JAZZ = MERDEKA
Jazz mengadopsi gaya bebas berekspresi tanpa ada halangan dan batasan, setiap insan bebas untuk mengekspresikan diri dalam melodi. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan insan. Setiap insan merdeka berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, begitu pula juga musiknya.
Wujud kebebasan adalah tema dari acara Jazz Kemerdekaan – Kemerdekaan Jazz sekaligus dirampung untuk memperingati hari kebebasan bangsa Indonesia dari tangan penjajah. Tidak ada lagi tali menjerat tubuh dengan kaku sehingga tidak ada inspirasi yang terbuang sia-sia, bebas menentukan musik dan menghargai sesama adalah inti dari kemerdekaan jazz.
Acara ini didukung oleh musisi handal yang sudah tidak asing lagi sebut saja Balawan, salah satu yang menjadi target sebagian besar audience yang hadir juga sasaran hunting para kamerawan. Masih banyak yang bisa dinikmati pada malam ini, mari kita kupas sedikit.
Seringkali kita melihat di TV, acara tinju atau yang lainnya dimana lagu kebangsaan Amerika bebas dinyanyikan/dimainkan, bebas diterjemahkan menurut versi masing-masing tapi masih sopan bahkan terkadang malah enak untuk dinikmati. Sangat disayangkan jika anda melewatkan acara ini karena Trio Bintang Indrianto – Gerry Herb – Arief Setiadi sebagai pembuka acara mempersembahkan gubahan terbaiknya dan melantunkan lagu “Indonesia Raya” dalam gaya mainstream yang enerjik. Tidak hanya itu, lagu nasional lain juga turut digubah dalam paket menarik seperti “Bandung Lautan Api” dan “Mengheningkan Cipta”. Permainan memukau telah mengawali awal acara, bass fretless Bintang ditambah efek menambah nilai lebih dalam permainan trio ini.
Iwan hasan, Anto Praboe dan Martin Lukman menyambung acara dengan mempersembahkan kemerdekaan berekspresi yang tertuang dalam gaya Free Jazz/Mainstream. Masing-masing personil mengambil bagian dan saling berbagi kesempatan ekspresi. Kesemua lagu yang dimainkan adalah komposisi sendiri, gaya Free Jazz/Mainstream yang ditampilkan cukup berat dan berbobot dimana keterampilan diasah dan timing yang tepat untuk mengisi sela lagu. “Fire On” dan “The Toilet Song” adalah dua dari total empat lagu yang dipertunjukkan.
Acara dilanjutkan oleh Marusya Nainggolan. Keturunan batak yang lahir di Bogor ini melantunkan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” secara solo dan ekpresif. Mempertahankan ritme lagu asli dan menambahkan bumbu improvisasi apik ke setiap nada. Kemudian Marusya menghadirkan seniman asal Sumatra Utara dan berduet dengannya, dialah Tarzan Simanora. Tarzan (anda tidak salah baca, memang ini nama aslinya) berduet dengan Marusya dalam satu lagu etnik Batak dan memainkan 3 alat musik secara bergantian yaitu suling, perkusi dan gitar kecil khas Sumut, permainan mereka cukup menyita perhatian karena sangat unik dimana Marusya senantiasa menjentik jemarinya keatas tuts piano memberikan ritme dan mengatur tempo sedangkan Tarzan senantiasa menjaga harmonisasi lagu dengan bergantian memainkan 3 alat musiknya serta menambahkan unsur etnik yang kental.
Trio yang merupakan target utama tampil dengan format trio, Balawan – Dion S dan Adi Darmawan. Walaupun hanya bertiga tapi mereka bisa memainkan komposisi lagu yang diambil dari album Magic Fingers yaitu The Dance of Janger yang kental bernuansa Bali. Dion S mengambil alih semua alat perkusif dan etnik yang diterjemahkankan di drum set lengkap dengan multi pedal. Permainan sangat menghibur karena lagu asli yang harusnya dimainkan banyak instrumen tapi mampu dihadirkan kedalam bentuk trio dengan enerjik dan atraktif. Dipenghujung acara, Trio ini meghadirkan “St. Thomas”, diawali dengan dialog Balawan dengan gitar efek perkusi, dijawab oleh Dion S dengan gebrakan di drum set secara perkusif pula, tak lupa Adi membetot bass untuk berdialog bertiga.
Yang paling menarik dari acara ini adalah pertunjukan penutup, semua artis diminta untuk keatas panggung dan melakukan JAM SESSION. Apakah pernah terbayang dibenak anda satu panggung diisi oleh 2 drumer, 3 bassis (elektrik, fretless dan contra), 2 gitaris, 1 pianis, 2 sax ditambah satu perkusi etnik bermain bersama diatas panggung, bebas berekspresi, bebas improvisasi tapi saling menghormati satu sama lain dengan karakteristik yang berbeda? Mungkin jika kita yang memainkannya akan kacau balau karena konsep dan kepentingan yang berbeda tapi jika mereka yang memainkannya menjadi satu panggung ceria dengan melantunkan lagu nasional dan menterjemahkan dalam bahasa musik masing-masing tapi tetap harmonis. Inilah Jazz yang sebenarnya, musik merdeka yang terarah terkendali dan saling mengerti juga saling mengisi kekosongan dengan persepsi berbeda tapi satu tujuan.
Mari kita sambut hari kemerdekaan Indonesia dengan kebebasan yang bertanggung jawab, merefleksikan diri dan musik sebebas mungkin dan jangan lupa bersyukur bahwasannya kita telah dianugerahi kemerdekaan