Jazz Icon on Rise Award di AXIS Java Jazz Festival (Kali Ini untuk Maurice Brown)
Maurice Brown menerima tanda penghargaan untuk kategori Jazz Icon on Rise AXIS Java Jazz Festival 2011 (JJF 2011). Yang hadir mewakili JJF untuk menyerahkannya adalah Jurida Malaon Baharson, penggiat Jakarta Jazz Society, tepat sebelum pentas Brown dimulai di Hall C1 (First Media Hall 04/03/’11). Ini adalah kali kedua JJF memberikan award ikon jazz tersebut, walaupun sebenarnya dalam judul kategori yang mirip pernah diberikan pula sebagai International Jazz Icon Award untuk Roy Ayers (2009) dan George Duke (2010).

“Ikon” mengacu pada ketokohan dan keputusan menambahkan kata “on rise” memberikan impresi cukup bahwa penerimanya pastilah bersemangat muda alias berkontribusi memberikan penyegaran atas materi jazz yang dipahami secara klasik. Dan coba tebak, talenta kontemporer semacam itu ada pada figur seperti Roy Hargrove, yang menerima award ini tahun 2010 sebelum Brown. JJF jeli menilik Hargrove untuk pantas digelari “on-rise”. Di saat kita kesulitan untuk definisikan kategorisasi, Hargrove berhasil menarik-ulur kekinian dengan tradisi tanpa kompromi. Quintet yang terdengar sebagai versi moderen trumpeter Clifford Brown di 50-an, kombinasi saksofonis Cannonball Adderley dan Justin Robinson, ensambel cool, dan groove moderen jadi satu. Hargrove merasa perlu ada penyegaran materi jazz, “people are turning a deaf ear to jazz. Some of that is the fault of jazz musicians trying too hard to appear to be cerebral. They aren’t having fun playing the music and that’s why people aren’t coming to hear it live anymore.”
Adalah menjadi kebetulan, Brown, trumpeter lain dengan highlight konsep quintet akustik yang mirip, yang menyusul dipilih JJF sebagai ikon “on-rise” di 2011. Decitan patah-patah turntable scratch DJ hip hop, digantikan kombinasi rim dan kick drum, lalu masukkan ego terompet bebop untuk ambil posisi pimpinan, berbuah “Fly By Night”, nomer pertama album Maurice Brown di 2010. Frekuensi cerah cahaya mewarnai “Good Vibrations“, nomer melodius menyusul yang mengisyaratkan spektrum luas “The Cycle of Love” (Brown Records). Brown adalah figur di balik rilis independen “Hip To Bop” (2004), yang memutar arah, bawa hip hop ke akar jazz dan bukan sebaliknya. Di album barunya, kreasi tulennya konsisten bawa aneka bahasa lain untuk bicara dengan perbendaharaan leksikal jazz.
Ketika nomer-nomer di atas dipentaskan di JJF 2011, respon positif penonton terlihat jelas, bahwa pesan jazz Brown terkirimkan. Groove kuat detak putaran jam “Time Tick Tock” diimposisi baris-baris menantang terompet menciptakan kesan ritme ganda yang berjalan berbarengan. “Merry Go Around” pun mampu mempermainkan imajinasi perkusif penonton, mengundang interaksi. Eksekutor komposisi Brown adalah Derek Gouget (tenor sax), Chris Rob (piano/vocal), Joe Blaxx (drum), dan Solomon Dorsey (bass).
***
“We must not forget those who have contributed to the (Indonesian) jazz world.” menurut founder of PT Java Festival Production, Peter F. Gontha. Mungkin tidak banyak yang perhatikan bahwa sejak penyelenggaran pertama JJF berusaha mengapresiasi tokoh jazz (baik lokal maupun internasional) lewat pemberian award. Pada panduan, skrip kecil, yang dibacakan MC tiap panggung selalu terselip berita penghargaan Hall of Fame 2011 bagi Michael Paulo, Jeff Lorber, Brian Simpson, dan Ron King. Otomatis nama merekalah yang kerap terdengar tiap kalinya setelah deretan sponsor utama JJF rutin dibacakan. Di tengah banyaknya fokus, penghargaan semacam Jazz Icon On Rise sedikit terpinggirkan dari lampu sorot utama, walaupun maknanya tak berkurang.
Maurice Brown is HOT! Musisi besar yg low profile… love the band too!