News

DUA WAJAH RIEKA ROSLAN DI FESTIVAL SCHOUWBURG 2006

Kebisuan Gedung Kesenian Jakarta yang berdiri di sudut Jalan Gedung Kesenian adalah salah satu saksi perjalanan kesenian di Indonesia. Gedung yang awalnya bernama Schouwburg itu telah digunakan sebagai tempat pementasan sejak masa penjajahan Belanda, baik oleh duta seni asal Eropa maupun kesenian pribumi, mulai dari opera, balet sampai wayang orang. Meski sempat beralih fungsi menjadi markas serdadu, tempat sidang Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dan gedung bioskop yang memutar film-film kung fu, tapi di tahun 1987 gedung direnovasi dan dikembalikan fungsinya sebagai teater.  Sejak saat itu kembali beragam jenis kesenian – baik seni klasik, tradisional, modern, kontemporer dari dalam maupun luar negeri secara berkala tampil di gedung yang diresmikan sebagai Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Dorongan untuk menengok kembali perjalanan sejarah tersebut dikejewantahkan dalam sebuah kegiatan yang disebut Festival Schouwburg.

Festival yang tahun ini diselenggarakan di usia GKJ ke-19 kembali menampilkan beragam kesenian; pertunjukan balet, resital piano, gitar klasik, & duo clarinet-piano, pentas teater, sirkus kontemporer, wayang orang & ketorprak, serta berbagai pagelaran musik. Musik jazz adalah salah satu menu pengisi kalender kegiatan Festival Schouwburg 2006. Penyanyi Tompi dan Rieka Roslan & Friends terpilih dari sekian banyak kemungkinan pengisi acara yang mewakili jenis musik ini. Khusus pada pertunjunkan Rieka Roslan & Friends, jazz diharapkan hadir dalam warna-warna yang terbilang berbeda dan “baru” melalui hasil kreatifitas mereka menginterprestasikan jazz itu sendiri sebagai musik yang senantiasa berkembang, mengikuti jaman, mengalami pelbagai masukan pengaruh musik luar.

Penampilan Rieka Roslan & Friends yang berlangsung pada hari Sabtu, 9 September 2006 lalu sayangnya hanya dihadiri oleh sedikit penonton. Jika berhitung dari kapasitas kursi GKJ, terlihat banyak sekali tempat duduk kosong tidak terisi.  Gong tanda mulai pertunjukan pun tidak tepat waktu dipukul. Namun kondisi ini tidak menyurutkan semangat Rieka Roslan & Friends memberikan hiburan (yang oleh penyelenggara disebut sebagai) jazz – sesekali upbeat, bernuansa dance dan terasa santai. Show must go on!

Adalah sosok Rieka Roslan yang menjadi sental dan tampil dalam dua wajah penghiburnya. Wajah pertama adalah saat ia tampil di sesi pertama bersama teman-temannya dari The 6Th Element Experience (a.k.a 6Th Element) yang terdiri dari Ali Akbar (piano, fender rhodes), Agam Hamzah (gitar elektrik), Aksan Sjuman (drums), Phillipe Ciminato (perkusi) dan muka baru di grup ini, Donny Sundjojo pada double bass. Wajah lain ada di sesi berikut dimana ia tampil lagi bersama Rieka Roslan & Friends – band pendukung solo karirnya selepas tidak lagi menjadi frontliner kelompok The Groove. Rieka Roslan & Friends malam itu terdiri dari Rieka sebagai lead vocal, Nikita Dompas (gitar), Ali Akbar (piano, rhodes), Phillipe Ciminato (perkusi), JMono (bass elektrik), Boyke (saksofon), Iwan Abdie (vokal latar) dan Eddy Syahroni – drummer yang menggantikan Rayendra.

