FestivalNews

Gedung Kesenian Jakarta persembahkan Festival Musik Indonesia

Selama bulan Desember 2010, Gedung Kesenian Jakarta yang berlokasi di Pasar Baru Jakarta Pusat, akan mempersembahkan sebuah program menarik bertajuk Festival Musik Indonesia. Program ini menyajikan penampilan beragam grup dengan genre World Music, hingga klasik dan akan berlangsung dari tanggal 2 hingga 17 Desember 2010.

Program akan diawali sajian musik dari Gondang Orchestra for the World yang dikonduktori Tigor Situmorang, pada Kamis dan Jumat, 2 & 3 Desember 2010 – 20.00 WIB. Tigor Situmorang memetakan lima nuansa perjalanan dalam musik Batak dari Sumatera Utara Indonesia. Pertama, Gondang Sabangunan atau yang disebut dengan Gondang Bolon. Kedua, Gondang Uning-uningan. Ketiga, Gondang Kontemporer. Keempat, Gondang World Music dan Kelima, Gondang Orchestra.Tigor Situmorang, telah meluncurkan album: “Gondang for Christmas” dan Gondang Orchestra to God. Kali ini Tigor Situmorang akan memperkenalkan ”Gondang Orchestra for The World”, yang berfokus pada perkusi Batak (Gondang) yang dikombinasikan dengan musik tradisional Indonesia dan musik Dunia lainnya yang digubah dalam suatu musik Gondang Orchestra yang dinamis dan dramatik, serta terinspirasi dari nuansa Musik Batak daerah sekitar Danau Toba Sumatera Utara Indonesia. Anda akan menikmati  betapa musik Gondang bisa menjangkau wilayah tradisional, maupun kontemporer, bahkan bisa dengan nuansa jazz.

Selanjutnya Cilay Ensemble mempersembahkan Sebuah Perjalanan Perjuangan Tuanku Imam Bonjol ”1821 – 1837” pada Sabtu, 4 Desember 2010 – 20.00 WIB. Mohammad Ichlas (Cilay) – lulusan STSI Padang Panjang – yang mengkomposisi dan menjadi koreografi karya musik yang diungkapkan secara visualisasi tentang perjalanan Tuanku Imam Bonjol dalam menghadapi penjajah Belanda hingga merenggut nyawa istri dan anaknya. Perjuangan Tuanku Imam Bonjol dan pengikutnya dalam menghadapi gempuran secara terus – menerus dari Belanda. Cerita ini mengilhami Cilay untuk melahirkannya kedalam bentuk sebuah karya musik dengan nuansa Minangkabau. Pertunjukan ini akan didukung oleh Paduan Suara Mahasiswa Syarif Hidayahtullah atau Universitas Islam Negeri (PSM-UIN) Ciputat.

Pada minggu, 5 Desember 2010 – 20.00 WIB,  World Music Arafat Ensemble akan menyajikan musik bernuansa Gorontalo dan Betawi. Gambang Kromong yang merupakan alat musik yang terbuat dari kayu dan mempunyai nada Pentatonik lalu Rebana, Gambus, Teh Yan, dan Tanjidor (Brass Musik) dan komposisi kesenian Gorontalo. Kesenian tradisional Gorontalo pada dasarnya dapat digolongkan dalam bentuk multikultural, di mana mendapat pengaruh dari beberapa unsur budaya seperti Arab, India, Eropa dan Indonesia maupun budaya Gorontalo itu sendiri, menyatu dalam bentuk seni Palo-palo.
Palo-palo yaitu alat musik dari bambu yang mempunyai nada diatonik serta pentatonik, dipadukan dengan vokal. Kedua komposisi tersebut diaransir secara ritmik dan dinamik yang ditampilkan dalam bentuk World Music dan Kontemporer. Yaseer Arafat sendiri mulai berkesenian dari SMP hingga akhirnya ia mendapat gelar Ahli Madia Musik dari STSI Padang Panjang, sejak itu karir berkeseniannya mulai terbentang dari Festival Band Jazz kampus, tutor musik di British International School Jakarta, hingga ikut membantu beberapa karya dari para seniman Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri

Sebuah kolaborasi musik persembahan MAHAGENTA akan disajikan pada Senin dan Selasa, 6 & 7 Desember 2010 – 20.00 bertajuk ”Opera Negeri Fantasi”. Begitu banyak kekayaan bunyi-bunyian di wilayah nusantara ini yang menginspirasikan penciptaan karya kreatif Mahagenta, dengan mengkolaborasikan beberapa instrument tradisional Indonesia dan beberapa dari mancanegara. Opera Negeri Fantasi adalah sebuah pertunjukan musik yang menggambarkan keindahan dan kekayaan bangsa kita melalui karya-karya terbaik Mahagenta.
Uyung, sang komposer dengan nama lengkap Henry Surya Panguji, mendirikan kelompok musik Mahagenta yang bernuansakan etnis Indonesia pada tahun 1996 aktif hingga sekarang. Ia telah membuat beberapa ilustrasi musik untuk teater & film. Bersama Mahagenta telah mementaskan “The Panthom of the ‘traditional’ Opera” pada tahun 2008, dan beberapa waktu yang lalu baru saja mementaskan pentas musik “Les Miserables”. Album Mahagenta yang berjudul “Biru Negeri Fantasi” telah beredar secara indie di beberapa negara.

