News

LAPORAN KONSER KEMANUSIAAN JAZZ UNTUK JOGJA HARI KEDUA

Kelanjutan dari hari kedua event amal ini, ada beberapa tamu spesial dan ada beberapa keunikan yang terjadi, salah satunya adalah pelelangan suara.

Pak Taufik Ismail membuka acara dengan membawkan satu puisi/esai tentang Jogja, memberikan satu gambaran sanubari yang terkena imbas bencana sedangkan Farhan dan kawan-kawan sebagai MC mencoba membangkitkan suasana dengan keceriaan. Pada hari pertama, dana yang terkumpul untuk amal sebesar 50jt, ini didapat dari sumbangan, hasil lelang gitar Oelle, dan hasil penjualan merchandise. Hasil ini masih kurang untuk rekonstruksi Jogja tapi paling tidak dapat meringankan beban.

Masih banyak artis mengantri untuk memberikan penampilan terbaik mereka sebagai aksi peduli untuk meringankan beban yang diemban korban gempa. Meskipun gempa sudah terjadi hampir 1 bulan tapi bantuan tidak boleh berhenti sebelum mereka mampu berswasembada secara umum. Kondisi sekarang, masih banyak anak-anak yang kedinginan pada malam hari ketika tidur di tenda-tenda pengungsian, ibu-ibu hamil dan ibu menyusui juga masih ditampung di tenda darurat dan kurang mendapatkan kondisi yang layak untuk membesarkan anak atau menjaga kandungan, belum juga disebut para manula.

Artis-artis yang datang dan menghibur para penyumbang (baca: penonton dan tamu) dengan harapan bisa mendapatkan satu jumlah yang semaksimal mungkin. Tidak memandang junior dan senior semuanya bersatu, seperti Sentimental Reason yang terdiri dari sekumpulan anak muda memainkan pop jazz, IMD Quartet yang menghadirkan swing, Yo Wis yang tidak ada hubungan dengan acara di salah satu stasiun TV swasta dengan penampilan jazzy, d’Interio yang memukau, memainkan tempo dan menyisipkan gaya reggae.

Satu keunikan yang menghiasi Gedung Bhakti Budaya ini adalah penampilan Sujiwo Tejo yang ditemani Bintang Indrianto dan Arif Setiadi. Agak sedikit mengulang penampilan di JJF 2005, Sujiwo menghadirkan satu gaya tersendiri dengan menggabungkan seni wayang dan refleksi terhadap musik dan drama dicampur jazz olahan orisinil.

Sebelum penampilan satu artis dari Belanda keturunan Ambon, Dwiki melelang Keyboard ROLAND A-80 beserta KORG M3R, disertai bonus 3 bulan les privat yang pada akhirnya terjual senilai 15jt. Satu artis yang datang cukup jauh yaitu Belanda, menyajikan beberapa lagu lawas yang masih terngiang dalam benak. Daniel Sahuleka, demikian dia dikenal, memainkan 4 lagu dengan gaya pop sambil menghentakkan tumit untuk memberikan efek Bass Drum, satu sajian yang disambut dengan antusias.

Masih banyak peran serta dalam malam kedua jazz for Jogja ini, dimana kita bisa mendengar Satin Doll ubahan ala Jazzyphonic, Iwan Hasan dan Anto Praboe yang menyajikan gaya mainstream, Swing Messanger, Otti Jamalus Quartet(Yance Manusama, Tyo Gitar, Jacky Pattiselano) yang mengajak kita untuk tersenyum / “Smile”, ada juga Tika dengan vokal swing dan Rafli yang ber-solo gitar.

Satu lagi yang menarik adalah pelelangan suara dalam artian mengumpulkan dana dengan melakukan bid atas performa artis. AB Three mendapat kehormatan menjadi bagian ini dan suara/performance mereka dihargai 10jt untuk satu lagu yang menambah jumlah dana terkumpul.

Artis muda yang berpotensi muncul dihadapan para penonton yang telah berkumpul event yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki, sebutlah Mike, jawara Indonesian Idol, Lea Simanjuntak yang bisa meraih hati kawula muda yang berkumpul di gedung ini. Bukan muda tapi sangat muda TAPI bisa Swing dengan baik bahkan sangat baik, pernah konser di GKJ, juara 1 pada kontes JGTC 2005 dan masih duduk dibangku SD, Zefa adalah panggilannya. Zefa yang sangat belia ini ditemani 4 musisi senior yang tidak asing lagi yaitu Tire Utami, Pra Budi Dharma, Gilang Ramadhan dan Steve Wahl. Yang menarik adalah mereka memainkan komposisi milik pianis swing muda kita, Zefa, yang berjudul “I Don’t Smoke but I’m Smoking”.

Hampir di penghujung acara, musisi-musisi senior turut memeriahkan suasana diantaranya, Idang Rasyidi, Margie Segers,
Ireng Maulana & friends juga Harry Toledo dengan Soul Emotion Bass dan acara ditutup dengan doa yang dibacakan oleh Jose
Riza dan dimeriahkan oleh 426 BigBand yang tampil paling berbeda dengan semua performers yang ada yaitu membawa 26 personil yang memainkan komposisi sendiri dan sambutan hangat mengudara.

Total dana yang terkumpul untuk Jogja ini lebih dari 100jt dimana pada akhir acara masih ada sumbangan mengalir dan semuanya ini masih akan diaudit kembali oleh akuntan publik supaya dana benar-benar transparan dan jatuh ke tangan yang benar-benar membutuhkan. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, juga tidak ada kata terlambat untuk membantu, selama kita masih mempunyai sanubari, negeri tercinta ini tidak akan mengalami kesusahan yang berkepanjangan karena uluran tangan anda sangatlah berharga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker