Pa Tua: Nyawa Baru Untuk Lagu Lawas
“La la la la la la la la la la la
La la la la la la la la
La la la la la la la la
La la la
I just can’t get you out of my head
Girl your loving is all i think about
i just can’t get you out of my head
Girl it’s more than I dare to think about
La la la la la la la la la la la
La la la…”
Wah! Lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi sexy asal Australia, Kyle Minoque, itu terdengar beda. Menjadi nge-jazz. Itulah salah satu kreasi Pa Tua, kuartet yang tampil di awal hari pertama Java Jazz 2009. Selain “Can’t Get You Out Of My Head”, Pa Tua yang main di ruang Merak 1-2 juga merombak beberapa lagu lawas dari The Beatles, America, ABBA, U2 dan Michael Jackson.
Sedari awal konsep kuartet ini adalah menampilkan beberapa lagu hits yang diaransemen ulang dalam format jazz. “Pa Tua plays great songs with a totally new fresh jazz approach. The beatles, Kyle Minogue, but also long forgotten hits get a new life”. Saat pertunjukkan, sembari berkelakar Indra Aziz malah berkata, “Kita memang dari awal sebetulnya pengen menjadi pemain Top40. Tapi, tidak kesampaian. Akhirnya kita me-rearrange lagu-lagu itu dan kita jadiin milik kita sendiri. We make the songs, those beautifull songs, are own.”
Pa Tua didirikan tahun 2008 lalu oleh Stefan Thiele, pianis asal Jerman yang kini menetap di Indonesia. Grup ini berawal dari acara jam session di Eastern Promise, sebuah kafe di Kemang, selatan Jakarta. Beberapa musisi muda bermain bersama dan bertemu dalam sebuah ide. Mereka adalah pemain double bass Doni Sundjoyo, vokalis-saksofonis-komposer Indra Aziz, drumer Sandy Winarta serta Stefan Thiele.
Stefan Thiele, pemain piano kelahiran tahun 1965 di Germany, mendalami piano jazz sejak tahun 1988 di Hilversums Conservatorium, Belanda dengan tutor Henk Elkerbout dan Rob Madna. Sejak itu ia mendapat banyak kesempatan bermain bersama musisi jazz Eropa dan kemudian berkelana ke berbagai belahan dunia, ke Beijing dan Sanghai di tahun 2000 serta tiba di Indonesia untuk pertama kali tahun 2001. Saat itu ia bertemu dan bermain dengan Idang Rasjidi dan Ireng Maulana yang membuatnya kembali ke Indonesia di tahun 2006 untuk tampil di JakJazz. Java Jazz ini adalah kali partisipasi tahun ketiga untuknya, dimana di 2007 ia bermain untuk Vivo (Andy Bayou-Ivan Nestroman) dan 2008 bersama Itmos, duetnya yang dibentuk dengan gitaris Nanda.
Doni Sundjoyo memulai kegiatan bermusiknya sejak umur 15 tahun. Awalnya Doni memainkan gitar elektrik dan kemudian tertarik pada doublebass. Dia mendalami instrumen itu kepada Karoline Hoefler (Jerman), Patrick Olary (US), Peter Scherr (Kanada) dan lulus Institut Music Daya dengan gelar Bachelor degree majoring in performance tahun 2006.
vokalis, saksofonis dan komposer Indra Aziz memulai karir musik profesionalnya sejak tahun 2000. Indra Aziz yang juga dosen tamu di UPH conservatory of music ini telah banyak bermain dengan musisi jazz Indonesia seperti Dwiki Dharmawan dalam format orkestranya, Indra Lesmana dan Idang Rasjidi. Talentanya dapat ditemui di beberapa rekaman, seperti album pertama Maliq n d’essentials, Sore, dan christmas album Ruth Sahanaya bersama Opustree. Lagu Indra Aziz yang dirilis di album Jazz Masa Kini, “Jakarta City Blues” menjadi salah satu nominasi the best jazz production in the 2006 Indonesian Music Awards dan tahun lalu ia meraih penghargaan sebagai the jazz rising star award dari the JGTC 2008 awards commitee.
Sandy Winarta adalah lulusan Australian Institute of Music, AIM, tahun 2004. Setelah empat tahun menetap di Australia, ia kembali ke Indonesia dan kini telah bermain bersama musisi garda depan tanah air seperti Balawan, Budjana dan Trisum, Glenn Dauna, Dwiki Dharmawan WPO, serta di dua kelompok muda, Tao Kombo dan W/H/A/T yang akan merilis rekaman di bulan Mei.
kapasitas dan pengalaman musikal tiap personel Pa Tua tadi sepertinya sudah cukup untuk meng-cover lagu-lagu lawas pilihan mereka hingga mendapatkan nyawa baru. Ini mereka buktikan pada penampilan Pa Tua di Java Jazz 2009. Stefan-Aziz-Doni-Sandy membuka pertunjukkan dengan sebuah lagu dari band America, “A Horse With No Name”. Lagu karangan Dewey Bunnell di tahun 1971 itu mereka cover dengan aransemen untuk formasi kuartet jazz.
Materi dengaran mereka yang beragam ditunjukkan pada pilihan lagu berikutnya, “Why Does It Always Rain On Me” dari Travis (album The Man Who, tahun 1999), balada “A Day in The Life” The Beatles (album Sgt. Pepper Lonely Heart Club Band, 1967), Dua lagu dari kelompok U2, “Still Haven’t Found What I’m Looking For” (1987) dan “With Or Without You” (1987) yang menjadi sesi cool down mereka, “Billie Jean” Michael Jackson, “Dancing Queen” ABBA serta sebuah repertoar classic rock dari Manfred Mann’s Earth Band, “Davy’s On The Road Again” di akhir pertunjukan.
Pola aransemen mereka di beberapa lagu dimulai dengan Pa Tua memainkan tema mengiringi nyanyian Aziz. Tema itu adalah song lagu hits yang di-cover tersebut. Kemudian masuk ke bagian improvisasi dimana piano Stefan bergantian dengan double bass Doni mengambil peran. Porsi pendekatan pada musik jazz kental terdengar di bagian ini. Pukulan Sandy menjaga ritme imrovisasi yang dilakukan patner unitnya. Sebagai penutup, Pa Tua kembali memainkan tema.
Indra aziz terlihat menjadi sentral di sembilan lagu yang ditampilkan Pa Tua. Teknik dan gaya vokalnya menjadi ciri khas penampilan Pa Tua. Meski sembari membaca teks, Aziz berhasil membuat penonton sing a long bersama dan mengoyangkan badannya mengikuti lirik yang dilantunkannya. Banyak penonton yang bertahan sampai akhir pertunjukan, seperti terhipnotis lirik lagu Kyle tadi,
“…I just can’t get you out of my head
Girl, your loving is all I think about
I just can’t get you out of my head
Girl, it’s more than I dare to think about
Every night, every day
Just to be there in your arms
Won’t you stay, won’t you lay
Won’t you stay, won’t you lay
Stay forever and ever and ever and ever”