Pada Rabu dan Kamis, 8 dan 9 Desember 2010 – 20.00 WIB KiaiKanjeng & Novia Kolopaking mempersembahkan ”KONSER DELAPAN”. Menyebut nama KiaiKanjeng mengantar ingatan segera tertuju pada, pertama, Cak Nun (Emha Ainun Najib), dan kedua, gamelan. Komposisi KiaiKanjeng – Cak Nun merupakan suatu gumpalan kekuatan fenomenal. Komposisi ini membuat KiaiKanjeng lebih dari sekadar kelompok musik. Tahun 1996, bersama Cak Nun, KiaiKanjeng meluncurkan album Kado Muhammad. Hit dalam album itu adalah Tombo Ati yang dilantunkan Cak Nun diawali dengan bait-bait puisi. Shalawat dan syiir-syiir khasanah masyarakat Islam mendapat perhatian secara nasional.

Peminat musik klasik dapat hadir pada hari Sabtu, 11 Desember 2010 – 20.00 WIB dengan penampilan komponis kelas dunia Ananda Sukarlan yang akan dibantu para mahasiswa dan dosen Universitas Pelita Harapan. Sang Maestro akan membawakan sebuah “Rapsodia Nusantara” yang terbaru dan virtuosik, kali ini berdasarkan lagu-lagu anak-anak tradisional dari Jawa, diikuti permainan oleh para dosen dan mahasiswa Universitas  Pelita Harapan, juga DR Kazuha Nakahara dan pemain harpa Maria Pratiwi. Dua nomor dari “Vega dan Altair” yang beberapa waktu yang lalu di perdanakan di Esplanade (Singapura) juga akan dimainkan di sini.

Kelompok asal Bandung, Sambasunda akan tampil pada Minggu, 12 Desember 2010 – 20.00 WIB. Sajian mereka adalah pertunjukan musik etnik tradisional, yang dikemas dengan format baru dengan mengangkat lagu-lagu Cianjuran serta Kiliningan dalam sebuah kolaborasi unik antara Gamelan dengan Gamelan Sunda. Walaupun cenderung berkonotasi latin, kata “samba” dalam Sambasunda berasal dari kosakata Sunda, merujuk pada karakter topeng Cirebon yaitu tokoh pewayangan putera Kresna , dengan karakternya yang muda dan dinamis, Sedangkan kata “sunda” merujuk pada sebuah kultur dimana Sambasunda lahir, terinspirasi, termotivasi, berinteraksi, bereksplorasi, berkreasi, membangun, berjuang, berkembang, dan beraktualisasi.

Di penghujung program Festival Musik Indonesia, di hari Kamis dan Jumat, 16 & 17 Desember 2010 – 20.00 WIB akan tampil kelompok asal Jogja, Kua Etnika yang dikomandani Djaduk Ferianto. Komunitas Seni Kua Etnika, didirikan antara lain oleh Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, dan Purwanto pada tahun 1995, merupakan  medan inter aksi dari sejumlah pekerja seni: pemusik, penyair dan pemain teater. Sejak awal, para pendukung yang terhimpun di sini pada umumnya lahir dan tumbuh dalam latar tradisi (Jawa dan Bali) yang kental, secara temporal dan sporadis telah melakukan interaksi kreatif dalam berbagai kesempatan. Dan itulah musik “kua etnika” garapan Djaduk Ferianto yang merupakan penggalian atas musik etnik, perkusif dengan pendekatan modern dengan memadukannya dengan instrumen elektrik. Kelompok musik Kua Etnika merasa perlu menciptakan revitalisasi musik etnik dengan terobosan budaya, terobosan kreatif dalam mengolah musik etnik, melalui pendekatan dan penafsiran yang berbeda (baru) dari yang selama ini ada. Itu artinya, mengolah musik etnik dengan sentuhan modern, tanpa harus kehilangan spirit dasarnya/spirit tradisi.

Djaduk Ferianto, disamping sebagai penari, pantomimer, pemusik, ia juga berstudi formal seni lukis di Falkutas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta, dan meraih beberaoa penghargaan di dalam dan luar negeri,  menjelajahi pergaulan kreatif dengan beragam  kalangan seniman  baik  tradisional sampai  yang kontemporer.
Bersama Kuaetnika ia menghasilkan beberapa album Nang Ning Nong “Orkes Sumpeg”, Ritus Swara, Unen-Unen,  Many Skyn One Rhtym,  Pata Jawa, Raised from the roots, breaking through borders , juga telah menghasilkan single albumQuintessence dan  musik Rohani ”Tuhan Sumber Gembiraku” yang di produksi secara indie.
Djaduk salah satu pemusik yang selalu gelisah  dan mengisi dalam setiap perubahan di Indonesia ini lewat karyanya.

Disamping kegiatan berupa konser pada hari Sabtu hingga Rabu, 11 – 15 Desember 2010, mulai pkl. 10.00 wib dipamerkan pula Alat Musik Tradisional Dawai ”Organologi 2”, antara lain:

1.Alat Musik ”Sasando” oleh Nicodemus Tenis
2.Alat Musik ”Rebi” oleh Anusirwan SSn, MSn
3.Alat Musik ”Kacapi” oleh Riskonda

Anda yang tertarik menonton atau membutuhkan informasi silakan menghubungi Dewan Kesenian Jakarta: Ranti 021 – 398 99634 atau bisa langsung datang ke Gedung Kesenian Jakarta, Jl. Gedung Kesenian No. 1 Jakarta 10710.

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker