FestivalJava Jazz FestivalNews

Denyut Jazz Straight Ahead Tiada Henti,
Christian McBride and His Insiders Rock!

Christian McBride (photo by Aji Wartono/WJ)

Menjadi satu pengalaman yang tak terlupakan, ketika memiliki kesempatan untuk menyaksikan langsung penampilan basis kelas dunia, Christian McBride. Pembetot bas gundul ini memang sibuk tak kepalang tanggung, untunglah salah satunya adalah manggung di acara tahunan AXIS Jakarta International Java Jazz Festival yang merupakan kunjungan perdananya ke Indonesia. Sesuai jadwal yang dilansir panitia, Chris bersama Inside Straight ditempatkan pada hari kedua, Sabtu (6/3/2010) pukul 18.45 di C1 LG Mobile Hall. Susunan rapi tempat duduk dan pendingin ruangan yang berfungsi maksimal membuat venue terasa nyaman petang itu. Acara dimulai tepat waktu, persis sesuai jadwal, dibuka lewat sambutan singkat MC seorang wanita muda ketika ia berkata, “Ladies and gentlemen, please welcome, Christian McBride and The Inside Straight!”, sontak dibalas riuh tepuk tangan penonton yang mulai memenuhi aula berkapasitas 3000-an orang tersebut.

Tanpa basa-basi, Kelima penampil langsung menggertak dengan ‘Brother Mister’, tema utama ditampilkan secara unisono lewat instrumen vibrafon dan saksofon alto dengan introduksi bas, drum, dan blocking chord piano yang sepintas mirip dengan riff ‘Watermelon Man’ Herbie Hancock. Komposisi pembuka yang relatif santai dan catchy kemudian disambung dengan ‘Theme for Kareem’ dari mendiang Freddie Hubbard, bertempo lebih cepat dan otomatis membuat suasana menghangat. Atmosfer ruangan itu terasa memanas selepas lagu kedua, ketika sang frontman memberikan responnya kepada audiens, “Jakarta is nothing but SOUL!”, gombalnya di atas panggung yang segera ditingkahi meriah oleh antusiasme penonton. Kemudian satu-persatu personil dikenalkan oleh Chris, ada Steve Wilson (saksofon alto), Warren Wolf, Jr. (vibrafon), Peter Martin (piano), dan drummer murah senyum, Ulysses Owens, Jr. Repertoar yang dibawakan malam itu sebagian besar terambil dari album terbaru Chris, “Kind of Brown”. Formasi personil The Inside Straight pada  AXIS Java Jazz Festival sedikit berbeda dengan album, Chris Reed dan Carl Allen di seksi piano dan drum.

Sebuah komposisi cantik nan lembut, ‘Starbeam’, membius pengunjung melalui pendaran melodi-melodi manis yang kembali disajikan Steve dan Warren lewat peleburan tone colour saksofon dan vibrafon, terdengar sangat menyejukkan. Menjelang akhir lagu, Chris memberikan sedikit sentuhan solo dengan cabikan kontrabasnya. Nuansa bluesy terbersit ketika kwintet ini membawakan “Used ‘Ta Could”, seperti dijelaskan Chris mengenai judul komposisinya itu, “Di negara kami, Amerika, ini adalah sebuah ungkapan slang yang saya sendiri juga tidak tahu persis artinya, jadi nikmati saja”, ujarnya terkekeh. Memang, persepsi musikal tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, setidaknya itulah apa yang ingin mereka sampaikan lewat musiknya.