The 6Th Element Experience membuka pertunjukan dengan memainkan sebuah komposisi yang telah mereka rilis di album kompilasi “Jazz Masa Kini”. Lagu itu, “Hecta Dance”, langsung memberikan suasana eksotis dengan kombinasi afro cuban dan pengaruh brazillian music. Di lagu yang bercerita tentang sebuah perjalanan yang banyak menemui kemarahan namun dapat diselesaikan dengan cinta itu,  Rieka mengambil porsi pelantun voice. Lantunan Rieka ini mengingatkan pada gaya Flora Purim. Komposisi kedua 6Th Element adalah “Nyasar” yang terdiri dari tiga bagian lagu;  Pertama dimulai kocokan gitar Agam yang mengambil  sound musik keroncong sembari mengiringi gerak tari Rieka. Bagian kedua adalah tema dengan tempo ritmik medium yang berlanjut sampai ke bagian penutup lagu. “A’L’AME” adalah lagu ketiga yang dimulai dengan nuansa murung melalui gesekan dawai double bass Donny. Piano kemudian sedikit-sedikit masuk pada pertengahan lagu dan tempo menaik saat bunyi gitar masuk serta rhythm dimainkan dengan lengkap. Kesan monoton dari kesedihan hati yang paling dalam (A’l’ame berarti “from soul” dalam bahasa Prancis) sengaja dibangun untuk mengungkapkan cerita tentang tragedi bencana alam yang sering melanda Indonesia saat ini. Lagu penutup adalah “Singgah” yang dibuka dengan solo drum dengan variasi permainan cymbal. Gitar masuk membangun tema lagu “Singgah” diikuti dengan permainan semua instrumen. Ali dengan rhodes-nya mendapat porsi solo cukup panjang sebelum Aksan kembali menutup komposisi ini dengan permainan drumnya. Di sesi pertama Rieka hanya ikut di dua lagu awal, sisanya adalah penampilan instrumental 6th Element.

Jeda pergantian antar dua grup diisi oleh permainan panjang Phillipe Ciminato pada perangkat perkusi. Segala teknik tetabuhan ia keluarkan malam itu. Panjangnya durasi jeda sampai kelompok Rieka Roslan & Friends benar siap sedikit banyak membuat pemain perkusi asal Prancis ini kewalahan. Namun penonton selalu bertepuk mengikuti beat kegembiraan yang dimainkan Phillipe.

Rieka Roslan & Friends  membuka pertunjukan lewat “Love Keep High”. Melalui lagu itu, Rieka yang telah berganti kostum menyampaikan pesan, agar kita menjaga cinta tetap ada – karena tanpa cinta –  tidak akan ada hidup. Kemudian “Manusia”, yang juga diangkat dari album pertama, dipilih sebagai lagu berikut. Disini ia melantun lagu dengan gaya bertutur, layaknya sedang bercerita kepada penonton tentang kenyataan hidup yang ditemuinya. Pesan Rieka di “Manusia” adalah ajakan untuk selalu tersenyum dan saling membagi materi serta melakukan hal-hal yang dimulai dari hati. Pilihan lagu berikut pindah dari album kedua, “Rieka Roslan Bercerita”, melalui “Terima Kasih Cinta”. Lagu ini masih menjadi kelanjutan cerita Rieka di dua lagu sebelumnya –  seperti dapat disimak pada reff lagu, “Terima kasih Tuhan telah Kau berikan cinta di dalam hati manusia – hingga kita dapat meredam emosi di jiwa – senantiasa damai dalam dunia”. “Terima Kasih Cinta” menjadi titik awal cairnya jarak penonton dan terlihat mereka mulai masuk ke dalam ritme pertunjukan. Ajakan Rieka untuk melambaikan tangan mendapat sambutan hangat penonton. Rieka menurunkan tempo pertunjukan di lagu berikutnya, “Sesalku”, yang dibawakan minimalis dan memberikan Nikita melakukan solo menginterprestasikan kesenduan lagu itu melalui gitarnya. Gairah pertunjukan kembali memanas saat upbeat song “Cobalah Bercermin Sendiri” dimainkan dan memuncak pada “Menari, Ku Bernyanyi” yang berhasil mengajak beberapa penonton ikut menari di atas panggung. Di lagu itulah terlihat penampil acara dan penonton berhasil menyatu. Lagu terakhir adalah “Biar Kunikmati” yang menghadirkan jamming musisi pendukung acara (minus Agam). Duet permainan drum Eddy dan Aksan plus perkusi Phillipe menambah meriah suasana pertunjukan. Lagu ini, seperti pesan yang ingin disampaikannya, “… Hidup ini hanya sesaat, hidup ini sangat sederhana. Dengan bersama, dengan hati yang positif, semua hal selalu ada jalan keluar, selalu riang, menari, bernyanyi, Biar kunikmati.”, berhasil menutup acara dengan sukses. Terakhir, seluruh penampil acara turun panggung berbaris meninggalkan ruangan pertunjukan melalui tempat duduk penonton yang terlihat berdiri memberikan tepuk tangan tanda salut. Penonton pun tentu sepakat bahwa penampilan Rieka Roslan & Friends dengan dua wajahnya malam itu adalah A Good Nu-JAZZ Exploration performances… dan, yang  pasti, mereka adalah GOOD ENTERTAINERS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker