Bebek dan Sapi hiasi Monju West Java World Music Festival 2010

Lenguhan suara sapi ‘Mooooo’ mengakhiri lagu “Bebek dan Sapi” yang dibawakan oleh kelompok 4Peniti, kelompok asli Bandung yang terdiri dari Zaki (vokal-gitar), Ammy (biola), Ari Aru (drum) dan Rudy Zulkarnaen (contra-bass).
Mereka adalah salah satu penampil yang mendapat giliran di hari kedua gelaran Monju West Java World Music Festival 2010 yang diadakan di Monumen Juang Bandung, Jawa Barat. Acara yang berlangsung mulai dari Jum’at (19/11) hingga Sabtu (20/11) menyedot perhatian masyarakat yang berdiri didepan panggung menyaksikan pertunjukan – yang digelar gratis.
Meski tak mendapat kesempatan sound-check, lantaran perubahan skedul yang mendadak dari panitia – kurang dari lima menit sebelum waktu yang ditentukan – tak membuat kelompok 4Peniti kehilangan akal. Saat MC telah mengumumkan bahwa kelompok ini siap tampil, mereka bahkan membuat lagu dadakan berjudul ‘Sound Check’. Zaki bernyanyi sambil memberikan instruksi kepada petugas tata suara monitor panggung untuk menaik-turun-kan volume.
Dibanyak festival bertaraf internasional, sering para penampil tak diberikan kesempatan sound-check, biasanya output sound yang dihasilkan baik di panggung – yang fungsinya agar para musisi yang tampil dapat mengetahui bagaimana suara dari instrumen atau vokal mereka – maupun yang berada dikiri-dan-kanan panggung – yang mengarah kepenonton – sudah terjamin kualitasnya. “Kami tak mendengar apa yang kami mainkan, jadi main aja pakai feeling”, ujar Ari, drummer 4Peniti.
Meski mengeluhkan hal tersebut diatas, 4Peniti tetap memukau penonton. Mereka bahkan membuat kejutan dengan membawakan lagu “Dibawah Sinar Bulan Purnama” yang dimainkan sedikit berbeda dengan lagu aslinya. Pada bagian tengah lagu tersebut aransemennya dirubah dengan langgam keroncong.

Ditengah-tengah penampilan 4Peniti, mereka sempat pula berkolaborasi dengan Jenny Weisgerber dari Jerman yang memainkan gitar akustik dan membawakan beberapa lagu. “Bandung Song” adalah lagu yang diciptakan oleh Jenny setelah beberapa hari menginap di Bumi Pasundan.
Nama 4Peniti muncul saat mereka kebingungan mencari nama band. Di tengah kebingungan itu Zaki mengusulkan nama 4Peniti, plesetan dari nama musisi jazz yang dikaguminya, Pat Metheny. Kesepakatan itu menjadi tradisi mereka dalam berkarya. Karya berjama’ah. Katanya, itu lebih penting karena resep euy!! (Sunda: senang, membahagiakan). Kesamaan visi dalam bermusik itulah yang menjadi alasan mereka bersepakat menjadi satu kesatuan band dengan nama 4Peniti.