News

Konser Musik Rhythms Meeting : Musik Multi Etnis

poster-rythm-meeting-jogja-021Di ranah musik jazz sudah seringkali para musisi mencari format-format baru dan juga mencoba memasukan unsur-unsur musik lain ke dalam musik jazz, diantaranya banyak yang mencoba mengkolaborasikan dengan musik-musik tradisi atau etnis, bahkan berkolaborasi langsung dengan musisi-musisi tradisi tersebut. Seorang pianis jazz dari Swiss, Francois Lindemann mecoba juga hal tersebut, bahkan dalam ide yang dilakukannya dia tidak hanya mengkolaborasikan dan berkolaborasi dengan musik dan musisi dari satu macam tradisi tapi dari beberapa tradisi. Project yang dinamakan ASIAN CARAVAN dengan konser yang diberi judul “Rhtyms Meeting” cukup unik, Francois Lindemann bersama grupnya yang terdiri dari Jacques Schwarz-bart (saxophone), Claude Tchamitchian (kontra bas) dan Sangoma Everett (drum), mengajak musisi tardisional dari Maroko, Aziz Boulaaroug (perkusi ) dan Abdelaziz El Achhab (biola) juga musisi China yang tinggal di Perancis yaitu Ling Ling Yu (Pipa/sitar Cina). Bersama mereka Francois mengadakan perjalanan ke Indonesia, Thailand, India dan kemudian kembali ke Swiss, uniknya di setiap negara yang dikunjungi mereka akan berkolaborasi dengan musisi setempat dan kemudian musisi setempat tersebut akan diajak untuk perjalanan ke negara berikutnya untuk berkolaborasi juga dengan musisi dari negara tersebut hingga nantinya di Swiss mereka mengadakan konser besar dengan musisi-musisi dari berbagai negara tersebut. Kunjungan pertama mereka adalah di Indonesia sebelum mereka ke Thailand dan India, di Indonesia mereka mengadakan workshop dan berkolaborasi dengan musisi dan komposer Yogyakarta yaitu Djaduk Ferianto dan Purwanto, dimana kedua musisi tersebut telah bertemu dengan Francois setahun yang lalu dan dirasakan mereka sepaham dengan proyek ini dan mampu memberi warna dan kontribusi pada musik yang akan mereka mainkan.

workshop-rhythms-meeting0731Pada workshop dalam rangka Konser Musik Rhythms Meeting ini yang dilakukan di Studio Kua Etnika, Padepokan Bagong Kussudiarjo ini, telah berlangsung beberapa hari, sudah beberapa komposisi mereka latih, yang menarik dalam workshop ini adalah bagaimana sebuah komunikasi melalui musik walaupun dengan latar belakang yang berbeda ternyata dapat berjalan bersama dan saling terbuka sehingga menciptakan musik yang indah juga terkadang unik. Para musisi terlihat saling terbuka dan tidak memaksakan satu sama lain, walaupun memang tidak mudah untuk saling menyatukan ide dan terkadang terjadi diskusi panjang antar musisi untuk mencapai kesepakatan, namun hal tersebut tak menghalangi mereka untuk menghasilkan suatu musik yang indah dan bermakna. Masing-masing musisi menyumbangkan ide dan dasar untuk membuat komposisi yang berlandaskan pada tradisi masing-masing, Djaduk Ferianto dan Purwanto dalam proyek ini menyumbangkan ritme-ritme yang berasal dari komposisi tradisional yaitu “Ilir-Ilir” (jawa) dan “Baris” (Bali) yang kemudian direspon oleh para musisi lainnya sehingga mempunyai warna yang baru dan bahkan berkembang menjadi komposisi yang baru,demikian halnya musisi-musisi yang lain.

Yang menarik dari proyek ini adalah pernyataan Francois yang mengatakan bahwa dia tidak mau memberi musiknya dengan cap “World Music” , karena bagi dia konsepnya adalah tidak mengambil begitu saja eksotika dari musik tradisi dan hanya diberi “bumbu-bumbu” dari musik modern tapi tidak menyentuh dari esensi musik itu sendiri bahkan menenggelamkan “roh” dari musik tradisi tersebut. Dalam proyek ini Francois menekankan bahwa ini adalah dialog bahkan konfrontasi dan inter-penetrasi terhadap berbagai macam musik yang berbeda, tentu saja akan terjadi benturan-benturan irama maupun warna dan nada, tapi hal tersebut tidak akan dihilangkan, justru pertemuan perbedaan yang dapat berjalan bersama ini yang akan diketengahkan dalam pertunjukan nanti, gesekan-gesekan yang menimbulkan nuansa yang berbeda, mungkin bisa harmonis tapi mungkin juga kadang disharmoni, tapi itulah keindahannya, seperti dalam kehidupan ini.

mel_francois_lindemann2Konser “RHYTHMS MEETING” di Jogja akan diadakan pada Tanggal 5 Februari 2009, pada pukul 19.30 WIB, di Padepokan Seni Bagong Kussudiarjo, Desa Kembaran, kecamatan Taman Tirto, Bantul dan konser ini gratis, terbuka untuk umum. Setelah di Jogja mereka tanggal 7 Februari 2009 juga akan mengadakan konser di Jakarta bertempat di Gedung Kesenian Jakarta. Proyek ini di Yogyakarta berlangsung juga atas kerjasama LIP (Lembaga Indonesia Perancis) dan YBK (Yayasan Bagong Kussudiarjo). Selaam mengadakan workshop di Yogyakarta, Francois dan kawan-kawan juga sempat berkunjung ke DeClick Coffee di Kotabaru bertemu dan ber-Jam session dengan musisi-musisi jazz dari komunitas jazz Jogja. Jadi jika ingin menikmati keunikan kolaborasi anatar musik jazz dan tradisi dari berbagai macam negara, selayaknya konser ini sayang untuk dilewatkan.

Ajie Wartono

Memimpin divisi Projects & Event Management. Pernah mengikuti Dutch Jazz Meeting di Amsterdam, Belanda. Selama dua tahun dipercaya menjadi Ketua Festival Kesenian Yogyakarta (2007, 2008) selain sebagai Program Director, Bali Jazz Festival dan Ngayogjazz

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker