Review

DEWA BUDJANA – NUSA DAMAI

Nusa Damai milik Dewa Budjana diluncurkan ditengah kelesuan album jazz maupun solo gitar dari musisi Indonesia. Kemapanan yang dikecap sebagai gitaris band papan atas Gigi, Java Jazz maupun Trakebah ternyata tidak membuat Budjana kehilangan kegelisahan – yang notabene membedakan antara seniman dan tukang. Ibarat lukisan, album Nusa Damai cukup berhasil menampilkan identitas bermusik Budjana didalam sapuan yang fleksibel. Hasilnya tidak terlalu ngepop bagi penggemar jazz, dan tidak terlalu berat bagi penikmat pop. Dibuka dengan “Bermain” yang memberi nuansa masa kecil. Komposisi ini kesannya ingin mencampuradukkan warna folk, kontemporer dan semi jazz yang menggambarkan perjalanan dari suatu penjelajahan musik yang diakhiri dengan raungan gitar yang nge-rock. Permainan drum Arie Ayunir pada “Kromatik Lagi” patut dicermati karena banyak memberi pilihan ketukan dan bunyi perkusi yang bervariatif. Permainan Arie kelihatannya gak terpengaruh Joey Baron minimal pada lagu diatas. Komposisi terutama “Ruang Dialitis” seakan ingin menunjukkan asal kelahiran Budajan yang merupakan warna etnis dari pulau dewata.

Tidak sedikit musisi Indonesia sebelumnya yang mengeksplorasi warna etnis Bali diantaranya Guruh-Gypsi pada tahun 70-an yang cukup sukses bahkan sampai sekarang albumnya masih diburu orang. Bahkan pnejelajahan kreatif yang pernah dilakukan oleh tokoh minimalis dunia seperti Philip Grass dan Collin MacPhee pada tahun 70-an yang mengambil etnis Bali tidak hanya sebagai idiomatik tetapi juga secara teknis cukup mendapat pengakuan dari dunia musik internasional.

Alunan nada yang diiringi kidung dialek bali oleh neneknya sendiri, Jero Ketut Sideman terlihat memantapkan jati diri Gitaris ini sebagai oran gyang mau nguri-uri budaya sendiri. Pada lagu ini menggunakan double drumer yaitu Arie Ayunir dan Taufan Goenarso. Tanpa mengurangi penghargaan musikalitas Budjana, masih terlihat gaya dari Pat Metheny pada beberapa lagu seperti Bunga Yang Hilang dan Lalu Lintas yang sah-sah saja karena gitaris ini cukup banyak mengadopsi permainan dari si Pat Metheny itu. Kekompakan duet Budjana dan Indra Lesmana bisa disimak pada Bunga yang Hilang. Permainan Bintang Indrianto(bass) sangat menonjol terutama pada lagu Lalu Lintas. Lagu ini sebenarnya layak untuk dijadikan unggulan hanya sayan gsuara distoris gitar yang agak berlebihan membuat kenyamanan mendengar agak terganggu. Atau mungkin Budjana menggunakan efek suara distorsi untuk menggambarkan suasana lalu lintas yang ruwet. Apakah album ini akan menjadi trend dalam jangakauan musik Indonesia atau hanya numpang lewat saja, who knows.

DEWA BUDJANA – NUSA DAMAI
Chico&Ira Productions

Komposisi:
1. Bermain
2. Kromatik lagi
3. Bunag yang Hilang
4. Lalu Lintas
5. 9 Januari
6. Ruang Dialisis
7. Medley: Wanita/Trenggono
8. Katmandu
9. Twang Twang Twang
10. Nusa Damai

Musisi :
Dewa Budjana :
akustik & elektrik gitar, sitar, banjo, soproano gitar, synth gitar
Arie Ayunir: drum, gong, perkusi, tamborin
Bintang Indrianto: bass
Indra Lesmana: piano
Riza Arshad: akordion
Jero Ketut Sideman: kidung
Nyak Ina ‘Ubit’ Raseuki: voice
Taufan Gunarso: drum

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker