperkenalkan satu persatu anggota band ini.
Tak hanya itu, Ron Davis yang sehari sebelumnya bersama gitaris Rick Schwagger dan Drew Briston, sempat melakukan rekaman dengan Dwiki Dharmawan dan kawan-kawan, juga tampil bersama Direktur Festival, Jim Galloway (sax).
Ditengah-tengah pertunjukan ini saya bertemu dengan kawan ‘lama’, Pianis Geoffrey Keezer. Sungguh sebuah kesempatan yang langka. Hanya sayang karena skedul terlalu ketat saya tak sempat menyaksikan penampilannya di Montreal Bistro, klub jazz bergengsi di Toronto.
Penampilan Ron sesudah Krakatau dengan kelompoknya The Ron Davis Downtown Swingsters, sedikit banyak terpengaruh dengan bebunyian gamelan walaupun seperti namanya, mereka menyajikan musik swing jazz. Ia yang tampil bersama Alex Pangman (vocal), Robert Ochipinti (gitar) serta seorang bassis muda yang saya tidak ketahui namanya. Menariknya, kelompok ini berbeda dengan proyek Ron Davis sebelumnya Mungle Music. Ia merefer musiknya pada ruang musik di era 30 hingga akhir 50-an. Selain di Nathan Philips, Ron Davis juga tampil di Trader’s Bar and Grill, RexJazz and Blues Bar, salah satu tempat yang menjadi tongkrongan pecinta jazz di kota ditepi danau ini.
***
Ditempat yang sama, sehari sesudahnya, tampil pula anak-anak muda dari York University Student Ensemble. Penampilan yang disaksikan banyak rekan kampus mereka cukup menghibur penonton disiang yang cukup terik tersebut. Tatkala mereka tampil, saya sempat menyelinap kebagian depan dari area festival dengan air mancur. Disana tampil kelompok Habana Sax dari Kuba.
Penampilan mereka cukup unik. 4 saxophonis dan seorang drummer tampil ‘unplugged’. Penonton mengerumuni penampilan mereka, mirip nonton atraksi di tanah lapang – ditanah air. Sementara ditengah kerumunan penonton, ada seseorang yang mengacung-acungkan CD Habana. Rupanya ia adalah manager dari kelompok tersebut dan sedang menawarkan CD mereka. Menarik juga konsepnya.
***
Konser terakhir yang sempat saya saksikan adalah penampilan Trio, John Scofield (gitar), Steve Swallow (bass) dan Bill Stewart (drums). Penampilan ketiganya dalam aroma post-bob dan kontemporer – luar biasa. John banyak menyajikan reportoar yang diambil dari album terbaru mereka En Route dan album sebelumnya A Go Go, mampu menghangatkan ruangan yang berkapasitas sekitar seribuan lebih itu. ‘Over Big top’, ‘It Is Written’, ‘Name That Tune’, ‘Wee’ dan sejumlah nomor lain, disajikan apik, rapih dan terstruktur walau harus diakui rumit dari sisi teknis.
Scofield mengungkapkan bahwa ia selalu rindu untuk tampil di Toronto Jazz Festival, yang langsung disambut tepuk tangan para penonton. Penampilan selama kurang lebih 2 jam tidak terasa, apalagi ia tak sungkan menceritakan ‘story’ dari lagu-demi-lagu.
Penampilan Bill Stewart juga tak kalah menarinya. Berkali-kali ia harus menarik cymbals dengan kakinya, lantaran bergeser. Penampilan yang energik direspon Steve Swallow yang ‘kalem’. Kekaguman saya pada trio ini tentu saja, tak berlebihan. AllMusic bahkan memberikan 4 bintang untuk album mereka, En Route.
Di panggung Toronto Star Stage itu dihari selanjutnya tampil berturut Wynton Marsalis, Stacey Kent, Al Di Meola dan Rite of Stringsnya dan banyak artis-artis jazz ternama lainnya. Sayang, saya harus mengikuti perjalanan bersama Krakatau ke kota lain. Saran saya pada anda, jika berkesempatan datang pada musim panas ke Toronto, nonton acara ini merupakan kesempatan yang tak boleh dilewatkan. Sampai berjumpa denga Toronto Jazz Festival 2005!.