Java Jazz FestivalNews

The Great George Benson (Bag. 2)

George Benson di Java Jazz Festival 2011 (Photo by Caesar/Wartajazz)

Setelah pada hari kedua penyelenggaraan Jakarta International Java Jazz 2011, George Benson menyanyikan lagu-lagu Nat ‘King’ Cole dengan pertunjukan berlabel George Benson Tribute to Nat King Kole di panggung D2 Axis pada pukul 17.30 wib, penonton disuguhi lagi pada hari minggu (hari terakhir atau hari ketiga) di panggung yang sama hanya berbeda waktu, pukul 20.15 wib.

Saat ada kalimat penutup acara Java Jazz secara seremonial dari bapak Peter F Gontha, penonton sudah tampak tidak sabar, apalagi ada penyerahan penghargaan-penghargaan untuk kategori “Dedicated Institution to Jazz in Indonesia” kepada harian Kompas dan kategori “The Most Supportive Institution” kepada kedutaan besar New Zealand, penonton benar-benar gerah. Puncaknya ketika Menteri Kebudayaan dan Pariwisata bapak Jero Wacik re-launching “Wonderful Indonesia” benar-benar penonton menyorak-i dengan antusias tanda tidak nyaman. Akhirnya lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ yang bisa meredam semuanya. Lampu padam.

Tiba-tiba dentingan piano menghenyak penonton, lampu menyala dan George Benson berlari keluar dari kiri panggung dengan gitar langsung menuju mike dengan ‘In Your Eyes’, sorak penonton tak terkendali (tapi kali ini menyatakan nyaman sekali). Sepertinya lagu itu cepat berlalu, saking nikmatnya. Sapaan, “Hai, Jakarta” disambut histeria penonton¸ “Apa khabar Indonesia?” juga menjadikan penonton histeris. George Benson menyatakan bahwa senang sekali main di jakarta karena menontonnya sama dengan dirinya: romantis.

Melantunlah lagu-lagu yang sangat dihafal liriknya oleh penonton semisal ‘Feel Like Making Love’, ‘Kisses in the Moonlight’ menjadikan pertunjukan sangat hidup bahkan seakan-akan yang berada di atas panggung (pemain) dan yang di bawah panggung (penonton) menjadi satu kesatuan. Tidak ada pemain dan tidak ada penonton, semuanya menjadi bagian dari suatu pertunjukan musik kolosal.

Ketika lagu ‘Nothing Gonna Change my Love for You’ dilantukan sudah benar-benar hilang si George Benson karena gedung yang berkapasitas 4000-an penonton itu sudah lebur menjadi sebuah sound-system tersendiri. Penonton lupa bahwa sebenarnya saat itu harus menonton sebuah pertunjukan, bukannya ikut dalam pertunjukan itu. Tapi hal itu sulit untuk diredam apalagi dilarang. Biarlah.

Suasana kembali ke sebuah pertunjukan ketika lagu ‘Turn your Love Around’, ‘Give me the Night’ dan ‘Moody’s Mood for Love’ dinyanyikan dengan sempurna oleh penyanyi-nya. Sambil menunjukkan keahlian-nya dalam scat singing (menyatunya vokal tanpa kata dengan melodi gitar). Pertunjukan musik kolosal kembali menyeruak ketika George Benson membawakan lagu ‘The Greatest Love of All’ dan ditutup dengan ‘on Broadway’. Tanpa bisa dilukiskan secara tepat dengan kata-kata. Tepat sekali panitia Java Jazz memberikan label pertunjukan malam itu The Greatest Hits of George Benson.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker