News

HEINZ GEISSER & GUERINO MAZZOLA: SEMANGAT DUET JAZZ KONTEMPORER

Sampai di awal abad 21 ini, musik jazz telah jauh berkembang dan banyak menarik perhatian para musisi di seluruh dunia dengan responnya yang unik, individual dan konteksual. Tidak saja bergantung kepada doktrin-doktrin kemapanan musik jazz yang didominasi dengan istilah swing, mainstream, bebop, fusion dan smooth jazz.

Para musisi lebih kritis lagi dalam memperlakukan sejarah musik jazz dengan mengolah berbagai tantangan dan kemungkinan yang kreatif. Muncul gaya seperti free jazz, free improvisation, world music, noise music, jazztronica dan masih banyak lagi. Di awal kemunculnnya pada dekade 1960an pun banyak mengundang kontroversi baik dikalangan para musisi sendiri, pengamat musik jazz maupun para pendengarnya.

Wilayah ini tentunya juga tidak dapat banyak menjaring keuntungan materi. Sebagian besar para musisi / kelompok band yang bermain free jazz kurang mendapat tempat dalam industri rekaman musik jazz yang sudah mapan. Komunitasnya pun terbatas. Mengingat mereka lebih mengutamakan sisi-sisi kebebasan berekspresi secara penuh dari pada sisi-sisi hiburannya. Para penggemarnya sudah dapat ditebak tidak sebanyak seperti gaya musik jazz yang mapan.

Gaya ini muncul di Amerika Serikat dengan gagasan Ornette Coleman dan John Coltrane sekitar empat puluh tahun yang lalu. Namun free jazz lebih cepat diterima dan berkembang di Eropa daripada di Amerika sendiri. Mengingat kalangan musisi di Eropa sudah akrab dengan musik avant garde di mana menjadi salah satu perkembangan dan kelanjutan musik klasik pada awal abad 20. Dalam waktu yang tidak lama para musisi dari Asia pun meresponnya dengan gayanya yang unik. Akhir-akhir ini malah banyak musisi jazz muda dari Jepang yang menjadi eksponen gaya yang menantang ini. Di Indonesia sendiri para musisi maupun penggemarnya masih belum terlihat. Kalau pun ada, barangkali sifatnya masih “underground”.

Selain yang disebutkan di atas, para tokoh maupun kelompok senior dalam gaya ini antara lain Cecil Taylor, Don Cherry, Sun Ra, Archie Shepp, Albert Ayler, Art Ensemble of Chicago, Evan Parker, Derek Bailey, Peter Brotzmann, Peter Kowald, Alexander Von Schlippenbach, Willem Breuker, Steve Lacy dan masih banyak lagi. Para pendekar-pendekar muda pun terus bermunculan dan tumbuh. Barangkali tokoh yang menonjol di masa-masa terakhir ini adalah John Zorn (meskipun sudah tidak terhitung lagi para musisi muda lain yang memainkan gaya ini). Di mana dia sudah tidak lagi memainkan gaya “free jazz klasik”, namun lebih ke perkembangan dan konsekuensi free jazz sendiri secara kontektual.

Berkaitan dengan salah satu upaya untuk mensosialisasikan gaya free jazz di Indonesia, rencananya pada bulan Oktober nanti akan datang musisi free jazz dari Swiss yang namanya sudah tidak asing lagi bagi komunitas gaya tersebut di Eropa. Mereka adalah Heinz Geisser (drum) dan Guerino Mazzola (piano).

Formasi duet Geisser dan Mazzola itu cukup unik, karena mereka bermain piano dan drum. Tidak ada bass, gitar, saxophone atau instrumen yang lain. Formasi duet tersebut sudah merupakan team work antara Geisser-Mazzola ini dan mereka berusaha memaksimalkan peran masing-masing dalam berimprovisasi pada tingkatan yang paling menantang. Ada sebuah hal yang menarik yaitu tekanan kreativitas antara teknik musik seni Eropa pada abad lalu dan spirit yang dibawa oleh saxophonis free jazz terkemuka Albert Ayler terutama dalam formasi quartetnya sehingga menghasilkan kompleksitas yang indah.

Dari sisi penampilan mereka sendiri sangat sensitive, cepat, urban, akurat, cerdas, dinamis namun juga masih menjaga keseimbangan. Mereka bisa beralih dengan lembut dari ektase permainan mereka yang longgar ke dalam format yang lebih terbatas. Majalah musik improvisasi Cadence Magazine menyebutnya seperti goresan lukisan Jackson Pollock.

Selain proyek duetnya, sejak 10 tahun yang lalu mereka telah banyak menghasilkan album free improvisasi dalam berbagai formasi. Antara lain mereka tampil bersama para pemain free jazz Amerika yang sedang naik daun Rob Brown, Mat Maneri, Scott Fields & Matt Turner. Keberlangsungan tersebut mereka kembangkan dan dapat didengar dalam album-album yang direkam di bawah label Silkheart Records, Music&Arts, Black Saint, Cadence Jazz Records, Creative Works dan Quixotic Records.

Kesemuanya ini mereka persembahkan demi improvisasi. Duo Geisser-Mazzola ini membuat dalam setiap penampilannya menjadi ajang petualangan musikal yang unik. Mereka mencoba untuk menemukan dan mendifinisikan kembali karya mereka dalam waktu yang bersamaan ketika mereka tampil. Sebagian besar komposisi karya mereka digubah dengan dasar spontanitas yang terletak pada kebebasan berekspresi dan keterkaitan musikal tingkat tinggi. “Hal tersebut untuk membuktikan bahwa musik mempunyai sebuah hubungan eksistensial terhadap waktu dan keabadian, sedangkan dengan berimprovisasi membuktikan dirinya sendiri menjadi sebuah desain model dalam berkreasi”, ujar Geisser

Ceto Mundiarso

Pencinta buku yang banyak menelisik filosofi. Pernah menghadiri Konferensi Ekonomi Kreatif di Inggris. Merupakan bagian penting pada riset di WartaJazz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker