Pertunjukan mereka dibuka dengan tembang qasida Indonesia “klasik”, ‘Perdamaian’. Gaya permainannya sendiri cenderung melodius dan tidak banyak mengambil inisiatif untuk berimprovisasi dengan panjang. Meskipun demikian, para pendukungnya yang terdiri dari instrumen flute, perkusi, keyboard, gitar, bass, drum dan akordion sangat membantu dalam membentuk keutuhan sebuah komposisi yang warna – warni. Ada nuansa Melayu, musik Timur Tengah, rock, jazz dan funk. Musik juga bisa membawa kita untuk sarana spritual. Seperti yang diungkapkan Hendry Lamiri, “irama 7/8 buat dzikir itu enak”.
Secara keseluruhan penampilan mereka cukup atraktif dan menarik. Tetapi “di atas langit masih ada langit”, maksudnya penjelajahan mereka memang masih di awal perjalanan dan perjalanan itu sendiri masih panjang.