Sajian (Lebaran) Diana Krall
Malam 05/10/’08, atasan panjang yang cocoknya jadi baju-lebaran menggantikan balutan sensual yang biasa lekat dengan Diana Krall, a piano player-singer seperti halnya Nat King Cole, sosok pendahulu idolanya. Indonesia sebenarnya tengah dalam suasana mudik, namun suguhan di hadapan penonton yang datang ke Ritz Carlton bukanlah yang biasa hadir saat bertandang ke sanak saudara. Suguhan lebaran ini adalah kuartet jazz yang diundang Java Festival Production untuk singgah dalam tur Asia mereka.
Kuartet Krall ini kurang lebih sama dengan rilis DVD Live At Montreal Jazz Festival, hanya minus drummer Peter Erskine (untuk tur sekarang Karriem Riggins yang ada di pos ini). Tidak dipungkiri, kehadiran Erskine memang lebih berciri kuat, ini mudah kita dapati pada nomer non-swing di konser Montreal seperti “I’m Coming Through” dan “Temptations”. Sayangnya jika variasi yang dicari malam ini, maka di antara nomer-nomer Cole-tribute, seperti “I’ll String Along with You” dan “Gee Baby, Ain’t Good to You”, mood swing lebih dominan. Otomatis Riggins lebih di latar dengan ritme tipikal straight ahead dan beberapa solo bergilir. Sedikit saja, ia sempat menyingkirkan stiknya memerankan beat conga untuk ”Exactly Like You” milik Ray Brown dan pianis Gene Harris. Brown sendiri termasuk nama-nama besar yang pertama kali melirik bakat Diana Krall. Saat itu, ia beserta drummer Jeff Hamilton berhasil membujuk Krall untuk belajar di LA. Kembali ke soal drum, Hamilton (apalagi dipasangkan dengan bassist John Clayton) juga diharap-harap penikmat Indonesia sejak kedatangan Krall sebelumnya.
Obat dari kedatangan yang silam adalah gitaris-arranger Anthony Wilson. Seri kord-melodi gitaris tunggal yang jadi intro ”Let’s Fall In Love” menjadi bukti kepahamannya terhadap tradisi. Di depan ”Devil May Care” ia langsung menggenjot putaran-putaran bebop dalam rentetan rapat 16th-notes setelah sebelumnya mendayu-dayu bluesy dalam warna tone bulat. Di pos bass, Robert Hurst kali ini lebih di latar. Ia adalah tipe pembetot bass yang lebih mengurai nada-nada di leher atas (nada bass sesungguhnya) dengan jarang bermain di posisi tinggi (open thumb position).
Sesuai janjinya saat ditanya Wartajazz (press conference hari sebelumnya) soal encore, ”Kita lihat saja”, kuartet Krall naik lagi selang beberapa menit setelah lagu terakhir ”I Don’t Know Enough About You” (Peggy Lee). Mengalunlah ”S’Wonderful” (Gershwin) dan nomer up-tempo ”East of the Sun (And West of the Moon)”. Diana Krall sendiri, banyak mengeksplorasi bagian intro untuk mengistimewakan penonton konser kali ini dibandingkan pendengar rekamannya. Misalnya saja untuk boss-nova romantis ”The Look of Love” yang ‘terlanjur’ populer.
kedatangannya dalam saat berlebaran merupakan moment dimana kondosi apakah musik jazz bisa dinikmati dalam selaga keadaan di negeri ini…jawabnya sudah kelihatan.
aku aja kaget ternyata penontonya banyak juga ya, malah ada yang bela belain balik kejakarta cuma buat nonton Jenk Diana ini.
kapan ya di indonesia ada hall konser yang beneran, ritz carlton emang enak (meskipun ac-nya terlalu dingin) tapi teuteup bukan suaranya kurang mendukung….apalagi untuk menikmati jazz dari musisi sekelas diana krall…but it was great, worth dengan perjuangan bandung-jkt