FestivalNews

Kilasan UGM Mandiri Jazz 2009

Antusiasme masyarakat Yogyakarta menjadikan Grha Sabha Pramana sesak dalam kapasitas penuh. Dalam gedung yang hanya mampu menampung 4000 pembeli tiket yang sold out H-8 tersebut, penonton nyaris tak beranjak untuk dua babak penuh UGM-Mandiri Jazz 2009. Lakon pertama adalah hentak dominan funk arahan Barry Likumahuwa, sedangkan penutupnya adalah edisi baru JavaJazz setelah vakum 11 tahun untuk kembali mengangkat fusion otentik.

“My Prayers” meluncur dari album original “Good Spell”, proyek Barry yang laku keras itu. Dalam atraksi tim belia yang solid Barry Likumahuwa Project (BLP) dengan segera mampu meraih interaksi penonton yang merata. Masih segar dari proyek yang sama adalah kolaborasi lirikal ayah-anak, double-B, Barry-Benny Likumahuwa, pada “Scholastica”. BLP yang diperkuat Dennis Junio Gani (alto sax), Jonas Wang (drum), Donny Jusran (keyboards), Hendry Budhidarma (gitar), dan Matthew Sayers (vokal) kemudian menghadirkan Bertha.

Menyimak Etta “Bertha” Herawati, penonton biasanya akan sampai ke bagian saat harapan wajar mereka dipenuhi, yaitu porsi scat-singing. Intuisi Bertha mulus meluncurkan silabel-silabel itu dalam kepekaan solois terompet (ataupun sax) menapaki kontur jazz. Blues “Sweet Georgia Brown” di malam yang panas itu bahkan menggandakan scat Bertha dengan vokal Benny Likumahuwa memantulkan kembali baris-baris yang diumpankannya. Jasmine kecil, putri Bertha yang beberapa kali pernah terlihat menyanyikan “Somewhere Over The Rainbow”, tampil dengan “Just Like A Star” (Corinne Bailey Rae).

Vokalis solo Ello menggenapi aksi hip BLP dengan interpretasi ulang “Wonderwall” dalam mood R&B yang jazzy, mendaftarkan lagi sebuah cover version di antara variasi trio avant garde Brad Mehldau hingga versi yang pernah diperdengarkan Jason Mraz saat bertandang ke Jakarta. Tentu saja “Pergi Untuk Kembali” dan “Gadisku” yang milik sendiri lebih nyetrum menggoyang penonton. Syaharani jadi penyambung jeda antara BLP ke JavaJazz dengan menampilkan jazzy tunes menantang “Rainy Days And You” (Karimata) dan nomernya sendiri “Anytime”. Yang tampil mengiringinya adalah dua komplemen JavaJazz yang akan naik pentas: Donny Suhendra dan Dewa Budjana.

Atmosfer kemudian berganti lewat “Drama” dari koleksi JavaJazz lama, tetapi dalam format baru yang lebih berenergi rock. Soal urutan repertoar ada perbedaan dari saat konser tunggal perdana di Jakarta, nostalgia “Bulan di Atas Asia” muncul sebagai encore. Nomer kesukaan mendiang Embong Rahardjo, “The Seeker”, dibundel di depan (bersama komposisi lawas lainnya) “I Wish”. Cuplikan edisi baru JavaJazz, mulai dari “Border Line”, “Exit Permit”, hingga “Java’s Weather”, banyak diwarnai solo Gilang Ramadhan, bahkan dalam porsi khusus menjajal nalar perkusifnya di ranah tetabuhan world music. Turut mengawal ritme Gilang adalah betotan pemain fretless elektrik Mates dalam intuisi upright double-bass. Kekayaan solo brilian Indra Lesmana dapat dinikmati Yogya malam itu lewat nomer tajuk “Joy Joy Joy”. Yogya terbilang beruntung, karena setelah event penghujung 2009 ini, Indra telah memutuskan agar JavaJazz beristirahat hingga Februari tahun depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker