Wolfgang Haffner Trio Menutup Serambi Jazz 2010 Dengan Penampilan Konklusif
Laporan dari Putaran Akhir Serambi Jazz 2010, GoetheHaus Jakarta, 10 Desember 2010
Hubungan baik antara dunia musik (jazz) Indonesia dan Jerman sudah terjalin semenjak 1967. Titik tolaknya adalah waktu Indonesian All Stars (Bubi Chen, Kiboud Maulana, Jack Lesmana, Benny Mustafa, Maryono, Jopie Chen) mentas di Berlin Jazz Festival tahun itu. Sejarah pun mencatat bahwa Indonesian All Stars merupakan grup dalam negeri yang pertama tampil pada perhelatan jazz internasional. Relasi itu kemudian disegarkan kembali lewat program tahunan Serambi Jazz yang telah memasuki tahun kedua, sebagai buah kerja keras Riza Arshad selaku kurator beserta rekan-rekan yang turut berpartisipasi menggarap acara jazz berkualitas dan apresiatif, terutama untuk kawasan Jakarta dan sekitarnya.
Setelah mengikuti rangkaian Serambi Jazz yang dimeriahkan oleh banyak musisi lokal, program tersebut ditutup dengan penampilan trio asal Jerman bernama Wolfgang Haffner Trio yang digawangi oleh tiga pemain kelas dunia; Wolfgang Haffner (drum), Hubert Nuss (piano), dan Robert Landfermann (kontrabas). Konser mereka di Jakarta malam itu merupakan bagian dari tur “Round Silence” Eropa-Asia sekaligus untuk mempromosikan album terbaru trio ini yang berjudul sama.
Pertunjukan dibuka lewat nomor “Faithless” yang banyak menggunakan ostinato piano dengan garapan melodi sederhana namun eksploratif, serta permainan Robert yang tampak memainkan kontrabas secara sul ponticello (digesek dekat dengan bridge – red.) sehingga menimbulkan frekuensi tinggi yang memberi efek harmonik. Sedangkan juru ritme Wolfgang menghadirkan pukulan-pukulan akurat dan kompleks, sesekali dirinya menarik perhatian dengan gertakan offbeat sembari tersenyum jahil. Keahlian memukul drum ia tampilkan solo di komposisi kedua, “Shapes” sementara kedua rekannya mengolah harmoni disonan secara inovatif.
Berlanjut dengan komposisi ballad “Wordless”, kini giliran Hubert memanjakan penonton lewat denting piano yang melantunkan nada-nada indah sarat melankolia. Waktu menyimak nomor ini, entah mengapa terbersit nuansa khas karya-karya piano tunggal Tchaikovsky yang menggugah batin. Wolfgang menghiasi dengan sapuan stik brush penuh kehalusan. Trio ini tak perlu lagi diragukan kekompakannya, karena masing-masing personil adalah musisi berpengalaman dengan jam terbang tinggi, begitu asyik untuk menikmati goyangan samba pada nomor “Ride”, terlihat Wolfgang berganti-ganti alat pemukul drum, mulai dari stik kayu, brush, mallet, hingga palu mainan anak-anak yang berbunyi jenaka yang ia gunakan dalam “New Life”. Alhasil, ulahnya itu membuat audiens tergelak dan kagum pada saat bersamaan. Tidak hanya itu, ia pun beratraksi meriah ketika mallet yang digenggamnya menari lincah di atas bilah-bilah silofon mini, ukurannya sedikit lebih besar dari pianika.
Konser hampir usai waktu ketiganya menampilkan “Silent Way”, namun karena penonton meminta lebih akhirnya trio itu, yang telah berada di belakang panggung, kembali beraksi lewat encore “Space in Beetween” sambil bergantian solo penuh daya pikat dan Wolfgang-Hubert-Robert menamatkan Serambi Jazz 2010 dengan gemilang. Wunderbar!
Lama tak melihat slit drum dimainkan perkusionis ataupun drummer, ini sisipan yang mengingatkan lagi.