simakDialog: Percakapan Itu Terus Bergulir dan Patut Untuk Disimak
Konser simakDialog di AXIS Java Jazz Festival 2011.
Kelompok musik bernama simakDialog bukanlah grup yang baru tercetus kemarin sore. Sudah 17 tahun berdiri sejak awal 90-an, waktu itu musiknya belum terdengar seperti saat ini. Masih berkutat seputar fusion dengan line-up Riza Arshad (kibor), Tohpati (gitar), Indro Hardjodikoro (bas), dan Arie Ayunir (drum), setidaknya hingga album kedua Baur (1999).
Perubahan direksi musikal terwujud waktu simakDialog meluncurkan album ketiga, Trance/Mission(2002) sembari merubah formasi pemain dengan menempatkan Adhitya Pratama (bas), Endang Ramdan (kendang sunda), Erlan Suwardana (kendang sunda, sundanese toys), dan Cucu Kurnia (metal toys). Dua personil aslinya tetap bertahan, yaitu Riza dan Tohpati. Kuat bernuansa tradisional sekaligus kontemporer, band ini terus melaju dalam koridor jazz lokal dan internasional serta mendapat respon positif di berbagai panggung jazz mancanegara.
Sabtu malam lalu (5/3), mereka tampil di depan publiknya sendiri, dalam rangkaian AXIS Java Jazz Festival 2011 di Kemayoran, Jakarta untuk kesekian kalinya. Pertunjukan dimulai lewat komposisi “Karuhun” terambil dari album Demi Masa (2009). Sebelum melanjutkan “dialog” melalui nomor-nomor jagoan semisal “Kemarau,” “Patahan,” “Throwing Words,” dan “Disapih,” Riza Arshad sang pendiri menolak untuk grupnya disebut sebagai band musik etnik, hanya karena menyertakan instrumen tradisional. Ia menambahkan, “… misalkan kendang ini, fungsinya bukanlah untukmenggantikan drum, tetapi kendang punya karakter sound tersendiri sehingga sebuah komposisi menjadi utuh,” jelasnya. Lewat simakDialog, percakapan itu terus bergulir dan sangatlah patut untuk disimak.