FestivalJak Jazz FestivalNewsProfile

Band Itu Bernama JavaJazz

Bisa dikatakan, band ini adalah contoh jazz supergroup dari Indonesia. Tercatat kalau berdasarkan album perdana “Bulan di Asia” yang dikeluarkan tahun 1994, anggotanya adalah Indra Lesmana (keyboard & piano), Embong Rahardjo (saxophone & flute), Dewa Budjana (gitar), Jeffrie Tahalele (bass), Cendi Luntungan (drum) dan Ron Reeves (perkusi).  Band ini adalah gabungan dari para musisi jazz unggulan yang ada di Indonesia, terutama untuk generasi mudanya. Kemudian bayangan yang muncul adalah seperti apa hasilnya. Terwakili dengan nama JavaJazz, mereka seolah sedang membuat proyek ambisius untuk menyelaraskan antara tradisi musik dari Jawa dengan jazz. Sehingga terdengar keunikan dan kecanggihan dalam beberapa komposisinya seperti ‘Bulan Di Asia’ atau pun ‘The Seeker’ tanpa terjebak dalam dikotomi diatonis dan pentatonis.

Empat tahun kemudian, JavaJazz kembali hadir dengan album “Sabda Prana”. Kali ini dengan formasi Embong Rahardjo (saxophone & flutes), A.S Mates (bass fretless), Donny Suhendra (gitar), Gilang Ramadhan (drums & perkusi) dan Indra Lesmana (digital piano, synthesizers, fender Rhodes). Meski baru muncul dalam sampul “Sabda Prana”, formasi ini sebenarnya adalah formasi pertamanya. Mereka sempat berkumpul dan merekam ‘Dodon’ dan ‘Crystal Sky’ di bulan Agustus 1991. Selain itu, mereka melakukan pendekatan yang berbeda, terutama berkaitan dengan karakter sound dan ide yang berkembang  terhadap beberapa komposisi ada di album sebelumnya. Adapun komposisi barunya adalah ‘Violation’, ‘Conga DiPari’ dan ‘Maryono’ yang direkam pada bulan September sampai Oktober 1998.

Sebelas tahun berikutnya, JavaJazz kembali hadir dengan album “Joy Joy Joy” dengan anggota kombinasi antara 2 album sebelumnya. Tentu saja minus Embong Rahardjo yang telah meninggal dunia pada tahun 2001. Kesempatan ini, Indra Lesmana dikawal oleh Donny Suhendra (gitar), Dewa Budjana (gitar), A.S. Mates (bass) dan Gilang Ramadhan (drum). Ada 2 gitaris dalam album yang direlease tanggal 10 Desember 2009 ini. Seolah fokusnya bergeser kepada warna jazz rock yang menonjol dengan beberapa tambahan efek elektronis. Album yang dikemas dalam keping cakram ganda ini memuat 6 komposisi baru dan 6 komposisi lama.

Seperti halnya Thelonious Monk, selalu tertarik dengan usaha retrospective terhadap karya-karyanya terdahulu. Masing-masing personil semakin matang seiring dengan jalannya waktu. Dalam proses tersebut, ada proses kimiawi yang selalu berekasi terhadap sebuah aksi baru. Itulah JavaJazz yang kita kenal sekarang dan sejak dulu.

Ceto Mundiarso

Pencinta buku yang banyak menelisik filosofi. Pernah menghadiri Konferensi Ekonomi Kreatif di Inggris. Merupakan bagian penting pada riset di WartaJazz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker