DJARUM SUPER WORLD MUSIC, SATU BUMI BERIBU BUNYI
Hadirkan tiga kelompok dari Bagian Barat, Tengah dan Timur Indonesia
Satu lagi tontonan menarik dengan menghadirkan tiga kelompok yang mengusung world music sebagai tema utama musiknya, dan berencana akan ditampilkan dalam sebuah acara bertajuk Djarum Super World Music, Satu Bumi Beribu Bunyi pada hari Kamis, 7 Desember 2006 bertempat di Taman Ismail Marzuki.
Acara yang tidak dipungut biaya ini, digagas pertama kali dari pertemuan Gilang Ramadhan dan Djaduk Ferianto – masing-masing adalah pentolan dari grup Nera dan Kua Etnika – di kota Gudeg Yogyakarta beberapa saat yang lalu.
Idiom penggabungan antara western dan non-western-music, demikian biasanya disebut sebagai world music. Sebagaimana kita tahu, world music sudah berkembang sejak komponis Claude Debussy memboyong gamelan Jawa ke Paris tahun 1889 untuk meramaikan perayaan 100 tahun Revolusi Perancis. Pada umumnya orang mengenal istilah world music sebagai gabungan musik etnik setempat dengan western-music atau musik (dari) barat.
Saat ditanya dalam konperensi pers (5/12), Djaduk Ferianto mewakili musisi yang mengatakan bahwa Ketiga kelompok yang akan mengawali semangat menggali keanekaragaman kebudayaan (musik) sendiri ini adalah Geliga yang mewakili Indonesia Barat. Kua Etnika mewakili Jawa dan Bali. Sedangkan NERA mewakili Indonesia Timur persisnya dari Flores.
***
Ketiga grup yang akan tampil dalam setting panggung yang dibagi tiga ini, akan membawakan lagu-lagu masing-masing yang unik dan menarik. Geliga misalnya, merupakan kelompok musik yang mencoba menggabungkan tradisi musik melayu dengan unsur Jazz. Kelompok ini sempat tampil di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki awal tahun ini. Terdiri dari Heri Syahrial (piano), Frankie (drum) Iwan Gunawan (gitar), M. Gusrianto (bass), Yusman Yahya (saxophone), Armansyah Anwar (akordion), Zalfandri (perkusi, bebane), Hendri (perkusi, tabla) dan Sisak Mamiri serta Siska Afriani (vokal).
Sementara NERA yang berarti Sinar beranggotakan lima musisi yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam blantika musik tanah air. Tak hanya jazz tapi juga merambah ke jenis musik yang lain. Mereka adalah drummer Gilang Ramadhan, bassis Adi Darmawan, gitaris sekaligus vokalis Ivan Nestorman, lalu ada Donny Suhendra (gitar) dan Krishna Prameswara(keyboard). SCTV Music Award sempat diraih oleh Gilang dan kawan-kawan pada tahun 2006 untuk kategori Explorasi Ethnic.
Kelompok terakhir yang memiliki jam terbang Internasional, Kua Etnika yang dipimpin oleh Djaduk Ferianto, dari Yogyakarta akan tampil bersama kurang lebih 14 musisi, dengan peralatan atau instrumentasi yang beragam. Konsistensi dan eksistensi Kua Etnika sejauh ini telah dibuktikan dengan respon hangat dalam setiap penampilannya dan karya yang dapat dinikmati dalam album Sumpeg Nang Ning Nong (1997) dan Ritus Swara (2000). Kua Etnika sempat pula berkolaborasi dengan kelompok Pata Masters, dalam sebuah project bertitel Pata Java tahun 2003 silam.
***
Saat ditanya lebih lanjut mengapa World Music, Djaduk Ferianto yang pernah tour keliling Eropa menjelaskan, “Cara penyajiannya berbeda dengan musik mainstream atau yang dibangun karena adanya industri yang menekankan pada modal. Pertunjukan kami bisa hidup, karena ada pendukung yaitu Penonton”.
Lebih lanjut Gilang Ramadhan juga menambahkan, bahwa seringkali penampilannya di luar negeri bukan karena kemampuannya memainkan musik (rock atau jazz). Namun karena keunikan pola permainan yang dibawa dari tradisi musik yang berkembang di Indonesia. “Saya terus terang lebih dianggap, kalau main musik kita sendiri”, ujarnya.
***
Acara yang akan digelar kurang lebih dua setengah jam ini akan dipandu oleh Shahnaz Haque dan Butet Kertaredjasa. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Erwin M. Reza di 0856-1573167.