Kecanggihan Christian McBride atas instrumen besarnya itu sungguh tercetus ketika ia memainkan sebuah nomor

Christian McBride and Inside Straight (photo by Aji Wartono/WJ)

ballad, ‘Sophisticated Lady’, yang lahir dari goresan pena raksasa jazz, Duke Ellington. Lagu yang tidak akan ditemukan dalam album “Kind of Brown” ini menjadi salah satu highlight konser malam itu. Ditampilkan secara trio (kontrabas, piano, drum), Chris tampil sangat meyakinkan, virtuositas dipamerkan tanpa pretensi, penonton hanya bisa berdecak kagum sembari menggelengkan kepala. Dengan sabar dan penuh penghayatan, jalinan kalimat musik dalam karya tersohor ini semakin indah terucap melalui sayatan bow kontrabas Chris. Tidak percuma ia membawa bow (penggesek) yang malam itu seolah menjadi senjata pamungkasnya. Ada gunanya juga, ketika ia dengan tekun mempelajari kontrabas klasik – lebih menekankan kepada teknik arco (gesekan) ketimbang pizzicato (petikan) – di Juilliard School, New York, pada masa remajanya, yang membentuk versatilitas permainannya hingga kini.

Kegilaan aksi Christian McBride dan The Inside Straight mencapai “titik didih” pada nomor penutup “Stick & Move”, kuat dengan gaya hard bop di dalamnya. Hentakan sinkopasi ritmis pada rhythm section sebagai aksen tema-tema pendek di permulaan lagu, menjadi daya tarik komposisi garapan sang basis karismatik ini. Ibarat pertandingan tinju, pukulan jab, hook, dan uppercut menghantam silih berganti, berpadu dengan foot work yang luar biasa lincah untuk menghindari serangan balasan, membuat lawan kelimpungan. Penjelasan Chris tentang lagu terakhir ini, “If you’re into boxing, then you must have known what it’s all about,” celotehnya. “Stick & Move” menuntut kecepatan, kecermatan, dan ketepatan masing-masing penampil dalam berimprovisasi. Terlihat dengan jelas betapa gesit Warren Wolf, Jr. mengeksekusi bilah-bilah logam vibrafonnya. Bahkan, sesekali lempengan besi itu keluar dari jalurnya setelah dihajar bertubi-tubi oleh mallet Warren, entah karena ia terlalu bersemangat atau memang alatnya yang kurang siap. Setelah vibrafonis, pianis, dan saksofonis tampil solo, mereka bertiga akhirnya menyingkir ke samping panggung, sorotan kini diarahkan kepada Chris dan Ulysses. Pertarungan antara kontrabas dan drumset tak terhindarkan lagi. Atensi penonton mutlak terpusat pada gelagat keduanya, ketika mereka bergantian menampilkan atraksi memukau instrumennya masing-masing. Ulysses, drummer muda berbakat itu terlihat sangat enerjik, tanpa lelah ia melancarkan pukulan-pukulan bombastis untuk mengimbangi “provokasi” kenakalan jemari gemuk Chris diatas fingerboard kontrabasnya. Penggebuk drum asal Jacksonville, Florida ini baru saja merasakan manisnya penghargaan Grammy, dimana ia menjadi sideman Kurt Elling pada album “Dedicated To You: Kurt Elling Sings The Music Of Coltrane And Hartman”, yang dinyatakan sebagai peraih piala untuk kategori album vokal jazz terbaik. Aksi Chris dan Ulysses lebih mirip seperti sesi tanya-jawab yang saling berbalas secara kanonik. Seusai pertarungan dahsyat yang dimenangkan oleh keduanya, ketiga musisi lainnya kembali ke posisi masing-masing menyusul Chris dan Ulysses dan kelimanya kembali memainkan tema utama “Stick & Move” seraya mengakhiri konser malam itu dengan gemilang.

Di usia yang belum genap 40 tahun, Christian McBride memikul tanggung jawab besar di atas pundaknya. Sebagai seorang musisi, segala peran dilakoninya tanpa gentar, baik menjadi leader maupun sideman session player merangkap arranger dan produser pada tiap proyek yang ia kerjakan. Sederet nama besar menaruh kepercayaan padanya, sebut saja Freddie Hubbard, McCoy Tyner, Diana Krall, Chick Corea, Ray Brown, hingga Sting, Kathleen Battle, sampai raja soul James Brown. Dengan preferensi musikal yang sangat luas, ia membawa misi penting: mengekspos musik jazz kepada generasi muda, selaras dengan posisinya sebagai wakil direksi pada The Jazz Museum di Harlem.

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker