FestivalNews

KRAKATAU PUKAU 4000 PENONTON DI VANCOUVER INTERNATIONAL JAZZ FESTIVAL

David Lam Park, Vancouver BC menjadi saksi sekitar 4000 penonton yang tumpah ruah menyaksikan konser Krakatau Band yang tampil sebagai artis penutup Vancouver International Jazz Festival pada Minggu (04/07) lalu.

Krakatau yang terdiri dari Dwiki Darmawan (Micro-tuned keyboard dan Synthesizer), Pra Budidharma (Slendro Fretless Bass), Adhe Rudiana (kendang, perkusi, simbal), Yoyon Darsono (rebab, suling, terompet, kecapi, voice), Zainal Arifin(Bonang, perkusi, voice), dan Gerry Herb(drum) plus Nyak Ina Raseuki atau yang akrab disapa Ubiet pada voice tampil prima.

Para penonton yang terdiri dari berbagai usia, mulai dari kanak-kanak hingga orang dewasa tampak puas menyaksikan Krakatau yang tampil sekitar satu setengah jam dengan sajian reportoar sekitar 10 lagu dan bonus 2 lagu encore.

***

David Lam Park merupakan salah satu dari sekian banyak lokasi yang disediakan oleh Coastal Jazz Society, panitia yang menyelenggarakan Vancouver Jazz Festival yang tahun ini memasuki usianya yang ke 19.

Terletak di downtown Vancouver. Banyak penonton yang datang bersama keluarga memanfaatkan tempat terbuka ini untuk segudang aktifitas. Ada yang sambil tidur-tiduran atau berjemur, sebagian lagi jogging atau naik sepeda, sementara anak-anak dapat bermain atau melukis diarena bermain yang terletak disebelah kanan panggung festival.

***

Sekitar setengah jam sebelum Krakatau manggung, tampil kelompok Blues asal Texas, Sonny Rhodes. Sebagian penonton berdiri didepan panggung, namun yang lain masih duduk santai menikmati sajian musik gitaris/penyanyi Sonny Rhodes.

Namun situasi jadi berubah tatkala MC mengumumkan bahwa Krakatau yang datang dari ribuan mil dari Vancouver siap tampil. Sontak ribuan orang berdiri berjejal mendekati bibir panggung, wal hasil, tak ada penonton yang duduk dirumput. Menyebabkan penonton yang berposisi agak jauh dibelakang harus berdiri untuk melihat penampilan Krakatau. Luar biasa!.

Sesaat Dwiki Dharmawan, memperkenalkan anggota band ini satu-persatu, Bubuka-Bancak Pakewuh disajikan berbarengan dirajut dengan Egrank Funk yang menggunakan Pelog sebagai dasar namun dimainkan dalam rhythm funk. Berturut-turut setelahnya Shufflendang, Tugu Hegar, Uhang Jaeuh, Magical Match dan Shufflendro.

Dinomor Genjring Party, tepuk tangan penonton bergemuruh karena musiknya yang up-beat, dimana Dwiki, dan Arifin memainkan Rebana dengan permainan Tarompet Yoyon Dharsono sebagai pembuka, yang lantas kemudian disusul dengan berbagai variasi vokal dan solo pada keyboard. Nomor ini menjadi refleksi pengaruh yang diadopsi dari musik orang Aceh dan Melayu di Indonesia.

Dilagu The Rhythm of Reformation, yang merupakan lagu baru dan belum termuat di CD Magical Match atau Mystical Mist, para penonton diajak menyaksikan berbagai alat-alat perkusif dimainkan, plus solo Dwiki Dharmawan pada ceng-ceng Bali. Tepuk tangan tak henti-henti ditujukan penonton untuk penampilan yang meriah dari Krakatau.

***

Sejumlah jurnalis yang meliput acara ini menyampaikan kekagumannya pada musik Krakatau. Mereka yang tidak dapat membayangkan musik Krakatau sebelumnya, terkesima begitu melihat penampilan live kelompok ini. Ucapan terima kasih juga mengalir lantaran rombongan Krakatau dibantu para volunteer di Vancouver, membagikan DVD plus buku program berisi informasi tentang Indonesia, personil dan alat musik Krakatau dan souvenir kuda lumping.

Sejumlah pejabat Konsulat Jendral Republik Indonesia di Vancouver yang tampak hadir juga kebanjiran ucapan selamat dari para penonton. Sukses untuk semua!.

***

Penampilan terakhir Krakatau di Vancouver International Jazz Festival ini sekaligus pula menutup Tur Amerika Utara pertama setelah sebelumnya juga tampil di St. Paul Hot Summer Jazz Festival, Toronto Downtown International Jazz Festival, dan Colorado Summer Music Festival.

Tak sia-sia kelompok ini terbang ribuan kilometer guna mengharumkan nama bangsa. Semoga tur yang disponsori oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dan didukung Departemen Luar Negeri ini dapat menjadi inspirasi bagi kelompok kesenian lain di Indonesia khususnya Jazz untuk menggali potensi, agar dapat tampil di event bergengsi yang lain.

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker