News

LIPUTAN DARI ACARA A TRIBUTE TO JAMIROQUAI DI BOGOR

Sabtu, 17 Februari 2007 yang lalu pecinta musik jazz kota Bogor kembali dihibur oleh sebuah event musik di Kinanti Room, Hotel Salak. Kegiatan ini merupakan acara yang spesial, karena mengusung tema “A Tribute To Jamiroquai”. Hadir malam itu Maliq &d’Essentials, Clorophyl, dan Diafragma. Mereka yang tampil pada event itu diwajibkan menampilkan beberapa lagu Jamiroquai.

Menurut penyelenggara, Tee Production, event ini diadakan agar masyarakat kota Bogor dapat lebih mengenal lagu-lagu Jamiroquai pada khususnya dan aliran musik acid-jazz umumnya. Event ini juga diadakan dalam rangka menyambut event jazz akbar tahunan yang akan diselenggarakan pada tanggal 2, 3, 4 Maret 2007 nanti, yaitu Java Jazz Festival dan pemanasan seri kedua Buitenzorg Jazz pertengahan tahun yang akan datang.

Meski hujan mengguyur kota Bogor cukup deras diawal pertunjukan, antusias penonton terlihat mulai ramai berdatangan ke lokasi pertunjukan. Sepertinya nama Maliq & d’Essentials masih cukup kuat untuk dijual, meski ini adalah kali ketiga mereka tampil di tempat itu. Apalagi dijanjikan Maliq juga akan menampilkan lagu-lagu dari album terbaru mereka yang segera rilis. Hal ini terungkap pada saat konferensi pers dengan para pengisi acara yang akan tampil pada malam itu.

***

Diafragma menjadi band pembuka pada event ini, mereka membawakan 8 buah lagu. Empat diantaranya merupakan lagu Jamiroquai yaitu “Canned Heat”, “Seven Days in Sunny June”, “Corner of The Heart”, dan “Cosmic Girls”. Sisanya merupakan lagu mereka sendiri yaitu “Tak Cemburu”, “Stolen”, dan “Desperate” serta sebuah adaptasi komposisi instrumental dari grup lawas Bhaskara Band, “Betawi”. Grup asal Bogor yang terdiri dari Jawa (vocal), Mia (keyboard & Vokal), Dhany(gitar), Ajeng (drum), Dilez (biola), Jui (perkusi) dan Eka (bass) ini memainkan musik yang merupakan fusi dari berbagai jenis aliran, seperti ethnic, latin, rock, irish, pop, jazz sesuai kesukaan tiap personilnya. Hal ini tentunya menjadi suatu ciri khas yang unik untuk band yang memiliki personil yang masih muda. Mereka terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi perguruan tinggi UI, ITB, IPB dan Trisakti.

Penampil kedua yaitu Clorophyl. Band yang memiliki aliran acid-jazz ini bukan termasuk band yang baru di kancah musik ini, karena mereka sudah terbentuk sejak tahun 1993. Dan pada tahun 2000 band yang berawal dari kafe ini masuk dapur rekaman. Saat ini Clorophyl sendiri telah mengeluarkan album yang ketiga serta sebuahkompilasi “A Tribute to Koes Plus”. Grup yang digawangi the master of Jay Kay Zarro (vokal), Bagus (keyboard), Kiko (bass),  Timur (drum), David (gitar) dan seorang additional keyboard pengganti Mardi yang absen tampil ini total membawakan 7 lagu. Repertoir Jamiroquai yang dibawakan oleh adalah “Too Young To Die”, “Space Cowboy”, (lagi-lagi) “Cosmic Girl”, dan “Virtual Insanity”. Pada saat “Virtual Insanity” dimainkan para penonton ikut menyanyi bersama, banyak diantara mereka yang hapal lirik dari lagu tersebut. Penonton juga memberikan apresiasi yang sama saat Clorophyl menampilkan lagu buatan sendiri, seperti “Everyday” dan beberapa lagu dari album pertama mereka ”Universal”.

Gong penutup event kali ini adalah Maliq & d’Essential. Band yang tidak mau dikotak-kotakkan aliran musiknya ini tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Banyak dari penonton yang sudah tidak sabar untuk melihat penampilan dari band ini. Maliq & d’Essential tampil membawakansembilan lagu. Lima dari lagu yang dibawakan merupakan lagu yang terdapat di album pertama mereka, dua diantaranya diambil dari album terbaru mereka yang akan dirilis akhir Februari nanti, dan sisanya merupakan lagu-lagu Jamiroquai. Salah satunya yaitu “Runaway”. Saat lagu itu dimainkan banyak penonton yang ikut larut menyanyikan lagu tersebut. Lagu “Blow My Mind” menjadi lagu penutup dari Maliq. Seperti belum puas, penonton meminta encore supaya Maliq memainkan tambahan lagu. Akhirnya “September” dari Earth, Wind and Fire dipilih sebagai akhir dari keseluruhan acara pada malam itu.

Ada satu hal yang unik, yaitu pihak penyelenggara mengharuskan para penonton yang hadir untuk berpakaian Jamiroquai Style. Tapi prakteknya tidak semua penonton hadir mengenakan pakaian ala Jamiroquai. Menurut mereka yang datang, yang penting bukan pakaiannya tetapi yang penting semua dapat terhibur dan menikmati musik yang disajikan pada malam itu. Feel the music, the acid jazz sound from Jamiroquai, is the important ones. Aren’t you?

Putri Wulan Sari/Roullandi N. Siregar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Perlu bantuan?

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker