Java Jazz FestivalNews

Carlos Santana @ AXIS Java Jazz Festival 2011: ¡Bueno!

Carlos Santana di Java Jazz 2011 (photo by Caesar/wartajazz)

Benar adanya kalau menyebut Carlos Santana sebagai medan magnet terkuat di gelaran Java Jazz tahun ini. Sosoknya dalam citra dua dimensi terpampang jelas; mulai dari poster acara, kaus resmi panitia, sampai kartu belanja prabayar edisi khusus seharga hampir 300 ribu rupiah. Bersama rekan gitaris George Benson, nama Santana tercantum dalam program khusus “Special Show,” dengan bandrol yang spesial pula.

Sesuai jadwal, Carlos Santana manggung di hari pertama, Jumat (4/3) bertempat di AXIS Hall (D2) pukul sembilan malam menyusul penampilan Acoustic Alchemy. Sekitar sejam menjelang konser, telah banyak pengunjung yang “mencuri start” dengan tujuan supaya posisi aman di garda terdepan. Sedangkan audiens yang tak ingin menjadi “penjaga panggung” harus rela berada dalam antrian panjang berlapis-lapis.

Ribuan penonton tampak memenuhi ruangan, musikpun mulai terdengar bersamaan dengan riuh tepuk tangan, namun Santana belum terlihat. Lepas beberapa putaran birama, barulah penantian itu terjawab. Masuk dari sebelah kanan belakang panggung, Santana mulai memainkan gitar, menyambut para penggemar dengan karakter bunyi yang tiada duanya, ciri khas semenjak kejayaan di masa pergerakan Flower Power akhir 1960-an. Jerit histeris penonton kian menggila waktu tembang “Black Magic Woman” mulai mengalun. Malam itu Santana berbalut busana kasual; topi panama dan celana putih, serta atasan sebuah jumper. Gitaris asal Meksiko ini dikenal atas inovasi memadukan sensualitas musik latin, jazz, serta petikan gitar berkiblat blues yang dibalut energi rock n’ roll. Ia juga menyuguhkan nomor-nomor jagoan semisal “Oye Como Va,” “No One to Depend On,” “Jin-Go-Lo-Ba,” dan “Europa.”

Salah satu gubahan legenda jazz John Coltrane, “A Love Supreme,” tak luput dibawakan, dengan gaya spiritualistik. Iapun berpesan bahwa kita semua terbuat dari cahaya dan cinta. Santana digemari oleh segala umur, ia menjangkau generasi muda lewat album dahsyat Supernatural (1999). Sebelum memulai lagu berikutnya yang terambil dari album tersebut, Santana berkata, “… lagu ini buat para wanita, supaya mereka senang, soalnya kalau wanita sedang bahagia, semua jadi indah,” ujarnya. Ia meneruskan, “… coba bayangkan jika wanita sedang sedih atau marah, dunia bisa kacau, perekonomian jatuh,” jelasnya sembari merakah. Penonton mengamini dengan applaus meriah dan segera setelahnya, tembang “Maria Maria” pun berdetak serta menyihir penonton untuk bergoyang dan ikut bernyanyi.

Arena semakin bergolak saat hit yang digarap Santana bersama Rob Thomas, “Smooth,” dimainkan menjelang akhir pertunjukan. Ekspresi kegembiraan tampak jelas pada wajah para remaja yang pantas untuk memanggil Santana sebagai “kakek.” Namun itulah hebatnya Carlos Santana, usia bertambah tetapi penggemarnya makin banyak pula, tanpa menghiraukan umur maupun selera musik tertentu. ¡Bueno!

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker